semua komenan dari kalian aku baca berulang ulang tauu, sampe akhirnya aku bisa pd lagi buat lanjut nulis. terimakasih yaa, terimakasih masih tetep setia nungguin cerita inii >< ♡♡.
Happy Reading!
—✦◌✦—
🐻🤎Lou memeluk nyaman bantal sofa dengan erat. Duduk bersila diatas sofa ruangan Lean, sepasang mata bulat anak itu fokus menatap layar laptop yang sejak tadi menampilkan tayangan kartun favoritnya. Lou bahkan tak peduli, dengan kehadiran seorang pria asing rekan kerja sang kakak yang terus-menerus meliriknya.
"Apa dia adik Anda, Sir?"
Lean yang mendengar pertanyaan dari sang rekan kerja mengangguk ringan. "Ya, dia adalah adik saya." balasnya, melirik sekilas si bayi yang sedang asik menonton.
Gilbert Harold, salah satu rekan kerja Lean yang berasal dari luar negeri. Keduanya sedang membahas beberapa hal penting terkait pekerjaan, namun perhatian Gilbert justru terus tertuju pada Lou yang begitu menarik perhatian. Ditambah anak itu juga terlihat acuh dengan mulut mungil sibuk mengemut pacifer.
"Saya juga memiliki seorang putri yang seumuran dengan adik Anda, boleh saya menyapa adik Anda sebentar, Sir?" Gilbert menampilkan tersenyum ramahnya pada Lean. Jujur saja ia adalah tipe orang yang sangat menyukai anak kecil, terutama yang masih memiliki harum bayi dan berpipi tumpah seperti adik rekan kerjanya ini.
Lean mengangkat sebelah alis, sebelum mengangguk kecil memberi izin. "Tentu, Anda boleh menyapanya."
Senyum Gilbert semakin lebar, merapikan jas hitamnya sebelum bangkit dari duduk. Sedangkan Lean, juga ikut meletakkan pen ditangan dan bersandar pada kursi kebesarannya. Ingin tahu, seperti apa reaksi si bayi beruang saat di dekati oleh orang asing.
Grrr!
Namun sayang, sebelum Gilbert benar-benar sampai dihadapan Lou, Asfar yang tertidur di bawah sofa tiba-tiba terbangun dan menggeram marah.
Lou langsung mengalihkan pandangan dari layar laptop, netra emasnya menatap seorang pria asing dan Asfar secara bergantian. Mengerjap polos, Lou menurunkan kaki kecilnya menapak lantai, menghampiri Asfar yang menatap Gilbert waspada.
"Serigalanya pemarah, jangan dekat-dekat nanti di gigit." ucap Lou menakut-nakuti, berusaha mengangkat setengah tubuh besar Asfar kedalam pelukan layaknya sebuah boneka.
Bukannya takut, Gilbert yang tadinya sempat terkejut karena tak menyadari kehadiran Asfar kini kembali menampilkan senyum hangatnya.
"Benarkah? Siapa nama serigalanya?" Gilbert berlutut dihadapan Lou yang memeluk Asfar, menatap lekat wajah si bayi yang menatapnya polos namun terkesan waspada.
"Asfar." jawab Lou pelan, bahkan hampir tak terdengar. Menundukkan kepala, mengusap Asfar yang kembali menggeram rendah.
"Kalau nama kamu?" tanya Gilbert lagi, berusaha menarik perhatian Lou yang terus menunduk.
"Louise Wang." Lou sibuk menepuk-nepuk Asfar, masih enggan mengangkat pandangan.
Senyum Gilbert tetap tak luntur, pandangannya kini tertuju pada pipi tumpah Lou yang merona alami. "Pipi Louise lucu sekali, bulat seperti mochi strawberry yang biasa anak saya beli. Biasanya makan apa?"
Gilbert semakin melontarkan pertanyaan random, yang mungkin bisa menarik perhatian Lou. Meski sebenarnya masih tak menyangka, jika anak kecil seimut ini dijaga oleh seekor serigala yang tadinya sempat ia kira adalah anjing.
Dan benar saja, saat mendengar kata mochi Lou akhirnya tertarik untuk kembali menatap Gilbert. Keningnya tampak mengerut, sebelum menjawab dengan ragu. "Lou suka makan sosis, sama- susu?"

KAMU SEDANG MEMBACA
LOUISE
Teen FictionLouise Wang namanya, bocah manja nan cengeng berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum layaknya bayi beruang saat ia sedang marah. Lou, hanyalah seorang anak yang selalu menginginkan perhatian lebih. Namun karena kedua or...