William tak berkata apapun, ia justru memotong daging sapi panggang didepannya walau sedikit kesusahan, menusuknya dengan garpu lalu menyuapkannya pada lintang.

"Buka mulutnya" Titah William.

Dengan patuh lintang membuka mulutnya, mengunyah pelan makanan yang diberikan sang papa dengan mata yang masih terpejam.

Satu ruangan dibuat terkekeh oleh kelakuan menggemaskannya.

***

Semua orang telah kembali pada aktivitasnya masing-masing, Lintang memutuskan bangkit dari sofa, ia butuh udara segar sekarang.

Walaupun ia berkeliling sendiri tapi terasa ia berjalan dengan ramai-ramai. Sedari tadi ia memperhatikan, bodyguard yang menjaga luar mansion bertambah semakin banyak, beberapa kamera pengawas juga terpasang apik dibeberapa tempat.

Ia berjalan cukup santai, tetapi dirinya tertarik pada halaman belakang bagian selatan. Yang ia tahu, tanah disana dijadikan kebun bunga.

"Wahh~~Cantiknyaa~~" Serunya pelan.

Bunga-bunga dengan beragam jenis dan warna itu membuatnya matanya berbinar, tak jarang beberapa lebah pun ada disana.

"Paman, Aku boleh metik ini??" Tanyanya girang pada seseorang dibelakangnya, yang entah kapan ada disana.

"Kita harus izin dengan tuan besar terlebih dahulu tuan kecil. Saya akan meminta izinnya sekarang, tuan kecil tunggu sebentar"

Lintang mendengus sebal, tak ayal jika ia mengangguk untuk meng-iya-kan ucapan bodyguard tersebut.

Tak lama kemudian, pria berjas hitam itu kembali datang membawa kabar bahwa ia diizinkan untuk memetik bunga sesuka hatinya, tetapi harus dengan berhati-hati.

Lintang memakai sarung tangannya demi keamanan, ditangan kirinya kini terdapat sebuah keranjang berbahan kayu, dan ditangan kanannya terdapat gunting khusus untuk memotong Bunga agar lebih mempermudah.

"Ini cantik sekaliiii~" Serunya senang, ia kemudian memetiknya dan memasukkannya kedalam keranjang.

Lintang kembali memutari tanaman-tanaman indah tersebut, tanpa sadar matahari mulai meninggi membuat kulitnya perlahan memerah.

"Sudah tuan kecil, waktu anda diluar telah usai" peringat bodyguard seraya mengecek Stopwatch ditangannya.

Lintang mengangguk pelan, ia rasa semuanya sudah cukup, kulit putihnya berubah merah jika terlalu lama terkena sinar matahari.

Bodyguard tersebut membantu tuan kecilnya melepas sarung tangan yang dikenakan dan membawa keranjang yang berisikan beragam bunga-bunga yang telah didapatkan tuan kecilnya.

"Tolong taruh ditempat yang bagus ya pamann, Dadahh~~" Ucapnya gembira, laku berlari pergi dari sana.

"Jangan berlari tuan kecil nanti—

—Bruk

Lintang langsung bangun dari jatuhnya, ia melemparkan Cengiran khasnya pada bodyguard disana yang terdiam kaku.

"Hehehe~~maaf paman" Ucapnya kembali lalu melanjutkan larinya.

"Hahh" hembusan nafas terdengar ketika lintang sudah pergi, ia sempat menahan nafasnya ketika tuan kecilnya terjatuh, nyawanya selamat kali ini, tapi entah jika nanti...

***

Lintang memutuskan membersihkan dirinya, jangan kalian fikir jika lintang tadi pagi tak mandi, Anak kecil Smith itu cukup sensitif jika kulitnya tak bersih. Jadi, ia memutuskan untuk membersihkan dirinya.

Lintang berjalan sembari melompat-lompat kecil membuat rambut coklat madunya bergerak seirama dengan langkahnya. Tapi tiba-tiba langkahnya berhenti.

Lintang meremas dadanya kuat, jantungnya terasa berdebar kencang disusul dengan nafasnya yang mulai terengah, ia cukup kesulitan meraup oksigen dikektarnya.

"T-tolonhhh...."

"S-sakittthh..."

Nafasnya mulai terputus-putus, ia terduduk lemah dilantai dengan tangannya yang masih meremas dadanya semakin kuat, guna meminimalisir rasa sakit yang mendera dengan tiba-tiba.

"A-akhhh.."

Rasanya semakin sakit, ia mulai panik.

Lintang mengangkat tangan sebelahnya saat merasakan sesuatu mengalir dari hidungnya, ia semakin panik kala cairan itu adalah darahnya sendiri dengan warna merah yang pekat.

"U-uhuk... Hiksss t-tolong.."

Lintang mengingat sesuatu, ia menekan tombol yang berada di kalungnya, mencoba mencari pertolongan pertama kala tangannya bahkan sudah sulit untuk digerakkan, dengan gerakan patah-patah sembari menahan sakit, lintang berhasil menekannya dengan tenaga yang tersisa.

Alarm mansion berbunyi disetiap sudut yang juga terhubung langsung pada ruangan kerja dikantor William dan yang lain, Alarm yang berbunyi seperti Alarm kebakaran itu langsung membuat semua orang panik. Mereka yang berjaga diluar mansion langsung berlari cepat kedalam, mencari disetiap sudut ruangan tuan kecil mereka.

"D-darah.. d-darah.."

Lintang menekan dadanya semakin kuat, ia mulai tak bisa menghirup udara karna panik yang melanda melihat darahnya tak kunjung habis mengalir.

"T-tolonghh.."

"P-pa.. t-tolonghh.."

Lintang tak kuat menahan debaran di dadanya, pandangannya memburam dan detik berikutnya Lintang benar-benar tak sadarkan diri.


______________________________________________

Maapkeun klo gantung, ini udh panjang lho..

Aku up sekarang biar kalian ga nunggu lama lama..

Makasi yg udh setia nunggu..

Lop yuu..

Votenya janlupp gesss..

.

.

.

.  

-Ky

LINTANG ANGKASA ‹SMITH›Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang