25. Terungkap

2.4K 300 229
                                    

Dibaca pelan-pelan ya, alur di part ini maju mundur, semoga mudah dimengerti

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dibaca pelan-pelan ya, alur di part ini maju mundur, semoga mudah dimengerti.

Happy Reading.

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
🏍🏍🏍

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
"Husna!"

Husna membuka mata, mengerjap beberapa kali sampai penglihatanya semakin jelas, di sekelilingnya gelap, hanya ada sedikit cahaya yang masuk dari celah pintu. Husna menoleh dan menemukan Dara yang sedang menangis.

"Dara." Husna mencoba bangun tapi seluruh tubuhnya terasa nyeri. Dara mendekat ke arah Husna dan memeluknya.

"Maafin aku Na," ucap Dara berkali-kali.

Husna jadi teringat pesan yang Cia kirimkan beberapa hari lalu, apa benar Dara pelakunya? Tapi kenapa?

Husna mendorong Dara pelan, kondisi Dara juga tidak terlihat baik, pelipisnya berdarah, baju dan tubuhnya terlihat kotor.

"Kita di mana?" tanya Husna.
"Aku ga tau, Bapak yang bawa aku ke sini."
"Bapak?"
"Kita saudara, Na."
"Hah?"

Dara tidak menjawab dan malah kembali memeluk Husna.

"Aku juga anak Bapak Haris, bukan cuma aku, tapi Dira juga, kembaran aku," ucap Dara sambil terisak.

"Maksudnya gimana?" tanya Husna masih tidak mengerti.

"Aku kembar, Na. Kakak aku namanya Dira, kita anak Bapak Haris. Aku sama kamu saudara beda ibu, Na. Aku juga baru tau beberapa bulan lalu, tapi aku ga bisa kasih tau kamu."

"Tapi Bukde bilang, anak Bapak itu laki-laki."

"Kita kembar tiga, Dani, Dira, Dara. Tapi Dani meninggal di umur satu tahun."

Hening, Husna tidak tau harus mengatakan apa, sedangkan Dara kembali memeluk Husna dan terus menggumamkan maaf.

"Kamu yang lakuin semua ini?" tanya Husna pelan, dia sangat berharap jika Dara akan menyangkalnya.

Dara menggeleng membuat Husna bernapas lega, dia tau Dara tidak mungkin melakukannya. Dara akhirnya menceritakan semuanya kepada Husna, tentang teror, tabrak lari dan kenapa mereka ada di tempat ini sekarang.

Tahun ajaran baru saat Dara masuk Aliyah, Dira untuk pertama kalinya mengantar Dara ke pesantren. Awalnya semua berjalan seperti biasa, sampai mereka tiba di Daarul Hikmah dan Dira melihat Husain.

"Itu siapa?" tanya Dira menunjuk Husain.
"Gus Husain, cucunya Kiai."
"Ganteng banget, dia juga sekolah sama mondok di sini?"
"Iyalah."
"Aku juga pengen mondok, aku suka sama dia."

Hari itu Dira meminta izin untuk ikut mondok tapi tidak diizinkan karena Dira juga sudah daftar di sekolah lain dan tidak bisa pindah begitu saja.

"Ayo tukeran," ucap Dira memaksa Dara untuk bertukar tempat. Mereka memang kembar identik, jika hanya melihat sekilas, orang tidak akan bisa membedakan mana Dara dan Dira.

Harsa HusnaWhere stories live. Discover now