12

20.5K 1.3K 50
                                    

Mendengar perkataan ayahnya, Rafa segera melepas pelukan pada ibunya

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Mendengar perkataan ayahnya, Rafa segera melepas pelukan pada ibunya. Menegakkan kembali badannya lalu menengadahkan kepalanya untuk menatap sepasang mata sendu milik ayahnya.

"Ayah, jangan bilang seperti itu. Sungguh, Rafa tidak pernah menyalahkan ayah."  Rafa memberikan kalimat penenang untuk ayahnya. Orang tuanya tidak bersalah apa apa. Yang salah itu temannya.

Dan tiba-tiba,

Plakkk!

Lengan Rafa dipukul oleh Helia. Helia yang tadinya menampilkan raut muka sedih, kini tergantikan dengan raut muka emosinya, "Anak nakal. Kenapa tidak memberitahu ibumu hah!" Marah Helia.

Rafa meringis mendapatkan pukulan itu, rasanya perih. Pukulan dari ibunya memang tidak main-main.

"Aduh, sakit bu." Ringis Rafa dengan lirikan mata yang menatap takut pada ibunya.

"Ayahhh…" Adu Rafa kepada Arya. Meminta perlindungan dari amukan ibunya.

"Masih mengharapkan pembelaan?"  Balas Arya dengan menatap tajam anaknya. Ia juga merasa kesal dengan diamnya Rafa atas tindakan teman-temannya. Sebagai orang tua jelas ia dan istrinya tidak terima. Jika sedari dulu ia mengetahui sikap teman-teman Rafa pada anaknya, sudah dari dulu ia memindahkan Rafa ke sekolah baru.

Tidak perlu berpikir ulang, tentang masalah biaya yang semakin menambah ia tidak peduli. Yang penting anaknya hidup aman tentram. Uang bisa dicari lagi.

Kini tatapan Rafa beralih ke keluarga Alarick dan Ganendra. Rafa menyesal menoleh ke mereka, tatapan dingin dari semua abangnya bahkan dari daddy dan mommynya membuat ia semakin terpojok.

"Hehehe." Ringis Rafa dengan canggung.

"Kenapa kamu tidak menceritakan pada kami sayang?" tanya Elisa dengan suara lembutnya. Tak terlintas di dalam benaknya jika anak kesayangannya menjadi korban bullyan. Mendengar kabar ini membuat Elisa kesal. Anak Clara memang harus dihajar dulu oleh putra-putranya agar tau kesalahannya itu benar-benar fatal.

Rafa menundukkan kepalanya dengan jari yang saling bertautan. Abangnya memang tidak memarahi dirinya karena tidak memberitahu mereka, tapi tatapan mereka benar-benar sangat tidak bersahabat. Ingin rasanya lari dari kenyataan.

"Rafa."  Suara dingin berasal dari Dirga yang saat ini mengawasinya dari ujung sana. Duduk dengan tangan yang bertopang di sandaran sofa dan tatapan mengintimidasinya membuat Rafa semakin menundukkan kepalanya.

"Ya daddy?" Jawab Rafa dengan lirih, kepalanya masih tetap tertunduk.

"Angkat pandanganmu ketika diajak bicara. Di mana sopan santun mu?" Sarkas Dean, sepertinya suasana hatinya masih buruk semenjak mendapat kabar mengenai tadi,  terlebih adiknya tidak memberitahu mereka. Sebenarnya mereka itu dianggap oleh Rafa apa tidak.

Rafa (Hiatus🤎) Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon