EYES

319 39 8
                                    

Pond terlihat sangat senang sampai menampilkan senyum selebar dua kali luas lapangan sepak bola karena melihat Dunk dalam keadaan baik-baik saja. Jika pemilik sepasang kaki jenjang itu tidak ditahan oleh salah satu tim pencari yang berdiri paling dekat dengannya, dia pasti sudah langsung berlari ke bawah sana untuk memastikan apakah sahabatnya terluka.

Dunk, dari bawah melambaikan tangan. Senyumnya tak kalah lebar sampai nyaris meneteskan air mata, meski dua detik sebelumnya dia sempat memaki Pond dan mengancam akan mencabut tiga helai rambut cowok itu. Joong sendiri terlihat santai saja, sampai saat Pond, Joss dan lima orang anggota tim pencari profesional dan dua orang dari agensi masing-masing mendekat, dia hanya menganggukkan kepala dengan wajah sedatar permukaan tembok, sedangkan Dunk dan Pond sudah heboh sendiri.

"Aku takut sekali, aku kira tidak akan menemukan kamu sampai Bang Joss mengatakan bahwa dia melihat ada asap dari arah sini!" Pond menceritakan prolog bagaimana awal mula mereka bisa sampai di lokasi Dunk dan Joong.

"Aku juga takut sekali tidak akan bisa pulang lagi!" Dunk menyahut.

Dua sahabat itu saling berpelukan seolah mereka sudah tidak bertemu selama dua ratus empat puluh tahun, meski pada kenyataannya mereka baru terpisah tak lebih dari dua belas jam saja.

"Apa kalian mau berpelukan dan tetap tinggal di sini, atau berjalan pergi dan pulang?" Joong bertanya, matanya tajam menatap Pond.

Sayangnya, yang menerima tatapan mengerikannya itu sama sekali tidak merasa terintimidasi. Alih-alih menjauh dari Dunk, Pond malah menanggapi dengan penuh semangat bahwa dia akan membawa Dunk dan Joong kembali ke tenda mereka.

***

Rasanya sangat lelah sampai ingin tidur selama dua hari. Tapi, dia punya setumpuk jadwal untuk dikerjakan, ada beberapa tugas yang juga harus diselesaikan. Begitu masuk ke dalam mobil, Dunk langsung berniat untuk tidur. Joong awalnya berniat duduk di samping Dunk, tapi yang sudah duduk duluan malah menyebut nama Pond dan meminta cowok itu untuk segera masuk dan duduk di sebelahnya, padahal Pond masih sibuk bicara dengan Win dan Joss.

Sepertinya, Pond akan memiliki pekerjaan lain bersama mereka tidak lama setelah ini, sehingga akan jauh lebih baik apabila mereka sudah menjadi akrab sebelum bekerja bersama. Dunk belum yakin pekerjaan jenis apa yang akan dilakukan oleh sahabatnya itu, tapi Pond memang pernah meminta pertimbangannya mengenai tawaran pekerjaan untuk menjadi model aktor dalam video musik dari seorang penyanyi yang Pond sendiri belum tahu siapa.

"Apakah kamu baik-baik saja?" tanya Pond begitu duduk di samping Dunk. Dia duduk di tengah, sementara di samping kanannya adalah Dunk, sedangkan di samping kirinya adalah Joong.

Dunk mengangguk lemah dengan wajah lelah. Dia segera menyandarkan kepalanya ke kaca jendela mobil dan memejamkan mata. Pond dengan penuh perhatian dan telaten memeriksa kondisi Dunk, menggunakan tangannya untuk mencoba memprakirakan suhu tubuhnya, kemudian menggunakan sebuah jaket yang dari ukurannya jelas milik Pond untuk menyelimuti Dunk. Begitu menerima kehangatan dari jaket itu, Dunk semakin menyamankan dirinya.

"Aku mendengar rumor kalian berkencan diam-diam." Joong dengan tanpa aba-aba berucap.

"Eh, apakah ada rumor yang semacam itu?" Pond menoleh, bertanya dengan suara dalamnya yang membuat candu.

Joong hanya mengangguk sebagai jawaban, sementara wajahnya yang cukup serius tidak begitu memberi pengaruh pada sikap Pond. Entah cowok itu yang tidak peka, atau hanya karena dia tidak mau peduli, tidak mau ambil pusing.

"Aneh!" Pond mengucapkan satu kata yang bisa dianggap sebagai perwakilan reaksinya atas rumor yang Joong sebutkan.

"Kalian terlihat sangat dekat, menempel satu sama lain seperti lem dan kertas, wajar jika ada rumor seperti itu!" Joong kembali memancing dalam kolam berair jernih.

7 ConcubineOù les histoires vivent. Découvrez maintenant