Isi surat

247 124 43
                                    

"Seseorang harus membuat keputusan berdasarkan bukti empiris, bukan emosi atau prasangka

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

"Seseorang harus membuat keputusan berdasarkan bukti empiris, bukan emosi atau prasangka. Hanya dengan pendekatan yang objektif, kita dapat menemukan kebenaran." - Albert Einstein

Chapter 02: Isi surat

Bel sudah akan berbunyi beberapa menit sebelum nya Nico memberitahukan surat yang di dapat nya dari sosok menyeramkan pada mereka semua.

"Woy, lo pada " Suara dari seorang pemuda menggema ke seluruh penjuru kelas, hingga membuat para murid menatap nya dengan tanda tanya yang terlihat dalam ekspresi mereka.

"Kenapa, ko? " Tanya Arsen pada Nico yang berdiri di depan papan tulis dengan raut serius yang kentara di wajah nya.

"Gue dapet surat aneh banget kemarin " Beritahu Nico ke yang lain, mereka langsung memperlihatkan ekspresi yang tak kalah serius dari Nico.

" Gimana gimana, surat? " Tanya Alora dengan satu alis yang terangkat dan kedua mata tertutupi buku. " Iya surat " Ujar Nico.

"Lo dapat surat nya dari mana Nic ?" Terdengar suara zola yang bertanya dengan lembut, di susul dengan pertanyaan dari dika. "Siapa yang kasih emang nya".

"Kan pas jam satu tadi gue gabut kan, habis bersihin kamar yaudah gue kepikiran, buat ke gudang di situ kan gue bawa senter nah terus di atap gudang tuh ada burung gagak hitam. Pas gue buka pintu gudang eh, taunya ada sosok gitu " Cerita Nico dengan serius dan nada yang sedikit mengecil.

"Sosok itu gimana ?" Dika kembali bertanya, dirinya cukup penasaran tentang sosok yang di temui Nico.

"Sosok itu rambut nya hitam legam panjangnya sampai lantai, wajah nya hancur sama di lumuri darah. Di situ sosok itu natap gue dan gue yang takut lari keluar dari gudang , taunya pintu nya kunci dari luar sosok itu udah di depan gue . Pas gue lihat kaki nya itu udah gak ada , tangan nya nyentuh tangan gue. Pas disitu gue ngerasa kuku nya panjang sama tajem. "

" Dia ngasih surat ke tangan gue, setelah nya ada kabut tebal gitu yang muncul, lah pas gue lihat ke depan lagi . Sosok itu udah gak ada "

"Itu azab karena lo jahil sama gue " Ujar Aditya yang hanya bermaksud bercanda ke Nico. "Iya nic " Sahut Haura menimpali perkataan Aditya, dirinya ingin membuat Nico tidak terlalu memikirkan hal aneh yang telah terjadi ke pada nya.

"Udah, jangan bercanda mulu ini lagi serius! " Kata Arsen memperingati mereka hal yang menimpa Nico bukan hal yang bisa di anggap remeh.

"Iya sorry " Mereka berdua meminta maaf walau aditya merotasikan matanya jengah dengan sikap arsen yang tidak bisa di ajak Bercanda sedikit pun menurutnya.

7 kartu kematian Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz