55 | Hidup Untuk Apa?

19 10 2
                                    

Siapa yang telah merencanakan hal gila seperti ini? Rencana yang diadakan dan digratisi tiketnya oleh dua pasangan gila yang membiarkan teman-temannya mengurusi transportasi sendiri, sementara perjalanan membutuhkan waktu 2-3 jam, itupun kalau tidak macet, ditambah harus menunggu transportasi. Maka jalan satu-satunya adalah harus ada salah satu yang menjadi supir.

Dan yang lebih gila, mereka yang naik mobil bersama membiarkan Rea sendirian naik bus. Bayangkan, semengenaskan apa Rea sekarang. Rea sempat tersenyum masam begitu mendapatkan bus yang tidak memiliki tempat sisa untuknya. Padahal tadi sudah mendesak masuk mendahului ibu-ibu menggotong belanjaan dan menggandeng anak kecil.

Zara juga memaksanya tiga hari yang lalu agar ikut. Tapi gadis itu tidak memberitahu kalau Rea harus mencari tranportasi sendiri, dan baru tadi pagi dia diberitahu pacar Zara kalau mereka yang ikut harus naik kendaraan sendiri. Maksudnya, kendaraan salah satu anak dan anak-anak lain jadi penumpang.

Waktu Rea akan naik mobil Farel yang diisi oleh yang lainnya, ternyata tempat duduknya penuh. Dan hanya tersisa Rea di luar. Mereka hanya meminta maaf dan menyuruhnya untuk naik bus saja. Bukankah itu berarti Rea hanya dikerjai saja? Kejam! Teman macam apa mereka?

Yang paling menarik perhatian Rea tadi pagi, tidak ada Nata di dalam mobil Farel. Kata Farel, semua anak menyetujui rencana Zara waktu gladi bersih Selasa lalu. Tambahan untuk Audrey dan Satria. Semua anak. Berarti termasuk Nata. Dan Nata tidak mungkin juga jadi obat nyamuknya Jacky dan Zara, kan?

Lantas, cowok itu di mana sekarang? Dan naik apa? Teman-teman Rea memang tega membiarkan anak itu sendirian. Atau... mereka memang sengaja membiarkan Rea agar berangkat bersama Nata?

Bus masih berjalan tenang. Rea bisa merasakan, jauh di belakangnya sana ada yang mengawasi. Entah itu hanya perasaannya saja atau memang benar. Rea harus waspada kalau-kalau orang itu hendak merampok barang-barangnya. Sesekali gadis itu membenarkan penjepit rambutnya yang pernah diberikan oleh Nata lewat Febby. Rea tersenyum mengingatnya. Cewek itu terkejut saat bus mendadak oleng bersama tubuhnya. Cekalannya pada pegangan bus menguat.

Tiba-tiba ada tangan lain menarik satu tangan Rea, memaksakan cekalan ke lengannya. Pelan-pelan Rea menoleh, dari lengan yang dibalut jaket, lalu ke wajahnya yang sangat dekat dengan wajah Rea. Gadis itu berhenti bernafas selama beberapa detik saat tahu siapa orang itu.

"Ternyata dari tadi tuh elo?"

Cowok itu tersenyum. "Pegang tangan gue yang erat," titahnya. Terdengar tidak dingin. Juga tidak menekan.

Rea menurut, mengeratkan pegangannya pada lengan Nata dan mengeratkan pegangan di besi dengan tangan yang satunya lagi. Sementara Nata sudah mengeratkan kedua tangannya pada palang besi dan pegangan bus.

Dari jarak dekat seperti ini, dari momen seperti ini, jujur saja, Rea tidak bisa untuk tidak tersenyum.

Lagi-lagi, beberapa menit kemudian, bus oleng, otomatis kepala Rea yang nyaris jatuh karena tidak bisa menjaga keseimbangan, ditahan satu tangan Nata. Lalu saat bus mendadak digas, tanpa sengaja kepala belakang Rea menabrak dada bidang Nata, nyaris oleng karena Rea kurang mengeratkan pegangannya lagi.

Nata berdecak gemas. "Peluk gue."

Rea mendongak terkejut. "Hah?"

"Peluk gue dari belakang biar lo nggak oleng lagi. Disuruh pegangan malah ngelamun. Sok-sokan mau pergi sendiri, orang nggak bisa jaga diri." Laki-laki itu menjitak dahi Rea, melangkah memutari tubuhnya, dan berdiri di depannya yang sedikit longgar.

Rea mengerjap. Nata meliriknya, memberi kode. Sayangnya, Rea tidak peka. Laki-laki itu meraih satu tangan Rea gemas, melingkarkan ke setengah pinggangnya. Rea tidak berkutik hanya bisa menurut.

NATAREL (SELESAI✔️)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora