20. Trauma

1.9K 267 232
                                    

Jangan lupa dzikir

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jangan lupa dzikir.

Happy reading 🧚‍♀️

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
🏍🏍🏍

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Husain menghela napas saat merasakan tatapan orang di sekitarnya, ini sudah tiga hari sejak kejadian itu. Orang-orang menatapnya dengan berbagai macam ekspresi. Ada yang penasaran, menuduh, mencemooh dan marah.

Tiga hari lalu, Kiai sudah mengumumkan hubungan Husain dan Husna untuk menghindari fitnah dan meminta pengertian juga penerimaan mereka terhadap keduanya. Mungkin karena itu mereka menatap Husain tidak suka.

Baru mengucapkan salam, Nyai memanggil dari arah belakang.

"Husna dari tadi di kamar mandi, ga mau keluar," ucap Nyai.

Husain menggedor pintu kamar mandi dan memanggil Husna, tidak ada sahutan selain isakan tangis dan suara air yang terdengar.

"Buka atau aku dobrak!"

Husna masih tidak menjawab. Husain berjalan ke kamarnya dan mengambil selimut lalu kembali ke belakang dan dengan sekuat tenaga mendobrak pintu kamar mandi. Terlihat Husna meringkuk di bawah shower yang menyala, Husain langsung mematikan shower, membungkus Husna dengan selimut dan membawanya ke kamar.

"Darahnya ga mau hilang, Ucen. Lengket. Bau hiks.."

Husain mendudukan Husna di kursi dan mengelap wajah dan rambutnya yang basah. "Badan kamu udah bersih, Na. Ga ada darah dan ga bau."

"Darah Ucen hiks.. darahnya keluar lagi hiks.." Husna menunjukan tangannya. Husain menghela napas dan memakaikan Husna baju lalu memangkunya.

"Ga ada darah, Sayang. Coba buka matanya, lihat aku."

Husain mengusap wajah Husna yang basah dan terus menyuruhnya untuk membuka mata. Husna akhirnya mau membuka mata dan kembali menangis memeluk Husain.

"Takut Husain hiks.."
"Aku di sini sama, ga usah takut. Kita jagain kamu. Udah ya nangisnya? Udah berpa hari ini kamu nangis terus, mata kamu udah bengkak, Sayang."

Tangis Husna melemah dan tersisa isakan kecil.

"Kita keluar, sarapan ya? Una mau makan apa?" ajak Husain. Husna langsung menggeleng, sudah tiga hari juga Husna tidak keluar kamar selain ke kamar mandi.

"Ga mau keluar? Berjemur yu di belakang sambil sarapan, aku suapin."

"Ga mau."

Husain hanya diam, dia tidak tau harus membujuk seperti apa lagi. "Ya udah tunggu sebentar, biar aku ambil makan dulu." Husain menurunkan Husna di kasur dan berjalan keluar untuk mengambil sarapan mereka.

Harsa HusnaWhere stories live. Discover now