Husna langsung memukul tangan Husain dan membuatnya tertawa.

"Bukan gemukan sih, tapi sekarang kamu lebih propisional, beberapa bulan lalu kamu kurus, sekarang udah pas. Makin cantik jadinya, lihat pipi kamu jadi bulat, enak dicubit apalagi dicium." Husain mencubit gemas pipi Husna.

Husna memanyunkan bibirnya lalu melepaskan tangan Husain dan berjalan keluar. Mereka makan siang berdua sambil mengobrol.

"Hari ini cuma roan kan ya? Kamu di sini aja ya, aku pengen ajak kamu ke pasar," ucap Husain.

"Ngapain?"

Husain tidak menjawab dan menyuruh Husna untuk segera menghabiskan makannya dan kembali ke asrama untuk mengganti baju. Selesai makan, Husna kembali ke asrama dan bertemu kedua temannya di depan ndalem.

"Temu kangen sama suami?" tanya Dara terkekeh.
"Apa sih."

Dara dan Cia tertawa pelan, mereka berjalan bersisian. Husna berjalan di sisi Dara dan mengapit lengannya.

"Kalian ada kehilangan barang atau uang ga sih akhir-akhir ini?" tanya Husna.

"Engga, kenapa? Kamu hilang sesuatu?" tanya Dara.

"Iya, uang aku hilang sampai tiga ratus, ga hilang lansung sih, berturut-turut gitu."

"Mungkin tuyul, kan lagi rame banget tuh santri pada lihat penampakan," sahut Cia.

Husna dan Dara menoleh lalu menggelengkan kepala tidak setuju.

"Hati-hati aja, simpan di tempat yang orang ga tau," ucap Dara.

Husna mengangguk, mereka segera ke kamar dan berganti baju sebelum mengerjakan tugas roan.

Pukul satu siang, para santri mendapat tugas masing-masing, dan seperti yang Husain bilang, Husna ditempatkan di ndalem. Husna langsung ke ndalem dan menemui Husain yang sudah siap untuk pergi.

"Ucen, aku mau mi ayam yang waktu itu," pinta Husna diangguki Husain yang sedang memakaikan helm untuk Husna.

"Aku ga tunggu di belokan?" tanya Husna.
"Ga usah, kita pergi bareng aja, lagian helm kita full face."
"Tapi tetap aja nanti ada yang lihat."

Husain menarik Husna pelan untuk segera naik ke motor dan pergi. Husna sebenarnya suka saat Husain mengajaknya jalan-jalan seperti sekarang, walaupun hanya ke pasar dan Husna ketagihan naik motor, dia suka motor Husain.

Sampai di pasar, Husain mengajak Husna ke toko perhiasan.

"Ngapain?" tanya Husna.
"Aku belum ganti cincin kamu."
"Ga usah, Ucen."
"Harus, ayo pilih."

Husna tetap diam. akhirnya Husain menunjuk slah satu cincin sederhana dan meminta pelayan untuk mengambilnya.

"Suka ga yang ini? Ini bagus, sederhana cuma satu mata."
"Ga usah."

Husain mengembuskan napas pelan dan mencoba cincin itu di jari Husna dan ternyata cocok. Tanpa lama Husain langsung membayar cincin itu.

"Terima kasih," bisik Husna.
"Apa?"
"Terima kasih."
"Apa?"
"Terima kasih budeg!"

Husain tertawa lalu menggandeng Husna kembali ke parkiran dan mengajak Husna untuk makan mi ayam. Padahal mereka belum lama makan siang, tapi Husain tetap menuruti permintaan Husna, mungkin ini alasan berat badan Husna bertambah semenjak dekat dengan Husain.

Sejak Husna intens dekat dengan Husain, Husna batu tau jika Husain itu sangat asik, bisa diajak mengobrol apa pun, bahkan hal yang Husain tidak mengerti seperti K-pop tapi Husain tetap menanggapi Husna dengan semangat.

Harsa HusnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang