45 | Dunianya Hancur

Start from the beginning
                                    

"Hewan buas mana yang mau sama batu?!"

"Hah? Isi tasnya batu?"

"Batu sama kain satu."

"BWAHAHAHAHAHA!!! ADOOHH, PERUT GUE!!!"

•••

Satu misi Rea dan Mike baru saja diselesaikan.

Di depan mobil yang ditempati keduanya berjarak 10 meter, sudah ada sebuah mobil milik Zizad yang sudah diberi lem super di bagian penarik pintu mobilnya. Mata keduanya sibuk memperhatikan gerak-gerik target yang sudah keluar gerbang. Jemarinya hendak menggapai penarik pintu mobil.

Kedua sepupu itu sama-sama heran, Zizad saja bisa keluar naik mobil, kenapa tidak sekalian membawa pakaian kotornya ke laundry sendiri jika tidak ada pembantu di rumah? Kenapa harus Mike yang direpotkan?

Awalnya itu yang ada di dalam pikiran Rea sebelum dia teringat lagi kalau Zizad memang sengaja mengerjai sepupu Rea.

Mike dan Rea bersamaan menegakkan tubuh saat Zizad mulai kesusahan menarik tangannya lagi saat pintu mobil sudah terbuka.

Kedua sepupu itu saling adu jotos, puas mengerjai balik Zizad dengan senyuman licik.

Mobil itu kembali Mike jalankan saat Zizad mulai berteriak memberontak, marah-marah sambil meminta pertolongan. Saat mobil yang mereka tumpangi hampir melewati Zizad, Rea menyuruh Mike mengikutinya untuk merunduk agar tidak ketahuan.

Akhirnya mobil berhasil melewati Zizad hingga membuat cowok itu terkena cipratan dari genangan air kotor.

Double kill.

•••

Karin tidak pernah ada kabar, entah sejak kapan. Ponselnya aktif dua minggu lalu. Sebenarnya apa yang terjadi dengan Karin? Kenapa susah sekali dihubungi? Karin pernah berpesan bahwa, jangan ke rumahnya tanpa bilang-bilang terlebih dahulu. Tapi pesan itu dilanggar.

Rea nekat menjumpai Karin ke rumahnya dengan mobil milik Daddy sendirian. Dia merasa asing dengan rumah Karin karena hanya sekali menginjakkan kakinya di sini. Itupun juga saat pertama kali Rea juga pindah ke Jakarta ini.

Kompleks pekarangan rumah Karin memang cukup luas seperti teman-teman Rea kebanyakan. Yah, bukan berarti Rea memilih-milih teman yang selevel. Karin pernah bilang Bundanya sekarang sibuk bekerja dan pulang malam, sementara ayahnya sudah lama meninggal dunia. Dia ditinggal bersama satu pembantu yang mengurusnya sepuluh tahun.

Tepat lima detik setelah Rea memencet bel, pintu itu perlahan terbuka setelah ada sahutan, "Iya, sebentar." Suara itu mirip suara wanita yang sudah lansia.

Dan ternyata benar, saat pintunya dibuka, memang seorang wanita lansia bersamaan dengan senyuman khasnya menyambut Rea. Mereka pernah bertemu satu kali sebelumnya.

"Temennya Mbak Karin, yo?" Beliau hanya ingat kalau gadis itu adalah teman Karin, tidak dengan namanya.

Rea mengangguk.

"Monggo, monggo, masuk dulu, Non." Si Bibi mempersilakan Rea masuk. "Non Karinnya Bibi panggilkan dulu. Non duduk, ya?"

Rea hanya mengangguk-angguk saja karena tidak tahu harus membalas apa. Dia merasa canggung dengan semuanya yang ada di sini.

Tidak lama menunggu, Si Bibi kembali dengan langkah tergesa dan raut panik membuat Rea sedikit bingung.

"Non, Non! Mbak Karin... Mbak Karin..." Si Bibi terbata-bata, seakan-akan tidak mampu menjelaskan kejadian apa yang baru saja dilihatnya, membuat Rea ikut khawatir saat nama Karin disebut-sebut dengan panik.

NATAREL (SELESAI✔️)Where stories live. Discover now