Jika situasi di gedung tua yang begitu suram dan menegangkan karena aura abang-abangnya Rafa yang menguar Ketika mendengar bahwa adik mereka kenapa-napa di kediaman Alarick, kini berbanding terbalik dengan keadaan di mansion Alarick.
Malam masih belum larut. Para pekerja Sebagian masih ada yang berada di mansion Alarick untuk menyelesaikan tugasnya. Sekitar lima belas maid tertunduk dalam di ruang utama mansion Alarick. Tidak hanya maid saja, Sebagian bodyguard dipanggil ke dalam ruang utama. Ini semua atas panggilan dari Nyonya besar Alarick, Vania Alarick.
Dirga selaku kepala keluarga belum pulang dari Perusahaan. Tidak biasanya, mungkin masih memiliki banyak urusan. Jadi di mansion ini Vania yang memegang kendali untuk sekarang.
“Sakit? Bilang sama mommy kalau sakit,” ucap Vania sembari mengobati jari Rafa yang terluka. Sebenarnya luka tersebut tidak parah.
Singkat cerita sebelum Rafa mendapati luka pada jarinya. Rafa saat itu merasa bosan berada di dalam kamarnya. Setelah melakukan aktivitas dari pagi sampai sore dimana ia selalu diperebutkan, kini malam hari ia berada di kamarnya. Ini pun atas suruhan Vania. Vania melarang anak-anaknya untuk tidak mengganggu Rafa lagi dan memperebutkan Rafa, padahal Vania pun juga seperti itu. Akhirnya Rafa berakhir di dalam kamarnya seorang diri.
Sempat merasa tenang dan damai di malam hari ini. Tapi lama-lama ia juga pasti akan bosan. Mengambil handphonenya dan memeriksa apakah ibu atau ayahnya mengirimi ia pesan, tapi ternyata tidak. Malahan ramai pesan yang dikirim oleh abang-abangnya. Untuk saat ini Rafa tidak ingin berurusan dengan keluarga Ganendra. Rafa masih terbelenggu dengan pikiran negatifnya.
Pada akhirnya Rafa memilih keluar dari kamarnya. Berjalan keluar dari kamar dan menuju ke arah tangga. Ia tak segera turun, berhenti sebentar di atas tangga sembari melihat-melihat suasana di mansion ini. Bisa dibilang mansion Alarick lebih mewah daripada mansion Ganendra.
Mansion Ganendra mewah juga kok, tapi jika disandingkan dengan mansion Alarick, mansion Alarick lebih unggul. Memikirkan itu membuat kepala Rafa merasa pusing. Sadar dengan apa yang ia lakukan tadi, Rafa langsung menggelengkan kepalanya. Apalah yang ia pikirkan tadi. Seharusnya ia tidak membandingkan antara mansion Ganendra dan juga mansion Alarick. Itu tidak baik, seharusnya ia bersyukur dua keluarga itu bersedia menampung dirinya. Sedangkan ia malah membandingkan dua keluarga itu. Rafa merasa tidak pantas.
Sampai Ketika arah matanya terfokus pada tiga abangnya yang sepertinya akan keluar malam ini. Melihat itu Rafa bergegas turun tangga dan menyusul tiga abangnya yang tak lain dan tak bukan adalah Dean, Elang dan Alan.
Belum juga Rafa sampai di pijakan terakhir dan masih di tengah-tengah tangga, tiga abangnya itu sudah keluar dari mansion. Jarak mereka pun terbilang cukup jauh. Percuma Rafa berteriak, mereka sudah keluar dari mansion.
YOU ARE READING
Rafa (Hiatus🤎)
Fanfiction[Brothership] [Not bl] Tentang Rafa, hidup bersama kedua orang tuanya yang memiliki hidup pas-pasan. Rafa tidak mengeluh akan hidupnya. Bahkan ia dengan senang membantu pekerjaan orang tuanya. Ayahnya sebagai tukang kebun di kediaman ALARICK dan i...