63 | Luar Jakarta

22 14 5
                                    

"Semua orang pasti pernah membuat kesalahan. Tapi kesalahan itu jangan sampai menghambat kita di masa depan."



"Jangan lari-lari dongggg, gue capek, nihhh."

Nata hanya bisa pasrah saat ditarik oleh Rea kesana-kemari mengelilingi mal. Gadis bawel itu mengajaknya ke sini karena sedang ada diskon besar-besaran di salah satu toserba. Di kedua tangan Rea sudah ada beberapa tas jinjing hasil buruan diskonnya, sekaligus belanjaannya yang lain. Kalau sudah ada di mal begini, Rea tidak bisa tidak keracunan barang-barang.

Rea memelankan larinya sambil sedikit ngos-ngosan.

"Eh, lo inget itu nggak?" Gadis itu menunjuk sebuah permainan bowling yang dulu pernah mereka mainkan bersama, jauh sebelum keduanya sedekat ini, mungkin saat itulah awal mereka mulai dekat sejak pura-pura pacaran.

Nata mengangguk antusias begitu mengingatnya, kemudian menoleh. "Mau tanding?"

Rea terlihat berpikir sembari menatap Nata remeh. "Tapi ntar lo jangan nangis kayak Farel kalo gue kalahin, ya?"

Nata menarik kedua bibir Rea gemas. "Mulut songong lo iniiiiii tuhhhh, pantesnya dijadiin corong bensin, tahu nggak?"

Rea memberontak, berusaha melepaskan jemari Nata. "Sialan, sakit, tahu."

Laki-laki itu bergantian menarik Rea mendekati area permainan. Keduanya mulai bertanding. Bukan hanya stuck di permainan satu, tapi kedua pasangan itu juga menikmati banyak permainan lain, termasuk alay-alay-an di Photobox sampai kecapekan sendiri, dan memutuskan untuk berkeliling lagi mencari makan.

Di tengah-tengah keduanya bersenda gurau terlibat berbagai perbincangan hal random sambil berkeliling mal, tanpa sengaja Rea menabrak bahu seseorang di perbelokan hingga menjatuhkan semua belanjaannya.

Rea terkejut, segeralah dia berjongkok membantu seorang wanita yang baru saja ditabraknya. "Aduh... maaf, ya, Tante? Saya bener-bener nggak sengaja...," ucapnya tidak enak.

Wanita yang sebelumnya tak kalah terkejutnya itu justru mengulum senyum kelewat ramah sambil menerima sodoran belanjaannya—yang sempat jatuh—dari tangan Rea.

"Nggak apa-apa... saya juga minta maaf, nggak liat mbaknya," responsnya, sebelum menatap ke arah Nata. Tatap keduanya bertemu. Entah kenapa, wanita itu diam-diam merasa ada desiran aneh yang memenuhi rongga dadanya-seperti ada hal aneh lagi yang tidak tahu itu apa.

"Tante?"

Setidaknya sampai suara Rea terdengar, wanita dengan balutan dress terusan bunga-bunga itu mengerjap, sedikit linglung, dan meminta maaf sekali lagi, sebelum membungkuk dua kali dengan sopan. Rea balas membungkuk dengan canggung. Kemudian wanita itu berpamitan melanjutkan perjalanan setelah melempar senyum dengan Nata juga.

Melewati dua pasangan yang kini saling beradu tatap bingung.

"Kok, gue ngerasa nggak familiar, ya, sama Tante itu?"

Rea menegakkan tubuh, mendesah mengingat sesuatu. "Dia istri pemilik mal ini, bukan? Gue pernah liat di beranda IG. Mal ini, kan, baru berdiri dua tahun lalu?"

"Ah..." Nata mengerti, walaupun setengah bingung karena bukan itu yang ada di pikirannya. Laki-laki itu tidak mengutarakan isi hatinya. Ada hal lain yang memaksanya untuk berpikir... tapi apa?

Instingnya mengatakan kalau dia dan wanita tadi pernah bertemu sebelumnya, dan Nata tidak tahu kapan dan di mana.

Laki-laki itu tersadar sewaktu Rea menggamitkan jemarinya ke dalam rengkuhan jemari Nata tanpa izin.

NATAREL (SELESAI✔️)Where stories live. Discover now