05 - Strawberry Candy

Start from the beginning
                                    

"Ravel, lepaskan adikmu." Lovisa ingin mendekat, namun Lion lebih dulu menghampiri Ravel yang semakin erat mendekap tubuh mungil Lou.

Lion meraih paper bag yang berisi croissant di dekat Ravel, kemudian langsung melangkah pergi begitu saja.

"Awss!"

"Kakak! Itu punya Lou!"

Lou berteriak setelah berhasil menggigit punggung tangan Ravel. Begitu Ravel mengibaskan tangannya yang baru saja digigit, Lou segera bangkit dan langsung berlari mengejar Lion.

"Loui jangan berlari!" panik Lovisa. Membuat Lou langsung melambatkan larinya.

Lion berhenti melangkah secara tiba-tiba. Lou yang melihat itu, kembali berlari dan segera merentangkan kedua tangan kecilnya menghadang sang kakak.

Lou menunjuk paper bag ditangan Lion. "Kembalikan punya Lou!"

"Sekarang punyaku." Lion sengaja mengangkat tinggi paper bag ditangannya, menghindari tangan kecil sang adik yang mencoba merebut.

Lovisa bersedekap dada, menatap tajam putra ketiganya yang tengah menganggu si bungsu. Sedangkan Ravel, masih sibuk mengibaskan tangannya pelan.

"Salahku membekap mulut bayi." gerutu Ravel, menatap bekas gigitan pada punggung tangannya yang tercetak jelas.

"Kakak, kembalikan." Lou menarik lengan kekar Lion. Namun, sang kakak justru semakin mengangkat tinggi paper bag ditangannya.

"Lou kasi tahu Papa!" Netra emas Lou mulai berkaca-kaca. Dengan mengepalkan kedua tangan kecilnya, Lou beralih memukuli perut sang kakak yang terasa keras.

"Jangan menyakiti tanganmu." dingin Lion. Ia menunduk, dan segera mengangkat tubuh mungil Lou yang masih mengamuk kedalam gendongan.

Satu tangan Loh langsung merampas paper bag dari genggaman Lion, sedangkan tangan yang satunya memeluk leher jenjang sang kakak. Lion mendekatkan wajah, menggesekkan hidung mancungnya pada rambut hitam legam sang adik dengan gemas.

"Turun, Lou mau sama Mama."

Lion menurut, menurunkan tubuh mungil Lou dengan hati-hati. Lou mendekap erat paper bag berisikan croissant pemberian dari sang kakak, kemudian langsung berlari kecil menghampiri Lovisa.

"Anak nakal, jangan berlarian lagi." peringat Lovisa, menangkap tubuh mungil Lou kedalam pelukannya.

"Hehe." Lou mengangguk kecil, menduselkan wajah pada perut rata sang Mama.

"Ravel, cepat bersihkan dirimu." ujar Lovisa pada Ravel, yang masih duduk nyaman di karpet enggan beranjak.

Ravel menoleh, menatap Lou dengan ekspresi mengancam. Seraya beranjak, ia menunjuk-nunjuk sang adik dengan kedua jarinya.

"Apa? Apa?" ucap Lou tanpa suara, balik memasang wajah menantang pada sang kakak.

"Awas saja nanti malam, kakak akan menculikmu." Ravel ikut membalas tanpa suara.

Lou membulatkan mata, sedetik kemudian langsung merengek pada Lovisa. Ravel yang melihat itu segera melesat pergi, menghampiri Lion yang telah menunggunya di dalam Lift. Ia bahkan melupakan tas serta almamaternya yang masih berada diatas sofa.

Ravel sengaja melambaikan tangan pada Lou. "Tunggu saja nanti." ujarnya tersenyum miring.

"Mama!" rengek Lou menunjuk sang kakak.

"Anak itu." jengah Lovisa. Seraya menepuk-nepuk punggung mungil Lou, Lovisa memanggil seorang Maid untuk mengantarkan barang Ravel ke kamarnya.

✦◌✦

Matahari kini hampir tenggelam sepenuhnya, memancarkan sinar orange keemasan pada luasnya langit yang membentang jauh melingkupi bumi.

Dilantai tiga Mansion Wang, Lou tampak menyembulkan kepala dari balik pintu kamar. Netra emasnya meliar, mengintip keadaan sekitar untuk memastikan tidak ada kehadiran seseorang yang sempat mengatakan akan menculiknya.

Dibalik pintu, jemari kecil Lou bergerak, memasukkan gigitan terkahir croissant kedalam mulut mungilnya. Merasa aman, Lou akhirnya menarik pintu kamar agar terbuka lebih lebar.

Sebenarnya, Lovisa baru saja turun kelantai satu, setelah memandikan Lou untuk menyiapkan makan malam. Namun, tadi Lou menolak saat sang Mama mengajaknya untuk turun bersama, karena masih asik menonton acara kartun favoritnya yang tengah tayang di televisi.

Perlahan, sepasang kaki kecil Lou yang terbaluti kaus kaki pendek warna putih, melangkah keluar dari kamar dengan sedikit menjinjit.

Tubuh mungil Lou nampak tenggelam dalam Hoodie oversize yang Lovisa pilihkan. Hoodie warna putih dengan gambar kartun beruang yang mengaum marah, dipasangkan dengan celana pendek selutut berwarna hitam polos.

Seraya memainkan kedua tangan kecilnya yang tertutup lengan hoodie, Lou berjalan menyusuri lorong kamar dengan santai.

Hingga saat Lou akan berbelok kearah Lift, sebuah tangan yang tengah memegang 2 buah permen strawberry tiba-tiba muncul dari balik tembok.

Lou yang sempat memicingkan mata waspada, kini berubah memasang wajah datar begitu tahu siapa pemilik tangan tersebut.

Kepala Ravel menyembul dari balik tembok, menampilkan setengah wajah tampannya yang kini tertutup tudung Hoodie oversize warna hitam.

"Psstt. Anak kecil, mau permen tidak?" panggil Ravel sedikit berbisik, menaik turunkan tangannya yang tengah memegang 2 buah permen.

Lou mendekati sang kakak. Dengan bersedekap dada, telapak tangan kecilnya mendorong permen yang disodorkan sembari menggeleng keras.

"Kata Mama, jangan menerima apapun dari orang asing." tolak Lou sok polos.

Ravel langsung melepas tudung Hoodie dengan wajah datar. Melihat sang kakak hendak melangkah maju, Lou langsung berteriak histeris berlarian kearah Lift.

"PAPA TOLONG!! ADA PENCULIK!!"

"Kena kau."

"HUAA!!"

Belum sempat Lou berlari semakin jauh, Ravel telah lebih dulu menarik tudung Hoodie nya dari belakang.

"LOU BUKAN ANAK KECIL! TOLONG! TOLONG!"

Kaki kecil Lou menendang-nendang udara, saat sang kakak mengangkat tubuh mungilnya kedalam gendongan ala bridal style.

Ravel menampilkan senyum miring merasa puas. Mendekap erat tubuh mungil Lou yang terus mengamuk, Ravel melangkahkan kaki jenjangnya kearah Lift.

"I got you, bear."

TBC
—✦◌✦—

ㅤㅤ
see you see you~!

🐻🤍👋🏻

LOUISE Where stories live. Discover now