32

11.5K 1K 88
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.












"Karena saat itu nyonya Elisa berada di rumah kami, dan kami mengambil kesempatan itu untuk meminta pertolongan pada mereka," balas Arya dengan hati-hati. Takut ada salah dalam penjelasannya yang dapat membuat keluarga Alarick tak senang.

"Jadi adikku berada di sana?" tanya Vano dengan raut muka emosi.

"Rasanya aku ingin menghancurkan mansion itu," ucap Elang dengan lirih. Dalam benaknya, Elang  merasa tak suka dengan kabar ini. Kenapa harus di sana, mereka jauh lebih bisa untuk menjaga Rafa.

Alan dan Dean tak ikut berkomentar. Mereka memilih diam. Namun dalam pikirannya, mereka sedang memikirkan rencana. Entah apa. Hanya mereka yang tau.

"Jika aku membawa Rafa ke sini? Tidak apa-apa?" tanya Vania pada orang tua Rafa. Merasa tak terima dengan pernyataan ini, tapi sudah terlanjur. Lebih baik mencari solusi agar Rafa bisa tinggal juga di mansion nya. Jika orang tua Rafa setuju, ia akan bernegosiasi dengan Elisa untuk membiarkan Rafa tinggal juga di mansion nya. Pokoknya Rafa harus bersama mereka!

"Ah itu terserah anda nyonya. Kami sangat berterimakasih karena anda telah membantu kami, terimakasih atas perhatian tuan dan nyonya," ucap Helia. Ia sangat bersyukur dikelilingi oleh orang-orang baik seperti keluarga Ganendra dan Alarick. Merasa terhormat bisa berada di antara dua keluarga ternama itu.

"Baik, kalian bisa berangkat," ucap Dirga pada orang tua Rafa. Takutnya mereka terburu-buru.

"Baik tuan, terimakasih," balas Arya.

Arya dan Helia mulai beranjak dari tempatnya. Berpamitan singkat, lalu mereka masuk ke dalam mobil. Bersiap untuk memulai perjalanan dari kota menuju ke desa. Tempat dimana keberadaan kakek nenek Rafa.

Setelah Arya dan Helia pergi. Di mansion Alarick, suasana begitu suram. Ini seperti saat Rafa pergi pulang kampung dalam tiga hari.

Vania melihat ke empat anaknya yang berdiri dengan kepala tertunduk. Mereka pasti sama tak terimanya dengan ia. Tapi mau bagaimana lagi, itu sudah keputusan orang tua Rafa.

"Tidak apa-apa, hari ini biarlah Rafa bersama mereka. Besok kita ke mansion Ganendra," ucap Vania pada anak-anaknya.

Mereka semua mengangguk lirih. Meskipun mereka mengiyakan ucapan mommy mereka. Tapi tidak dengan isi kepala mereka. Terkhusus Vano. Besok sekolah,  ia memiliki rencana untuk mengajak Rafa pulang ke mansion nya. Senyum remeh tercetak jelas di bibirnya.

Banyak kesempatan bagi Vano untuk mewujudkan rencananya. Vano selalu beruntung, dan keinginan Vano selalu tercapai. Itu lah Vano. Di banding dengan ke tiga abangnya yang lain, Vano lebih lebih keras kepala dan yang paling posesif dari mereka. Karena yang pertama kali akrab diantara mereka berempat, dia yang pertama akrab dengan Rafa. Dan pasti Rafa merasa paling dekat dengan dirinya. Itu adalah salah satu keuntungan Vano.







Rafa (Hiatus🤎) Where stories live. Discover now