Lensa

194 33 3
                                    

Dunk mengikuti Nicha sambil menenteng tas milik model semampai itu dan memeluk buket mawar. Dua model berjalan di bawah gerimis tanpa payung, tentu saja membuat beberapa pejalan kaki mengarahkan mata kepada mereka, apalagi kepopuleran Nicha bebrapa tahun kebelakang.

Dua pasang kaki jenjang berjalan cepat dalam satu jalur yang sama. Nicha berjalan tanpa mempedulikan lensa-lensa kamera  yang terarah kepada mereka, sementara Dunk sedikit menutupi wajahnya dengan buket mawar yang ada di dalam dekapannya.

Nicha dan Dunk sampai di seberang. Keduanya sempat melihat seorang laki-laki dengan tubuh yang sangat tinggi, berwajah asing dan terlihat besar. Sebenarnya, tinginya mungkin hanya satu atau dua centimeter perbedaanya dengan Nicha, tetapi dia memiliki bahu yang lebih lebar. Sayangnya, laki-laki itu sudah masuk ke dalam mobil dan pergi dari sana.

"Sial!!" Nicha mengumpat pelan.

Dunk menepuk-nepuk pungung Nicha karena melihat yang setahun lebih tua menjadi gusar. Nicha selalu terlihat tenang dan santai di depan kamera. Lensa akan menangap gambarannya yang profesional dan selama karirnya, dia belum pernah diberitakan untuk skandal apapun. Nicha selalu bisa tampil sempurna, membuatnya menjadi gambaran ideal bagi orang-orang. Tingkah Nicha yang membuatnya justru terlihat lebih manusiawi kali ini sejujurnya membuat Dunk kaget dan bertanya-tanya.

Sesuatu yang serius pasti telah terjadi pada seniornya itu.

"Kak Nicha, hujan mulai turun lagi, sebaiknya kita pergi dulu dari sini!" Dunk mengajak Nicha untuk kembali berjalan karena melihat beberapa orang sudah mulai medekat.

Nicha tidak menjawab tapi mengikuti Dunk berjalan pergi. Mereka  berjalan cepat menuju ke arah jembatan penyeberangan untuk menghindari kemungkinan mengundang kerumunan.

Sebuah mobil menepi tidak lama setelah mulai berjalan. Baik Nicha maupun Dunk mengenali mobil itu, membuat kai mereka berhenti bergerak. Dunk sendiri langsung memperlihatkan wajah tidak nyaman ketika jendela mobil turun dan pengemudinya melongok memperlihatkan diri.

Wajah Dunk memerah. Dia masih merasakan perasan tidak nyaman karena kejadian kemarin. Meskipun Pond bersaksi bahwa dia mengunjungi Dunk kemarin karena Joong mengajaknya pergi ke sana, namun tetap saja Dunk belum bisa menghapus bayangan tubuhnya dijamah oleh sosok Joong dengan wajah dingin, kemudian berubah menjadi ular raksasa.

"Kak Nicha, Dunk, kenapa kalian berjalan di tengah hujan? Masuklah, aku akan memberi kalian tumpangan!" Joong berseru.

Dunk tentu saja ragu. Dia lebih rela kembali ke kafe dan menungu Pond sampai kafe tutup dibandingkan dengan masuk ke dalam mobil yang Joong kendarai.

"Dunk, ayo masuk!" Nicha meraih bahu Dunk lalu mendorongnya untuk masuk lebih dahulu ke dalam mobil Joong.

Masalahnya, Nicha membawa Dunk masuk ke jok belakang sehinga Joong lebih terlihat seperti supir mereka berdua.

"Apa kalian mau aku antar pulang atau bagaimana?" tanya Joong.

"Jangan langsung pulang, aku khawatir akan ada seseorang yang mengikuti kita!" Nicha menjawab sambil memandangi buket peony merah yang ada di pangkuannya.

Joong mengangguk dan mulai membawa dua penumpangnya pergi dari sana. Hujan turun semakin deras. Suaranya gemericik dengan begitu berisik.

Dunk mengambil gawai dan mulai memainkannya untuk menghindari percakapan dengan Joong, sementara setelah menerima tasnya kembali, Nicha menerima telepon dari managernya.

Pond tidak membalas pesan, sehingga Dunk memilih mencari cara untuk melepas rasa tak nyaman dalam hatinya. Dunk akhirnya membuat akun anonim dan mulai menuliskan apa yang dia alami selama beberapa waktu belakangan.

Joong diam-diam memperhatikan Dunk lewat cermin dan tersenyum melihat Dunk yang menunjukan wajah serius ketika mengetik sesuatu di layar gawainya.

***

Dunk memastikan pintu benar-benar sudah tertutup rapat dan terkunci ketika dia masuk ke kamar mandi kondominium mewah di pusat kota. Dunk sejujurnya punya kebiasaan untuk tidak menutup pintu kamar mandi karena merasa lebih aman dalam keadaan demikian, tetapi kali ini dia melakukan yang sebaliknya karena khawatir akan ada yang masuk saat dia sedang membersihkan diri.

Sebenarnya, Dunk kaget ketika mobil yang dikemudikan Joong malah masuk ke basement gedung tidak dikenal, tetapi Joong menjelaskan bahwa Nicha sudah menanyainyabapakah tidak apa-apa jika Dunk ikut ke tempat tingal Jonong terlebih dahulu dan Dunk hanya menganguk. Dunk sepertinya terlalu serius membagikan cerita tak masuk akalnya di dunia maya sampai tak menyadari Nicha meminta persetujuannya saat itu.

Akhirnya, mau tak mau Dunk merutuki kecerobohannya sendiri sambil berjalan mengikuti Joong. Setidaknya, dia tidak hanya berdua dengan cowok itu tetapi bertiga bersama Nicha juga. Dunk juga sudah mengirimkan lokasi terkininya kepada Pond sehinga jika terjadi sesuatu, Pond akan bisa melakukan sesuatu.

Setelah membersihkan dirinya, Dunk kebingungan mencari handuk kering, sementara seluruh bajunya masih lembab karena terkena air hujan.

Tok tok tok.

Dunk terkejut mendengar pintu kamar mandi diketuk dari luar.

"Dunk, handuk ada di laci ke tiga yang ada di dekat pintu ini. Aku menyiapkan pakaian kering untuk kamu di sini ya!" Suara Joong terdengar dari luar.

"Ya. Pergilah dulu, aku akan keluar!" Dunk menjawab.

Tidak langsung keluar, Dunk terlebih dahulu menungu sampai mendengar suara pintu ditutup. Setelah itu batu Dunk membuka pintu kamar mandi dan memeriksa kamar terlebih dahulu. Helaan napasnya terdengar berat. Tidak ada siapapun di dalam kamar itu, membuatnya berani melangkah keluar hanya dengan selembar handuk.

Joong sudah menyiapkan kaos oversize berwarna mint dan celana panjang longar berwarna putih dengan bahan yang lembut.

Dunk memakai apa yang Joong siapkan untuknya lalu memeriksa handphonenya sambil berjalan keluar dari kamar cowok itu. Pond sudah membalas pesanya, mengatakan bahwa badai sudah mulai reda tapi hujan masih turun dengan deras. Mereka membahas soal dengan siapa Pond berada di lokasinya dan dengan siapa Dunk di saat yang sama.

Begitu keluar kamar, Dunk hanya menemukan Joong dan tidak menemukan Nicha.

"Di mana Kak Nicha?" tanya Dunk.

"Managernya baru saja datang untuk menjemput!" jawab Joong santai.

Dunk terkejut tetapi Joong tidak menunjukkan pergerakan yang mencurigakan.

"Aku akan mengantar kamu pulang, tapi setelah hujan reda." tuturnya.

Dunk mendengkus lalu berjalan ke arah sofa dan duduk di sana. Joong lalu menawarkan makan malam sehinga mereka melakukan panggilan pesan antar dari restoran terdekat.

Awalnya, Dunk merasa tidak nyaman dan belum bisa merasa aman sampai Joong berinisiatif untuk melakukan panggilan video dengan Pond. Panggilan video itu membuat Dunk merasa lebih tenang karena mulai mendapat keyakinan bahwa Joong sama sekali tidak memiliki niat buruk kepadanya.

Pond mengatakan bahwa dia bosan dan ingin segera kembali, tetapi ada staf yang mengabarkan bahwa terjadi banjir yang menutup akses jalan. Oleh karena itu, dia dikirim ke sebuah penginapan terdekat.

"Hei, Pond. Bukankah itu orang yang kamu sukai?" Dunk segera berkata begitu muncul seseorang di belakang Pond.

Pind langsung menoleh, lalu meminta Dunk untuk diam. Sepertinya, ada kelompok lain yang juga terjebak banjir dan memasuki penginapan yang sama.

***

9 September 2023
21:11

7 ConcubineWhere stories live. Discover now