66 | Remuk Redam

27 17 7
                                    

"Maaf, ya, lo jadi kedinginan gara-gara gue."

Motor itu sampai di depan rumah Rea persis setelah hujan reda. Gadis itu turun dari motor dengan tubuh dan pakaian sudah basah kuyup seperti Nata. Keduanya saling melempar senyum.

"Lo kedinginan?"

"Pas perjalanan, sih, iya. Kalo sekarang nggak sedingin tadi."

"Kok kebalikan?" Satu alis Nata terangkat. "Malah gue pas perjalanan hangat. Soalnya dapet pelukan."

Laki-laki itu meringis begitu mendapat cubitan di pinggangnya, lalu tertawa kecil, sebelum mengusap-usap telapak tangannya dengan gerakan cepat. Setelah merasa ada kehangatan di sana, Nata menyentuh kedua pipi Rea dengan kedua telapak tangannya hingga gadis itu merasakan sedikit kehangatan di tangan kekasihnya.

Nata melakukan hal yang sama lagi sebanyak tiga kali.

Rea tersenyum. "Lo hati-hati bawa motor. Kalo udah sampe apart kabarin," pinta Rea.

"Siap, Tuan Putri. Ntar kalo udah nyampe gue kabarin lewat chat. Kalo mau makan chat lo. Kalo mau tidur chat lo. Kalau mau ke kamar mandi sekalian chat lo." Cowok itu mengedipkan satu matanya menggoda.

"Aduhhh, ya, nggak sampe kamar mandi juga."

Keduanya tertawa. Rasanya bahagia setelah menghabiskan waktu bersama.

"Langsung mandi, biar nggak masuk angin." Jemari Nata terangkat lagi untuk mengelus pelan kepala Rea. "Habis itu minum yang anget-anget."

Rea mengangkat satu tangan ke pelipis kanan, berlagak hormat. "Siap, Kanten."

Nata mengacak-acak rambut basah Rea gemas sebelum berpamitan untuk pulang. Akhirnya motor sport itu mulai berjalan memecah hening seiring lambaian tangan Rea, sebelum pengendaranya terlihat makin mengecil dan hilang bersama suara motornya.

Rea masih tersenyum. Momen hari ini pasti akan terbawa mimpi dan akan terus tertancap di ingatan Rea sampai berminggu-minggu.

•••

"Daddy."

"Iya, Re? Kenapa?"

Rea duduk di sofa sebelah ayahnya yang tengah sibuk membaca majalah bisnis sambil sesekali menyesap secangkir kopi yang baru saja diletakkan di atas meja. 

"Pas abis tahu baru... sekitar tiga hari setelahnya, itu Daddy ke jembatan nggak?"

Rea baru berani menanyakan hal itu sekarang karena biasanya ayahnya pulang dan kelelahan, gadis itu tidak ingin mengganggu waktu istirahatnya. Dan di saat waktu yang tepat, Rea justru lupa.

Mata Irfan yang awalnya menunduk fokus terhadap majalahnya, mendadak terhenti. Kemudian mengangkat wajah ke samping, menatap putrinya sambil mengingat-ingat.

"Iya."

Alis Rea terangkat, terkejut. "Jadi bener itu Daddy? Daddy sama siapa waktu itu? Sama pacar Daddy, ya?" Raut Rea sama sekali tidak menunjukkan keantusiasan, justru terlihat tidak terima.

Kurva di bibir Irfan mengembang malu-malu. "Iya."

Rea mengguncang-guncang tubuh ayahnya kesal. "Ih... kok nggak dikenalin ke Rea dulu, sih? Kok main pacarin gitu aja, sih? Jangan-jangan pacar Daddy itu ibu-ibu kompleks sebelah, ya?"

Gumaman terkejut terdengar dari Irfan. "Sembarangan, ya, kamu. Ya bukanlah." Irfan mengalihkan perhatian kembali majalah yang dibacanya.

Dada Rea terlihat naik turun setengah emosi. Gerakannya mengguncang tubuh Irfan terhenti.

NATAREL (SELESAI✔️)Where stories live. Discover now