PART 19

6.1K 296 3
                                    


Vote?

Happy reading

***

Internasional hospital Smith

Disinilah semua berada, salah satu rumah sakit ternama dikota tersebut, Hampir seluruh Anggota Smith berkumpul disana, demi menunggu kesayangan mereka siuman.

Tak tanggung-tanggung, Ruangan khusus yang digunakan seluas unit apartemen.

Lintang sejak kemarin sudah berada di ranjang persakitan, bahkan belum kunjung membuka matanya. itu yang membuat seluruh pria bermarga Smith kalang kabut.

Ruangan yang saat ini di tempati lintang kisaran berisi Sepuluh orang, ditambah lintang sendiri menjadi sebelas.

Keadaan lintang tidak bisa dikatakan baik-baik saja, ia mendapati banyak luka di sekujur tubuhnya, tentu saja itu membuat semuanya murka.

Anggota bawah yang dipimpin Si sulung William itu bergerak cepat melacak semua orang yang bersangkutan atas penculikan lintang.

Perlahan, mata seseorang yang ditunggu-tunggu mulai terbuka, sedikit menyeritkan dahinya untuk menyesuaikan dengan cahaya disekitarnya.

matanya menangkap sosok papa yang masih berkutat dengan laptopnya. Lintang berusaha mengeluarkan suaranya untuk memanggil siapapun yang ada disana.

"papa.." Lirihnya.

William yang pada dasarnya peka terhadap suara pun menolehkan kepalanya. wajah terkejut terpampang jelas. dengan segera mendekati ranjang putra bungsunya.

"Anak papa sudah bangun, Lintang ingin sesuatu? katakan hm" tanya William.

"Minum" sahutnya dengan suara yang hampir tidak terdengar.

Aldrich yang sedang berada disana tanpa berlama segera menekan tombol untuk memanggil dokter. Semuanya tersenyum bahagia.

William membantu Si bungsu untuk duduk, agar memudahkan lintang untuk minum.

Lintang yang merasakan nyeri diseluruh tubuhnya mengeluarkan ringisan pelan.

"pelan-pelan saja ya" ujar William.

Tak berapa lama setelah itu Dokter pun tiba, kali ini bukan Sion, melainkan dokter lain yang terpercaya, sebut saja Dokter Sam.

"Lintang bicara dengan jujur ya, dimana bagian yang sakit?" tanya dokter Sam dengan ramah.

"S-semua"

Sungguh ia seperti sangat sulit untuk mengeluarkan suaranya, lehernya seperti tercekik ketika ia akan mengatakan beberapa kata.

Sam yang menyadari itu dengan segera mengecek beberapa bagian luka yang masih sangat membekas.

Di leher lintang memang terdapat luka memerah bekas Tangan, seperti seseorang telah mencekik Bungsu Smith.

"Sepertinya kita perlu melakukan Ronsen ulang di beberapa bagian, terutama leher yang mengakibatkan Tuan kecil sulit untuk berbicara, semuanya sudah lumayan stabil. kalau begitu saya izin pamit" jelasnya, kemudian berpamitan.

"Silahkan" Sahut William.

Setelah dokter Sam pergi, William kembali mendekat kearah Ranjang yang ditempati lintang.

Ia bisa melihat bola mata putra bungsunya berkaca-kaca seakan ingin menumpahkan semua tangisnya.

"Lintang kenapa hey? mau sesuatu? Ayo katakan" ucapnya seraya membawa tangannya untuk mengusap Surai madu milik lintang.

Semua orang yang berada disana hanya memperhatikan, membiarkan interaksi ayah dan anak itu berlanjut, karna selama ini Lintang memang hanya dekat dengan sang papa.

Lintang menggeleng pelan menjawab perkataan sang papa, ia masih was-was saat ini, takut jika ayah kandungnya kembali lalu menyiksanya seperti kemarin-kemarin.

"Lintang mau nangis? tak apa, keluarkan saja" ucapan lembut William membuat airmata lintang mengalir deras.

"G-gak ada yang pukul hiks?" Lirihnya.

"No, siapa yang berani mukul anak papa hm? gak akan ada lagi yang berani mukul lintang" ujar William.

Lintang menatap ragu papanya, kemudian dengan perlahan mengangkat tangannya memberi kode kepada William untuk menggendongnya.

William tersenyum lebar melihatnya, anaknya sungguh menggemaskan.

Catat dalam sejarah dunia, Seorang William Smith tersenyum lebar.

______________________________________________

Votenyaa Gengss

LINTANG ANGKASA ‹SMITH›Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang