17

126 15 21
                                    

"Upss, maaf. Tangan
ku terpeleset. Itu bergerak sendiri kau tau" sungguh pria itu jago drama. (Cocok masuk Indosiar)

Dengan santai ia mengatakan itu, sungguh tanpa perasaan iba sama sekali. "Oh ya. Tadi kenapa kau memanggil ku?"

"K....kak_____ a-aku..... me-- nya...________ ahkhh" senyum yang ia pakai untuk menyampaikan pesan terakhir nya itu,kini berubah menjadi raut wajah kecewa. ia tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Sosok kakak yang ia kenali kini menekan lebih dalam tombak yang masih setia menetap di dalam tubuh nya itu. Matanya sudah terlalu berat, ia tidak bisa melawan sesuatu yang sedari tadi ingin merebut kesadaran nya. Pandangan nya sudah memburam, menyorot wajah sang kakak dengan tidak jelas, dan perlahan-lahan matanya menutup. Tapi kau tahu? Seseorang yang baik akan benar-benar murni baik meski ia telah di sakiti berkali-kali, tak peduli sekeras apapun usahanya untuk berbuat jahat. Dia tetap dia. Dan ia tetap menyayangi kakaknya, dia menyayangi setiap saudara-saudara nya.

"Maaf, tadi kau bilang apa? Lagi-lagi aku tidak sengaja lho. Oh -upss kenapa diam. Ohh jangan-jangan beneran sudah mati ya. Bagaimana jika aku melangkahi mayat mu?" Iya. Benar. Adik nya sudah mati. Dan takkan bisa kembali lagi. Apakah dia tidak akan menyesalinya? Apa dia tak takut akan menyesal? Apa dia sama sekali tak merasa bersalah? Atau sekedar iba? Apa dia benar-benar tidak merasa kehilangan? Penyesalan itu ada di akhir cerita. Tapi sosok sepertinya, apakah akan ada penyesalan? Sosok yang telah membunuh ayahnya sendiri.

Puas?

Ya dia sangat puas!

Tapi tidak akan terlalu puas hingga akhirnya dia benar-benar mendapatkan apa yang ia mau.

"Selamat istirahat, pangeran tidur~" ucapnya sembari mengelus pipi anak itu lalu melengos pergi... Meninggalkan sosok dengan bibir pucat disana, tanpa kembali menoleh untuk sekedar berpikir akan di apakan mayatnya?

Egois?

Sangat egois!

Ia bahkan rela membunuh saudara sendiri. Demi tujuan yang tentu hanya akan menguntungkan dirinya sendiri.

Tumbal?

Sangat jelas ia melakukan itu dan menumbalkan saudaranya demi kegiatan nya.

Kini, hanya tuhan dan alam benda yang ada disana yang menjadi saksi bisu tentang kematian mengenaskan dari sosok yang memiliki netra aqua itu.siapapun pasti tak menginginkan nya. Mati karna di bunuh, mati dengan kecewa, bahkan tak lagi bertemu sang saudara yang lain dan kembaran tercintanya, mati di tangan saudara sendiri, karna keinginan yang hanya menguntungkan diri sendiri. Siapa yang mau? Apakah keinginan itu lebih penting darinya? Hingga sang kakak tega merenggut segalanya bahkan nyawanya? Apa kakaknya tak pernah menyayanginya?

Pergilah dengan tenang pangeran tidur kami... Kami akan disini dan menyayangi mu, lebih dari kakak mu yang kejam itu. Lepaskan semua beban pikiran mu di dunia, pikirkan dirimu sendiri untuk saat ini. Setidak nya kau tak lagi sakit, biarlah saudara mu yang lain tau dengan cara tuhan mu sendiri. Cepat atau lambat, kebenaran mana yang akan selalu tertutupi?

Jangan kau taruh rasa sayang mu kepada orang yang tak pantas mendapatkan nya, kau kecewa bukan karna itu terjadi. Setidaknya kau lihat kembali raga mu, dan lupa kan kau memiliki saudara seperti dia. Kau tidak perlu bersedih.

Angin akan menerpa kehangatan untukmu, dan cahaya akan menunjukkan jalan mu pulang.

Sinar kehangatan akan membawamu, pergi selamanya.

Pandanglah kebawah dan lepas kan semua beban mu,mungkin kau tidak tenang. Kembalilah turun, dan hilangkan rasa tidak tenang mu

Kau pergi sebelum di jemput, pilihan memang bukan di tanganmu. Tatapi kau lah yang menjalaninya. Bahkan hingga akhir hayat mu, kau tidak lewat dari kerasnya dunia. Kau sudah cukup hebat sayang, tersenyum lah ketika pergi!









Ice~bearحيث تعيش القصص. اكتشف الآن