61 | Night Changes

23 12 5
                                    

⚠️Warn17+

"Minta maaf adalah langkah pertama menyesali kesalahan seseorang, yang lebih penting adalah... apakah mereka akan melakukan kesalahan yang sama sesudah itu?"



"Lo kenapa tadi bisa ada di sana?"

Rea bertanya seiring dengan langkah santai keduanya beriringan memasuki area perumahan. Kedua tangannya berada dalam saku hoodie berwarna mint, sementara satu tangan Nata di dalam saku celana. Sebelumnya belum ada yang memulai topik, dan inilah topik pertama yang diawali Rea.

Devon? Cowok basket itu memilih pulang. Membiarkan dua insan menghabiskan waktu berdua. Tapi kali ini bukan momen yang pas untuk mereka bermesraan karena masalah yang belum diselesaikan.

"Terus kenapa lo bisa bareng Devon?" tanya Nata balik, menyelidiki. "Lagi?" lanjutnya malas, terlihat sekali kalau cowok itu cemburu.

"Cuma kebetulan aja," tandas Rea tegas. "Gue sendiri. Dan Devon dateng nyelametin gue dari para tua bangka tadi pas di jalan buntu."

Dahi Nata berkerut. "Kebetulan aja? Bukannya dia yang ngikutin elo?" desaknya sambil menyipitkan mata curiga. "Lo yakin nggak dibuntuti dia?"

Rea menatap seolah tidak mengerti kenapa Nata bisa berpikiran negatif tentang saudaranya sendiri. "Kalo gue dibuntutin dia, harusnya dia nolong dari awal, kan? Lo kenapa sensi dan curigaan amat, sih, sama abang lo sendiri?"

"Oke," Nata mengalihkan pandang ke depan. Menatap jalanan walaupun sepenuhnya pikirannya hanya mengarah ada cewek di sebelahnya, "cuma kebetulan," sambungnya seiring satu motor bersama dua pengendara melewati keduanya. Kemudian hening saat motor itu menjauh dan lenyap di tikungan.

"Terus kenapa tadi lo bisa ada di sana, gue tanya?"

"Dan kenapa lo nelepon gue?" Bukannya menjawab, justru Nata bertanya balik. "Sekarang gue yang nanya."

Tidak ada jawaban.

"Nggak bisa jawab, kan?" ledek Nata dengan senyum miring diselingi degusan. Senyum yang sudah lama sekali ditunjukkan, jauh pada saat awal-awal pertemuan mereka, dan senyum yang bisa mengintimidasi lawan manapun. "Karena itu jawabannya. Lo yang bikin gue dateng," lanjut Nata, nadanya kelewat santai.

Rea terdiam sebentar. Tatapannya ikut dialihkan ke depan juga. "Ya gue minta maaf kalo udah bikin lo khawatir."

"Harusnya gue yang minta maaf karena nggak datang tepat waktu."

Hening. Lagi.

"Udah sampe," kata Nata, memberitahu di sepuluh langkah keheningan itu dimulai, karena Rea terlihat melamun, sebelum akhirnya tersadar dan mengerjap.

"Gue pamit." Nata berbalik, seolah tujuannya menemui gadis itu hanya mengantarnya saja, tidak lebih. Sudah memastikan gadis itu selamat sampai tujuan saja sudah membuatnya tenang.

Rea mencekal pergelangan tangan Nata yang lebih besar dari lengannya itu di langkah pertama Nata. Otomatis langkah cowok itu terhenti dan menoleh.

"Donat, soal.... lo sama Violet... gue udah ada buktinya." Gadis itu menelan ludah, seolah baru saja menelan penyesalan. "Ternyata Violet beneran di apartemen lo. Gue liat postingannya ada lukisan yang pernah gue liat di ruang tamu apartemen lo. Diposting di hari yang sama. Dan.... gue mau minta maaf sama lo."

Segalanya jadi masuk akal sekarang.

Rea mati-matian mengubur rasa malunya terhadap cowok itu dengan pejaman mata, takut diabaikan oleh Nata, atau justru cowok itu pergi meninggalkannya. Jemarinya masih mencekal pergelangan tangan Nata yang masih belum bersuara untuk membalas.

NATAREL (SELESAI✔️)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora