58 | Menjelajah Rumah Pacar

20 11 2
                                    

"Nggak apa-apa ditinggalin tahun, yang penting lo masih stay di hati gue."



"Re."

"Ha?"

"Ini tahun barunya udah kelar belum, sih?"

"Ya udahlah."

"Tapi, kan, kita belum ngerayainnya? Lo mau ngerayain bareng gue nggak?"

"Em... mau, dong."

Motor Nata otomatis terhenti lima detik berikutnya, tepat di dekat sebuah jembatan yang tidak terlalu sepi, membuat Rea bertanya-tanya heran.

"Ngapain berhenti?"

Orang-orang di sekitar sana, kebanyakan berpasangan seperti mereka. Dari para remaja sampai yang sudah punya anak. Tak heran tempat itu sering dijuluki tempat apel. Suasananya yang indah apalagi di malam hari sangat mendominasi. Jembatannya masih berhias lampu-lampu indah sejak acara tahun baru-yang bisa menyita mata orang yang melihatnya. Bahkan acara kembang api di tempat itu saat tahun baru beberapa hari yang lalu lebih meriah lagi.

"Lo tunggu sini, ya?"

"Ikut!"

Nata menghela nafas, tersenyum melihat tingkah keras kepala Rea. Akhirnya dia memilih mengalah seperti biasa. Keduanya akhirnya memutuskan untuk melangkah bersama ke warung terdekat. Dan kembali dua menit kemudian sambil membawa empat petasan dan beberapa bungkus kembang api.

Mereka berdua menyalakan satu petasan dalam genggaman kedua tangan masing-masing. Sumbunya merambat keluar, mengejutkan jantung Rea yang nyaris keluar dari rongga dada. Jujur saja, ini adalah momen pertama kalinya dia menyalakan petasan kembang api.

Dulu dia hanya menyaksikan, dan sekarang dia menikmatinya bersama cowoknya sendiri. Keduanya tertawa bersamaan, seolah keterkejutan Rea tadi adalah hal yang paling lucu sedunia.

Sumbu api meledak di langit beberapa kali, menambah kesan cantik di malam hari walaupun cuaca saat itu sedang mendung.

Rea tidak pernah merasa sebahagia sekarang. Dulu memang dia sangat bahagia bersama mantan pacar sebelum putus. Rea bahagia karena dulu diperlakukan sangat istimewa, seperti jalan-jalan ke pulau seribu, disewakan hotel bintang lima, liburan ke pulau mana saja yang Rea suka, bahkan dia pernah sampai dibelikan rumah, tapi Rea menolak keras. Alasannya karena tidak enak, dan itu berlebihan. Tapi sekarang, memang berada di dekat Nata rasanya seperti ini saja sudah cukup.

Baginya, tidak perlu mewah kalau tidak berkesan apa-apa, lebih baik sederhana saja tapi bermakna.

"Lo inget nggak, Re, waktu pertama kita kenal... lo sadar di UKS, bangun-bangun langsung nyium gue?"

Rea berusaha mengingat kejadian memalukan seumur hidupnya itu, kemudian meninju pelan bahu Nata kesal. "Ih... ngapain diingetin, sih? Padahal gue udah berusaha ngelupain!"

Nata terbahak-bahak. "Itu lucu banget, sumpah. Lo percaya nggak kalo itu first kiss gue?"

Rea menatap Nata tak percaya beberapa detik, sebelum menjawab yakin. "Enggaklah. Cowok kayak lo mana mungkin cuma sekali doang?"

"Ya terserah lo, deh, mau percaya apa enggak, yang penting gue udah jujur."

Kenapa... setiap kalimat yg keluar dari bibir Nata sukses membuat Rea berdebar?

"Apa, sih?" Diam-diam Rea menahan senyum salah tingkahnya.

"Lo sendiri?"

"Apa?"

NATAREL (SELESAI✔️)Where stories live. Discover now