Bz-16

43 24 4
                                    

"Ups!!! Gak sengaja!"

Suara sorakan kembali memenuhi kantin ketika dista dengan sengaja menuangkan jus jeruknya ke dalam mangkuk milik ghazea yang berisi bakso. Bukannya bersalah gadis itu malah tertawa puas melihat ghazea yang hanya duduk terdiam menatap mangkuknya.

"Kenapa diem?? Makan dong mubazir kalo di buang, masih utuh gitu" Mendengar ucapan dista sontak seisi kantik menyoraki ghazea untuk makan. Kinan pun dengan topeng palsunya memohon pada dista agar berhenti mengganggu ghazea yang membuat seisi kantin memuji perilaku kinan yang seperti bidadari, tak tau saja mereka bahwa kinan sedang tertawa di dalam hati melihat penderitaan ghazea.

"Dista udahhh jangan gitu.... Kasian ghazea dia kan mau makan! Kalian jangan jahat sama saudara aku" Ucapnya dengan suara parau menatap dista dengan tatapan memohon.

"Udah deh kinan! Ngapain sih belain dia?"

Dengan perlahan ghazea mengangkat sendok dan menyuapkan bakso ke dalam mulutnya yang kembali membuat seisi kantin bertepuk tangan. Bukannya ghazea tak mau melawan tapi lawannya kali ini adalah anak dari salah satu donatur sekolah ini, jika saja ghazea membogem dista maka bisa di pastikan esok ia sudah di keluarkan dr sekolah ini.

"Gimana bakso kuah jeruknya? Enak?" Ghazea menulikan telinga dan tetap menyuapkan bakso ke dalam mulutnya tak menghiraukan rasa aneh yang menyerang lidahnya. Ia akan tetap memakan ini tak peduli dengan lidahnya yang penting perutnya terisi, ia membeli ini dengan uang terakhir yang ia punya tak mungkin kan jika ia akan membuangnya begitu saja bukan?

Karena terlalu asik dengan bakso di depannya ia tak menyadari seseorang datang dengan amarah yang meledak ledak, orang itu mengambil mangkuk didepannya dan langsung melemparkan ke tembok tepat di samping dista berdiri.

"PUAS LO SEMUA KETAWA KEK GINI? PUASS??" Barra menatap nyalang seisi kantin membuat semua yang di tatap mengalihkan pandangannya, gelisah. Suara yang tadi berdengung seperti kumpulan lebah kini pun hilang.

"B-barra ini sal--"

"DIAM!!!" Dista kembali bungkam ketika barra membentaknya tak lupa dengan gebrakan meja yang membuat keberaniannya tadi menguap begitu saja. Tak hanya dista bahkan seisi kantin pun kini sedang merasa was was, barra memang terkenal kejam dan suka tawuran namun ini kali pertamanya mereka melihat barra berteriak bahkan membentak marah.

"SEKALI LAGI GUE LIHAT KEJADIAN KAYAK GINI GUE PASTIIN LO SEMUA ANGKAT KAKI DARI NI SEKOLAH!" Final! Tak ada yang berani melawan barra, bahkan dista pun hampir pingsan di pelukan clara dan kinan.

Baru saja mereka bernafas lega melihat barra yang keluar kantin dengan menarik ghazea, namun suara dobrakan kembali terdengar. Erlan menendang meja hingga meja tersebut ambruk dan patah di beberapa bagian. "Gue tandain lo semua"

Cukup 4 kata kembali membuat mereka menahan nafasnya, dan tanpa sadar keringat dingin bercucuran membasahi pelipis mereka. Melvin melirik ke arah meysha yang sedang duduk tenang menikmati makanannya seolah-olah tak peduli dengan kejadian ini.

"Takut yaaa..." Ucap Melvin kemudian berlari menyusul erlan yang sudah ngacir entah kemana.

Ghazea berusaha melepaskan cekalan barra yang terasa semakin erat di lengannya, namun langkah lebar yang harus ia imbangi membuatnya semakin sulit melepaskan diri. Setibanya di rooftop barra mendudukkan zea di sofa yang ada di sana. Bisa zea lihat mata barra yang bewarna merah dengan otot di leher yang masih mencuat keluar.

"Lo ngapain gak lawan dia? Lo takut sama badut lampu merah modelan dia?"

"Lo mau gue di do gara gara nganiaya anaknya donatur?"

"Gue anak donatur terbesar di sekolah ini dan lo gak pernah bersikap baik sama gue?? Gak takut?" Benar. Barra memang anak donatur terbesar di sekolah ini, ia tak mengarang semua itu.

BarrazeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang