59 | Gosip Gila

29 20 5
                                    

Nata pernah bilang bahwa dua hari sekali ada yang datang membersihkan apartemennya. Rea kira di hari-hari minggu seperti ini cowok itu bangun cepat untuk bekerja karena libur hanya hari Jumat. Tapi saat gadis itu sampai di sana, sepi. Ruangannya lebih bersih karena baru saja dibersihkan. Rea melihat ibu-ibu tadi yang menyapanya di depan, mungkin beliaulah yang baru membersihkan. Sementara penghuninya masih berbaring di atas ranjang saat Rea menyelinap masuk.

"Ya elah, kirain cowok sekeren lo bisa bangun pagi. Wah, ternyata kebo! Nata! Bangun, Nat! Lo kerja, kan? Gue mau ikut!" Rea mengguncang tubuh Nata yang berbalut selimut sampai leher. Laki-laki itu melenguh begitu merasakan Rea makin brutal.

"Ntar aja... lima menit lagi...," kata Nata dengan suara lirih khas orang bangun tidur.

"Ih... gue udah jauh-jauh ke sini juga! Bangun! Banguuuuuunnnnnn! Banguuuuuuuunnnnn! Ntar kesiangan, Nataaaaa!"

Diguncang-guncang tanpa henti seperti itu, walaupun Nata sudah menutupi seluruh tubuhnya, dan Rea tidak juga menyerah membangunkannya, laki-laki itu spontan menarik pergelangan tangan kanan Rea, terlanjur kesal diusik. Otomatis Rea terkesiap jatuh di sebelah Nata di dalam dekapannya hingga keduanya berhadapan tanpa jarak. Pergelangan yang ditarik melingkari setengah pinggang Nata yang dibalut selimut.

"Dibilang lima menit lagi... ya lima menit lagi...," bisik Nata tanpa membuka matanya tepat di telinga Rea.

Siapapun tolong Rea, gadis itu kesusahan bernafas saat Nata mengeratkan pelukannya dan menumpu dagunya di ubun-ubun Rea. Rea bisa mendengar nafas Nata yang berhembus tenang. Dia tidak bisa melakukan apa-apa selain berusaha mengontrol detak jantungnya yang nyaris keluar rongga dada.

•••

Nafas Rea sedikit terengah setelah baru saja selesai ikut Nata kerja. Padahal gadis itu tidak diizinkan oleh Nata melakukan apa-apa, seperti membantunya, tapi tetap saja berputar-putar mengelilingi kota, membuat kelemahannya terlihat sekali.

Sekarang Rea bisa merasakan apa yang Nata rasakan selama bekerja. Peluh laki-laki itu menetes lebih banyak dibanding Rea, tapi yang membuatnya heran, dia sama sekali tidak menunjukkan rasa lelahnya. Nata datang membawa sekotak tisu yang sisa setengah, sebotol air isotonik, dan dua roti yang baru saja dibelinya.

Keduanya duduk di bangku warung makan yang tidak terlalu ramai itu. Nata membuka penutup botolnya sebelum menyerahkannya ke Rea. Lalu mengelap peluh gadis itu dengan dua lembar tisu. Padahal ini masih siang, sudah ada banyak barang yang selesai diantarnya. Laki-laki itu membuka bungkus roti saat Rea selesai meneguk minumannya hingga sisa setengah.

"Ih, gue bisa sendiri, loh. Kayak anak bayi aja dibukain." Rea menerima sodoran itu sebelum menggigitnya sedikit. Dua detik mengunyah, dia menyodorkan bekasnya di mulut Nata, memintanya agar ikut memakan.

"Buat lo aj-"

"Enggak, buka mulut lo," titah Rea memaksa.

Nata akhirnya menurut membuka mulut dan menggigit rotinya. Gadis itu tersenyum manis, tangan sebelahnya terangkat untuk merapikan rambut Nata yang acak-acakan sementara sebelahnya lagi sibuk menyuapi cowok itu.

"Makasih banyak, ya, untuk hari ini," ucap Nata, menatap mata Rea dalam. "Gue jadi lebih semangat karena ada lo."

Rea tersenyum tulus. Gerakannya terhenti. "Poni lo udah panjang lagi, nih. Mau gue potongin nggak?"

"Potongin lo atau ke madam botak lagi?"

Rea tertawa ngakak. "Hush! Ntar orangnya denger! Gue aja yang potongin!"

Nata ikut tertawa saat mengingat kejadian di salon tempo lalu. "Besok aja," sahut Nata akhirnya. Beberapa detik berikutnya, tawanya bersama Rea mereda. "Lo tahu, Re?"

NATAREL (SELESAI✔️)Where stories live. Discover now