Adzkiya dikejutkan dengan sang suami yang merebahkan kepalanya dipangkuannya dan wajahnya dihadapkan pada perutnya.

"Anak ayah sehat-sehat yah, jangan sakitin bunda, biar ayah aja yang ngerasain bunda jangan" Gus Zidan mencium perut sang istri.

"Jangan dong mas"

"Kenapa sayang"

"Mas kan kerja, cari uang buat kita kalo mas sakit siapa yang cari uang terus biaya persalinan Kiya nanti gimana"

"Mas tanpa kerja juga bisa sayang, eh maksud mas, mas bisa tinggal duduk terima hasil"

"Kok bisa"

"Karena setiap restoran yang mas punya sudah ada yang urus sayang, mas cuman biasanya tinggal tanda tangan kontrak"

"Sebanyak apa restoran mas"

Adzkiya memang tahu sang suami memiliki restoran tapi ia tidak tahu bahwa suaminya itu memiliki banyak cabang.

"Sekitar 5 cabang sayang yang terpencar di bandung"

"LIMA" ucap Adzkiya kaget.

"Kamu gak tau sayang" Adzkiya mengangguk.

"Sebenarnya Kiya tau, tapi Kiya pikir cuman satu"

"Nanti kalo ada waktu mas ajakin kamu ke setiap cabangnya yah"

"Hm" Adzkiya mengelus rambut sang suami membuat seorang Gus Zidan semakin nyaman dengan posisinya.

"Mas"

"Hm"

"Kok banyak yah yang suka sama mas"

"Hah maksudnya apa sayang"

"Itu loh mas, kok banyak banget yang suka sama mas"

"Banyak emang siapa"

"Pertama Claudia yang kedua Mawar terus sekarang Aurelia"

"Aurelia siapa sayang"

"Jangan pura-pura ngga tau"

"Mas lupa sayang"

"Itu loh santri yang pernah jadi perwakilan untuk lomba antar pesantren di pesantren Abi"

Gus Zidan cukup lama berpikir, karena ia memang lupa siapa itu Aurelia.

"Udah ingat" Gus Zidan mengangguk.

"Kamu tau dari mana kalo dia suka sama mas"

"Mas kenapa kepo"

"Ya Allah salah nanya lagi" tapi hanya mampu berucap dalam hati.

"Maksud mas gini, hm mau sebanyak apapun perempuan diluaran sana yang suka sama mas, mas gak peduli karena mas suka dan cintanya cuman sama kamu"

"Kok bisa"

"Loh kok nanya kok bisa, soal begituan gak usah ditanya sayang"

"Tapi Kiya mau tau alasannya"

"Begini sayang" Gus Zidan mendudukkan dirinya dan langsung menghadapkannya dihadapan sang istri.

"Karena kamu istri mas, istri mas hanya satu dan selamanya akan satu yaitu kamu jadi mas gak peduli diluaran sana mau sebanyak apapun perempuan yang suka sama mas"

"Alasannya pasaran" Adzkiya berdiri dari duduknya dan mau melangkah tapi langsung ditahan sang suami.

"Mau kemana hm" Gus Zidan ikut berdiri dan memeluk sang istri dari belakang.

"Mau wudhu mas"

"Oh yaudah kita wudhu bareng"

Keduanya kembali melaksanakan sholat, saat ini mengerjakan sholat isya.

Janji Sakral ZiyaNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ