12

133 14 4
                                    

Met baca sengkuh....
__________

"ini milikmu ?"

Ice terbungkam melihat apa yang ada di tangan hali sekarang, bagaimana ia bisa menemukan itu...?. "Diam? Kenapa? Ouhh benar ya..?" Nada bicara hali mampu melumpuhkan keberanian yang ice punya sekarang di tambah lagi sorot mata hali yang begitu tajam dan menusuk jantung nya. Hali beranjak pergi ke dapur dan kembali dengan menyeret sebuah kursi makan, tunggu apa yang akan hali lakukan?. Ia menaruh kursi tersebut tepat didepan sofa yang tengah ice duduki. "Sini.." ucapnya masih dingin seperti sebelum nya, tangannya memberi isyarat agar ice berpindah ketempat yang ia tunjukkan. Disitu? Yang benar saja... Tapi hali juga duduk disitu?.. Mungkin jika kalian adalah peramal pasti inilah yang ice pertanyaan dalam pikirannya. Mana bisa ia berbohong jika sudah terjebak dalam perangkap hali.

Tak mau berurusan panjang ice berdiri dan menghampiri sang kakak, tidak baik terlalu banyak bertanya nanti juga kau akan tau ice... "Tunggu apa lagi? Duduklah!" Ice bersumpah saat ini ia sangat takut ditambah lagi efek dari perbuatan dirinya sendiri, bulir keringat terjun bebas dari wajahnya... Cara bicara hali yang berubah dari cara sehari hari mereka berbicara pun menambah kuat kesan mengerikan diruangan itu. Anak itu menuruti perintah sang kakak, mungkin akan lebih baik jika dituruti.

Saat awal wajah anak itu memang pucat namun menjadi merah padam akibat suhu tubuh yang panas, gelagat dan juga caranya bertindak sangat aneh, seperti saat ia membuka sedikit mulutnya tiba tiba ia membekap mulutnya sendiri. Perubahan pada wajah dan sikap ice membuat halilintar semakin yakin bahwa 'itu' benar benar milik anak itu.

Posisi saat ini ice berhadapan dan sedang berada di pangkuan halilintar, tumpuan hanya kursi yang hali seret dari dapur menuju ruangan tempat mereka berada. Meski ice duduk di atas halilintar, tidak membuat ia harus mendongak keatas melainkan ia tetap melihat kebawah saking cebolnya adik kecilnya yang satu ini. Tapi hatinya tidak percaya bahwa adik yang dilihatnya polos bisa menjadi seperti ini.

"Buka mulut mu!" Ingin sekali ice menjerit minta maaf karena perbuatan nya yang ketahuan ini lalu mengakuinya dari pada jadi seperti ini, namun ia terlalu kaku sekarang. Entah kenapa ia langsung menurut ucapan sang kakak dan tidak bisa memberontak nya, seperti.. ucapan halilintar berhasil membekukannya. Ia tau betul yang dilakukan hali benar benar membuatnya terpojok meski ia tidak menurut tetap saja ia tidak akan menang dari hali! Pasti! Pasti ia sudah ketahuan.

Sang sulung itu mendekatkan wajahnya pada orang yang sedang ia pangku. 'aku tau aku salah, tolong...kak hali' -jantungnya berdetak dengan cepat ketika panik dengan yang kakak nya perbuatan, lalu kemudian hali mencium aroma seperti... Kacang almond? Ah jadi dugaannya benar. "Takut hm? Calm down my bear! Kakak hanya memastikan dan ternyata benar! Kakak tidak segan melakukan hal lebih dari ini untuk memastikan, jika benda ini kembali terlihat oleh ku meski hanya tutupnya saja!!"

"Kak ma-af aku-hh ter-pak hh -sa" meski susah ia tetap berusaha menyelesaikan kalimatnya dengan nafas yang terengah-engah tersebut.

__________

Tok tok tokk

"Li! Uncle ini~!! Bukain pintunya dedek gemess"

Brak brak brak

"Yaampun ini gelap elahh cepetannnn! Kamu mau uncle di culik wewe? ii takut ii~"

"Ck bobrok banget punya uncle...IYAAAA ENTARRR INI LAGI JALAN KAKINYAA SABARRIN NAPAA?! LEPAS TU ENGSEL PINTU!!....... ahh gini amat nasib malem² di suruh treak hisss"

Ckleatt

"AAAA!!" Mantap.. dua duanya kaget ketika melihat satu sama lain.

Plakk

" Diem elah cil malem ini ntar adek adek mu bangun itu, udah ayok masuk anggap rumah sendiri kan?" Pamannya alias uncle pian itu melenggang masuk ke rumah para boel dengan santuy nya dan langsung masuk menuju sofa di ruang tamu.. sementara bocah yang baru saja di geplak itu hanya bisa memasang raut wajah yang begitu kesal, niatnya menelepon pamannya untuk membantunya mengurus adiknya yang baru saja ia ancam dengan acting yang lumayan untuk seorang penyembunyi handal seperti ice,, menurut nya reaksi adiknya itu lucu. Meski kenyataannya ia juga takut dan marah.

"Eh ada bocah yamato,ehh- maaf almarhum sahabatku yang ganteng dan baik hati lagi pemaaf!! Aku gak sengaja nyebut panggilan ejekan itu lagi!! Jangan datangi aku yaaa"

(mampus.. ngeri sendiri kan, makanya wahai teman ku memanggil nama teman dengan nama lain itu adalah kebiasaan, yang sering kita lakukan... Cie nama panggilan, sesayang itukah ma temen wkwk)

"Tolong serius uncle,,aku ingin uncle memeriksa dia uncle bawa peralatan nya kan?" To the poin nya hali yang kini tengah khawatir, melihat pamannya yang sedari tadi masih se-random itu. Tidak ingin mengecoa kan sang ponakan pian pun membuka kopernya yang berisi peralatan dokter nya, tangan besarnya mengarah kepada sebuah alat berbentuk huruf 'Y' yaitu stetoskop. Ujung stetoskop itu langsung ia arah kan ke arah dada untuk memeriksa suara jantung terlebih dahulu. Ia mendengarkan dengan seksama suara detak jantung dari ponakannya yang tengah berbaring lemas di sofa panjang itu.

Pian merasa ini sama seperti kejadian almarhum adiknya dulu, jadi ia melakukan sesi tanya jawab dengan kedua ponakan nya. Tiba tiba pian menarik dan menggendong pasien nya cepat kearah wastafel dapur disusul oleh kakak dari pasien yang berperan sebagai saksi. "Sudah jelas!" Ha?? Hali turut bingung dengan ucapan paman nya itu. " kamu benar, dia..." Pian tampak ragu memutuskan. Jika dulu adiknya tidak sengaja memakan makanan yang mengandung benda itu, kali ini justru di sengaja, ia jadi mengerti rusaknya mental seorang anak yang tumbuh dengan orang tua ataupun tanpa orang tua sama² membuat mereka merusak diri sendiri. Pusing, muntah dan mual, detak jantung yang lemah, sulit bernafas, bahkan hampir kehilangan kesadaran. Ciri ciri keracunan sianida yang membuat dirinya dulu harus kehilangan adik semata wayangnya, itu lah yang membuat pian nekat menjadi dokter, dia gagal menyelamatkan adiknya jadi dia berusaha menjadi dokter untuk bisa menghilangkan rasa bersalahnya, andai dulu pian bisa,,Pian ingin membuka cafe bersama adiknya, bukan menjadi dokter.

Pian tidak ingin gagal lagi...

Mereka kembali ke ruang tamu. Pian mengambil masker oksigen yang ia bawa, lalu memasangkannya dengan kecepatan maksimum.

"Hali... bagaimana jika uncle gagal ? Ahh-nggak uncle gak bakal nyerah!" Pian mengusap air matanya yang sempat mengalir.

'maaf phyo kak pian tadi nyerah sebelum memulai, kak pian bakal berusaha phyo. Selanjutnya doakan kakak dari sana agar kakak bisa menjadi presiden agar bisa melenyapkan benda seperti itu dari bumi kita, meski kamu bukan disini lagi,, tapi kamu pernah disini kan? Kak pian bakal ingat kenangan kita selalu. Jangan lupakan kakak ya phyro!'

Dia hanya mengkonsumsi itu sedikit, jadi masih sempat.

" Ayo hali, kita ke rumah sakit untuk mendapatkan penawar nya!"

" Baik uncle, tapi mereka ber 5- yasudah aku kunci dari luar aja!"

Uncle pian mengemudi sedangkan hali memangku ice di bangku belakang. Pian membawa mobil itu ke arah rumah sakit tempat ia bekerja.







__________🏥🌃

Saat tiba di rs, mereka segera melesat kedalam. Sett.


















"Dia disana tuan"

"Bagus.. asah tombakku!"



























Tbc sengkuhh

Semoga suka ya~
Silahkan vote nyaa (yg gk,kelap kelip..wkwk ) canda zeyeng
Makasih yang udah vote

Gada geyan ya

Yg bingung bowle pake banget buat nanya tpi ga boleh pake kecap yaa~~~~ sekian terima nasib saya pamit untuk mengalah demi orang baru.....

Ice~bearWhere stories live. Discover now