PART 26

5.5K 249 2
                                    


›Happy Reading‹

***

Seorang pemuda pemilik netra berwarna biru Velvet, mengerjapkan perlahan kedua bola mata bulatnya. Matanya melihat kearah jam yang tergantung didinding, jarum jam menunjukan Pukul 14.09 siang.

Pemuda yang diketahui bernama lintang itu masih enggan bangkit dari kasur kingsize yang ia gunakan. nyawanya belum terkumpul sempurna yang menyebabkan dirinya hanya melamun.

Saat sudah puas berdiam Diri, ia bangkit menuju pintu keluar ruangan.

Kriet

"Tuan kecil sudah bangun?" Tanya seseorang yang tak lain tak bukan adalah Ray.

"Belum" jawab lintang sekenanya.

"Ingin kemana tuan kecil?" Tanya Ray kembali.

Lintang yang malas berbicara hanya menjawab asal, "Toilet" ujarnya.

"Didalam juga ada toilet tuan muda" Sahut Ray.

Lintang mendelik sebal, "Pokoknya aku mau keluar lah!"

"Tap—

"Gausah tanya-tanya!" ujarnya tak lupa dengan wajah kesalnya.

***

Lintang berjalan menuju arah toilet siswa dengan tangan bersedikap dada, jangan lupakan bibirnya yang mengerucut.

Dibelakangnya ada pengawal pribadi yang menurut lintang menyebalkan karna banyak bertanya sehingga membuat dirinya yang malas berbicara menjadi harus berbicara.

Ray menghentikan langkah kakinya saat sakunya bergetar tanda ada panggilan masuk.

"Tuan kecil, tunggu sebentar disini, jangan kemana-mana" pesan Ray sebelum mengangkat telfonnya.

Lintang hanya membalas dengan deheman. lain di mulut lain di kenyataan, buktinya lintang sekarang malah terus melangkah tanpa memperdulikan perkataan Ray.

Langkahnya berbelok entah kemana, tapi kelihatannya tempat ini seperti halaman belakang sekolah yang jarang sekali didatangi.

Dirinya terus melangkah sampai mendekati sebuah gerbang belakang.

Lintang menelisik sekitarnya, "ini bisa dipanjat kok" gumamnya.

hingga beberapa saat....

Hap

Pada akhirnya, gerbang menjulang tinggi tersebut berhasil dipanjat oleh lintang. pancaran wajahnya seketika terlihat bangga pada diri sendiri karna berhasil memanjat gerbang.

"Habis ini kita kemana??" gumamnya.

Dia kembali berjalan, hingga netra biru Velvetnya melihat plang yang tak asing, raut wajahnya seketika cerah, dengan segera berlari menuju arah yang ditunjukan di plang yang ia baca.

Tempat ini adalah tempat dimana remaja-remaja brandal berkumpul, biasanya juga tempatnya sering digunakan untuk para siswa membolos dijam pelajaran.

Sudah tertebak bukan nama tempatnya? Ya, Warnet adalah tempat tujuan lintang Sekarang.

"Udah lama banget gak ke warnet" gumamnya bahagia.

***

"Tuan kecil Lintang pergi meninggalkan Sekolah, tuan besar" ujar Ray.

William memijat pelipisnya lelah, bayi beruangnya membuat ulah kembali. ia tadi memang memperbolehkan lintang sekolah dengan harapan Lintang tak membuat ulah kembali, tapi nyatanya?

Hela nafas lelah William terdengar, ia sudah pusing dengan musuhnya yang tiba-tiba menghilangkan jejaknya, ditambah anak kesayangannya berbuat sesuatu.

"Cancel meeting hari ini, biar saya yang menjemputnya" ujar William seadanya.

"Baik tuan" ujar Ray lega.

Disisi lain, Lintang justru asik memainkan Komputer yang ia sewa. matanya tak henti menatap layar komputer didepannya dengan fokus, terhitung sudah lebih dari setengah jam ia berada disini, tapi tiba-tiba dirinya lupa waktu.

"Yahhhh kalahhh, dikit lagi padahal" ujarnya lesu, bahunya langsung turun dengan lemas.

"Karna sudah kalah, waktunya pulang" sahut orang lain dibelakang lintang.

Lintang tak memperdulikannya, "Satu kali lag—EH SUARA PAPA?!" Dengan cepat kepalanya menoleh kebelakang.

Setelahnya, lintang memberikan senyumnya yang canggung tetapi berbeda dengan raut wajahnya yang terlihat panik.

"Papa cenayang? kok bisa tau aku disini?" tanya lintang basa-basi agar meredakan rasa paniknya.

William hanya menampilkan raut datarnya, "Papa bukan cenayang, tapi ada bayi beruang terlepas" jawabnya.

"Tapi nan—

"Pulang! tidak ada alasan" ujar William cepat.

______________________________________________

mingdep libur dlu ya ges up-nya, ada sesuatu yg urgent🙏

.
.
.
.


LINTANG ANGKASA ‹SMITH›Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang