Tentu saja yang lebih kecil hanya bisa mengikuti karena tangan Dunk sudah melingkari bahunya, sementara Gemini mengiringi keduanya dengan tatapan sampai Fourth lenyap dibalik tumpukan sound system.

***

"Aku tidak yakin seperti apa sosok diriku dalam kehidupan kaisar Naga, aku tidak ingin mengingat semuanya sedetail itu. Aku pikir, aku adalah aku yang sekarang dan cukup itu saja, dia tidak bisa terus berada di sekelilingku dan berpikir bahwa aku adalah miliknya. Bagaimanapun caranya, aku akan melepaskan diri dari kaisar Naga. Aku bukan selir agung keempat atau apapun yang dia pikirkan." Fourth menyampaikan keputusannya setelah berbicara dengan Dunk selama setengah jam.

Dunk punya pemikiran yang sama. Untuk saat ini mereka bisa bernapas sedikit lebih lega karena kaisar Naga sedang terluka, akan tetapi jika dia nekat lagi, entah apa yang akan terjadi.

Dengan tangannya sendiri, Dunk memeluk dirinya. Rasanya tidak nyaman membicarakan kaisar Naga, dia mengingat saat sosok itu merengkuhnya, menapaki kulitnya. Meski kemungkinan besar itu hanyalah bagian dari ingatan dari selir agung ketujuh, tetap saja Dunk merasa seperti dirinya turut tidur bersama sosok itu.

"Aku juga ingin melepaskan diri darinya. Semakin banyak aku melihat apa yang dulunya selir agung ketujuh lihat, semakin aku tidak tahan. Rasanya tidak ingin lagi!" Dunk menyahut.

Suara helaan napas keduanya terdengar hampir berbarengan, kemudian, seperti sudah berlatih berulang kali, dengan kompak sama-sama mengigit sedotan.

Dunk dengan americano-nya dan Fourth dengan jus semangka-nya.

Duduk berdua dengan bersila di bawah perlengkapan pertunjukan musik, keduanya seperti sedang membicarakan sebuah konspirasi rahasia.

"Hei, apa menurutmu cara yang Kak Kay sebutkan tempo hari perlu kita coba, Kak?" tanya Fourth.

Dunk menoleh dan seketika menyentil kening yang lebih muda.

"Fourth, kamu masih anak-anak!" selanya.

Fourth menggeleng.

"Enak saja. Aku bukan anak-anak, yah, belum dewasa, tapi bukan anak-anak. Anak seumuranku ini sudah tidak tabu lagi membahas soal seks!" Fourth menyanggah.

Dunk menelan ludah.

Ya, dia tahu.

Justru dialah yang peragu dalam hal ini.

"Menurutku, meski kemungkinan itu ada, resikonya juga ada!" Dunk akhirnya menumpukan pipi di telapak tangannya.

"Resiko? Apa resikonya?" Fourth justru penasaran.

"Kalau soal resiko yang lain, aku pikir kamu juga sudah paham, tidak mungkin kamu tidak mendapat pendidikan seks bukan? Yang aku maksud adalah ... melakukan itu dengan seseorang yang tidak kamu yakini mungkin akan membuatnya menyesal. Aku tidak menyukai penyesalan!" Dunk menjawab.

Fourth diam sejenak, lalu mengangguk. Keduanya kembali diam dan tidak membicarakan apa yang mereka pikirkan, meski ide-ide di dalam kepala mereka kurang lebih saling berkaitan.

Keduanya terlonjak kaget ketika Pond datang dan mengagetkan keduanya. Satang yang datang bersama Pond menertawakan dengan suara nyaring sambil menepuk-nepuk paha kesenangan.

Dunk memelototi Pond, tetapi tidak melakukan hal yang sama untuk Satang. Apalagi saat dia melihat seseorang berdiri mengawasi sedikit jauh dari sana.

Laki-laki itu, menurut Fourth seumuran Dunk dan saat ini adalah salah satu 'penguasa' perusahaan yang menaungi band yang ia gawangi. Winny adalah adik Nicha, atau mungkin sepupu, Fourth sendiri juga tidak yakin, dia hanya tahu keduanya berkerabat.

7 ConcubineWhere stories live. Discover now