Chapter. 31

Mulai dari awal
                                    

"Mas ini buku yang kamu minta," ucap Zahra memberikan buku yang di pintar Zayyan tadi.

"Terima kasih." sahut Zayyan menerima buku itu dari tangan Zahra.

Setelah menerima buku dari istrinya kemudian ia menatap para santri laki-laki nya, karena Zayyan merasakan berbagai tatapan yang di layangkan untuk istrinya.

Brak!!

Zayyan memukul kencang meja yang ada di gajebo itu, hingga menimbulkan suara yang begitu nyaring membuat para santri terjolak kaget. Ia menggeram marah saat melihat tatapan para santri laki-laki yang menatap istrinya dengan berbagai tatapan dan paling yang tidak Zayyan suka adalah tatapan santri laki-laki nya yang menatap Zahra dengan tatapan mesum.

"Kalian!" tujuk Zayyan pada semua santri laki-laki yang sedang ia ajar nya.

"Berani-beraninya menatap istri saya, dengan tatapan seperti itu hah!" murka Zayyan.

Zayyan tidak suka jika ada di tatap seperti itu oleh laki-laki, karena 'Zhafira Az-Zahra, milik Ariz Zayyan Malik seorang, tidak boleh ada pria sedikit pun menatap istrinya atau bahkan menyimpan rasa apa lagi menyentuh nya'.

"Temui saya di pendopo untuk menerima hukuman dari saya!" tegas Zayyan kemudian ia meninggalkan para santrinya sambil menggandeng lengan Zahra.

Sepeninggalan Zayyan dan Zahra para santri laki-laki disana tersadar dan mengucapkan banyak istigfar atas apa yang sudah mereka lakukan, mereka semua khilaf. Mereka lupa pawang dari Ning Zhafira Az-Zahra adalah Gus Zayyan, yang memiliki sifat posesif dan overprotective. Dan mereka sudah membuat singa pesantren 'Nurul Huda' itu murka. Padahal sudah di beri peringatan sebelumnya, tapi mereka benar-benar khilaf dan kini mereka harus menghadapi Zayyan.

"Mas." panggil Zahra dengan langkah yang terbohoh-bohon karena berusaha menyamai langkah Zayyan.

"Mas Zayyan!" bentak Zahra, sontak Zayyan menghentikan langkah mereka.

"M-aaf Mas, bukan maksud aku bentak kamu. Mas kenapa? Ko tadi marah-marah gitu." ucap Zahra lembut.

"Mas tidak suka dengan tatapan menjijikan mereka saat melihat kamu." sahut Zayyan dengan menggeram marah.

Zahra melihat sekeliling nya mencari tempat duduk, beberapa detik mencari ia melihat sebuah kursi taman di pinggir pohon. Zahra menarik tangan suaminya menuju tempat itu.

"Duduk dulu Mas, atur emosi kamu." ucap Zahra menuntun Zayyan duduk di bangku taman dengan tanganya menggengam dan mengelus tangan Zayyan.

Zayyan dan Zahra duduk di bangku taman. Zayyan mengatur napasnya dengan Zahra mengusap punggung suaminya, agar amarah nya cepat meredam.

"Udah tenang?" tanya Zahra yang di angguki oleh Zayyan.

"Coba cerita sama aku, kenapa kamu bisa semarah tadi. Terus kenapa kamu mau hukum santri laki-laki, mereka kan nggak buat salah Mas." ucap lembut Zahra.

"Mereka buat salah Za, mereka buat salah dengan natap kamu dengan tatapan yang menurut Mas menjijikan. Kamu tau mereka seperti tidak di ajari tatak rama." jelas Zayyan.

"Mas nggak suka milik Mas, di pandang dengan tatapan yang menjijikan. Karena kamu cuma milik Mas seorang, nggak ada yang boleh satu laki-laki pun yang menaruh hati sama kamu, apa lagi menyentuh kamu dan milikin kamu." lanjut Zayyan dengan posesif.

Zahra mengela nafasnya lelah, suaminya ini benar-benar posesif dan overprotective sekali.

***

Di depan gerbang pesantren tengah berdiri seorang perempuan, yang nampaknya sedang menunggu seseorang. Ia memperhatikan sekitarnya agar tidak ada satu orang pun yang melihat interaksi nya bersama orang yang nanati akan menemui nya.

Tin..

Kelakson motor berbunyi dan sebuah motor Revo berhenti di samping perempuan yang berada di depan gerbang.

"Ini Mak paket nya." ucap seorang laki-laki yang berprofesi sebagai tukang pengantar paket itu.

"Terimakasih." sahut perempuan itu dan kembali ke dalam pesantren.

Kini Zayyan sedang berada di pendopo menunggu para santrinya, Zayyan sudah berganti pakaian. Ia sekarang menggunakan kaos hitam dan celana pangsi. Zayyan berjalan ke sana ke mari dengan tangan di belakang.

"A-assalamulakimum Gus." ucap serentak para santri laki-laki yang membuat ke salahkan.

"Hm, wa'alaikumsalam." sahut Zayyan dengan wajah datar dan nada bicara yang dingin.

"Ambil posisi kalian masing-masing." ucap Zayyan dengan tegas, sontak mereka semua langsung mengambil posisi mereka masing-masing.

"Kalian tau apa kesalahan kalian." tanya Zayyan sambil berjalan mengelilingi para santrinya.

"Tau Gus." ucap mereka serempak dengan menunduk takut.

"Kalian setiap belajar di terapkan tatak rama, tatak rama bagimana seorang santri bersikap, bertindak, menjaga pandangan, menjaga ucapan dan perilaku itu seperti apa. Tapi kenapa kalian melupakan tatak rama itu." ucap Zayyan dengan nada tegas.

"Saya tidak mau banyak basa-basi, kalian ambil posisi push up." lanjut Zayyan.

Para santri pun menuruti ucapan Zayyan, mereka semua mengambil posisi push up.

"Jangan berhenti sebelum saya selesai menghitung." ucap Zayyan.

Semua para santri yang ada di pendopo itu melakukan gerakan push up sesuai hitungan dari Zayyan, hukum push up adalah hukuman yang Zayyan pilih itu juga karena ucapan istrinya, jika tidak karena Zahra. Zayyan akan memberikan hukuman lebih dari sekedar push up.

Zayyan baru saja sampai hitungan 10 tapi nampaknya para santri laki-laki yang mendaptkan hukuman sudah merasa lelah dan tidak sanggup untuk melakukan push up lagi, keringat mereka sudah membanjiri sekujur tubuh dan wajah mereka memerah.

Zayyan yang masih punya rasa kemanusiaan menghasilkan hitungan nya, para santri laki-laki menghela nafas lenga. Mereka ambruk seiring Zayyan menyelesaikan hitungan nya, Zayyan menatap datar para santrinya itu.

"Hukuman kalian sudah selesai. Dan jangan pernah kalian mengulangi kesalahan yang sama lagi paham!" ucap tegas Zayyan.

"Paham Gus." sahut serempak para santri laki-laki dengan suara lelah mereka.

Zayyan keluar dari pendopo tanpa mengucapakan sepatah kata apapun lagi, ia sedikit cukup puas dengan hukum yang dirinya berikan.

Zayyan memasuki ndalem dan berjalan menuju arah dapur, disana ia melihat istrinya dan sang Ummi sedang memasak sambil mengobrol. Ia mendekati meja makan yang dimana terdapat Abahnya yang sedang membaca koran di temani teh.

"Bagaimana perkerjaan kamu di bali kemarin." tanya Abah Azahr tanpa mengalihkan pandangan nya dari koran.

"Alhamdulillah lancar Abah, bahkan Zayyan dapat bekerja sama dengan perusaan besar dari Amerika." sahut Zayyan.

"Alhamdulillah, Abah ikut senang mendengarnya." ucap Abah Azhar.

"Lalu bagaimana projek membuat cucu untuk Abah dan Ummi." ucap Abah Azhar sambil melipat kiranya dan menatap sang putra.

Uhuk!

Zayyan tersedak air yang sedang ia minum "Do'ain saja bah Zayyan sedang berusaha memberikan cucu untuk Abah dan Ummi." ucap Zayyan mengusap bibirnya.

"Hm, Abah tunggu kabar baik dari kamu dan Zahra." sahut Abah Azhra sambil meminum teh nya.

Setelah berbincang-bincang ringan Zayyan dan keluarga melaksakan makan siang, karena kebetulan jam sudah menujukan jam makan siang.

TBC.
Yuhuuu assalamu'alaikum guysss aku update lagi nih sesuai janji aku tadi..
Seeu next part ya papay.

DICINTAI PUTRA KYAI [ END-REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang