19. Baby bear & Wolf

53K 3.4K 116
                                    

haloww~ 😸

Happy Reading!
—✦◌✦—
🐻🤎

Sapuan angin sore terlihat menerpa lembut dedaunan diluar balkon kamar Lou. Diatas kasur king size kamar yang selalu dipenuhi oleh aroma segar manisnya buah strawberry, Lou tampak tenang menyesap susu dengan sepasang mata bulat yang masih sayu.

Lou baru saja terbangun dari tidurnya, panasnya juga sudah mulai turun. Lovisa yang telah selesai membersihkan tubuhnya, kini tengah memakaikan piyama baru berwarna pink susu dengan motif buah strawberry. Lucu sekali, Lovisa sampai tidak bisa berhenti tersenyum gemas.

Wajah polos Lou yang masih mengantuk terkesan pasrah mau diapakan saja. Apalagi saat melihat pipi chubby nya yang bergerak teratur menyesap susu, dengan kedua tangan mungil setia memegangi botol susu bergambar beruang layaknya seorang bayi.

Lou yang hampir kembali terlelap, langsung dibuat mengerjap saat merasakan poninya disingkap dengan lembut. Lovisa tersenyum, kemudian memasangkan jepit rambut berlian pemberian dari Atlas untuk menahan poni depan si bayi.

"Nah, sudah. Habiskan susunya, ya?" Tangan cantik Lovisa beralih, mengusap pelan surai halus Lou yang hanya diam menatapnya lugu. Membalikkan tubuh, Lovisa kemudian mengambil plester penurun panas yang masih baru dari atas nakas.

Cklek.

Pintu kamar terdengar dibuka secara perlahan, menampilkan sosok Ravel yang kini tampak segar dengan outfit santainya. Celana panjang hitam yang dipasangkan dengan kaos putih polos berlengan pendek, terlihat sederhana namun juga memukau karena visual Ravel yang tak biasa.

Ravel berjalan masuk, mendekati Lou yang saat ini tengah menatapnya. Tersenyum gemas, netra abu-abu Ravel langsung terkunci pada jepit rambut berlian yang terpasang cantik menghiasi rambut si bayi. Ia sudah tahu jika Atlas, sang kakak sepupu yang baru kembali dari luar negeri datang berkunjung ke Mansion.

"Bayi siapa ini, baru bangun tidur sudah minum susu." Ravel menaiki kasur, mengungkung si bayi dan mencium gemas kedua pipi chubby nya yang bau susu. "Bayi Kakak bau susu."

Lovisa yang mendengarnya terkekeh, ia mendekat kemudian mengusak rambut Ravel. "Tidak boleh menggigit adikmu lagi."

Ravel hanya mengangguk seakan mengiyakan, namun dalam hatinya berkata lain. Sedikit menyingkir, Ravel memberi tempat untuk sang Mama memasangkan plester penurun panas pada dahi putih Lou.

Sepulang sekolah tadi, Ravel, Lion, bersama Theo juga Travis masih menyempatkan diri untuk bertanding basket di lapangan sekolah. Entah bagaimana bisa hobi keempatnya bisa sama, bermain basket untuk melampiaskan amarah, agar bisa kembali menjernihkan pikiran setiap kali ada masalah.

Terutama bagi Ravel dan Lion. Mendengar jika sang adik yang selama ini selalu mereka jaga mendapat perlakuan tak pantas dari orang luar, sungguh membuat hati serta pikiran mereka hampir menggelap.

"Mama, ini bayinya sudah boleh dibawa keluar belum?" Tangan besar Ravel menggenggam telunjuk kecil Lou, seraya menatap Lovisa yang telah selesai memakaikan plester penurun panas.

Lovisa mengangguk dengan senyum geli. "Mama harus memasak makan malam, Loui bersama kakak dulu ya?"

Plop!

Lou yang sedari tadi diam kini menganggukkan kepala, menjauhkan botol susu dari mulut mungilnya dan berbalik memeluk perut Ravel. Lovisa dibuat gemas melihatnya, ia mengusap lembut rambut si bayi sebelum kemudian beranjak keluar.

"Manja sekali anak kecil ini." Ravel mengambil alih botol susu dari tangan mungil Lou. Kemudian, ia beranjak berdiri seraya membawa tubuh mungil si bayi kedalam gendongan koalanya.

LOUISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang