Ch.58 Siapa Yang Menikah, Siapa Yang Bulan Madu

Comincia dall'inizio
                                    

Saya serahkan kembali bidet itu kepada Ibrahim, fokus saya kembali pada lubang kecil yang mulus dihadapan saya, saya tiup pelan lubang itu, kembali lubang Ibrahim berkedut, langsung saja saya benamkan wajah saya dipantatnya, menggesekan jambang dan kumis saya disana, badan Ibrahim mengejang kegelian, tangan saya tidak berhenti meremas pantat kenyalnya, lidah saya bergerak menyusuri belahan pantatnya, dari atas hingga ke ujungnya, kembali keatas lalu bergenti tepat dilubangnya, saya jilati lubang Ibrahim hingga basah oleh ludah saya, surprisingly, lubang Ibrahim rasanya plain saja, tidak ada rasa aneh, atau bahkan rasa gurih keringat seperti biasanya, hanya plain saja, seperti menjilati kulit pada biasanya, lubang Ibrahim berkedut menghisap lidah saya, ia mendesah kenikmatan.

Setelah dirasa cukup basah, saya bangkit dari posisi jongkok saya, memeluk badan Ibrahim dengan erat dari belakang, terpantul dicermin depan, wajah Ibrahim yang terpejam menikmati setiap perlakuan saya kepada tubuhnya, tangan saya bergerak mengusap dan mencubit putingnya lembut, badan Ibrahim mengejang beberapa kali, badannya kemudian sedikit melemas hingga harus saya topang dengan tangan saya, kepala mengadah dan bersandar didada saya.

“Abuuyaaa!!! Saya keluaarrhhhh.” Ucap Ibrahim pelan.

“Bagus, keluarlah Brahim, jangan ditahan.” Jawabku memberi Ibrahim semangat.

Saya meludah ditangan lalu mengoleskanya dipenis dan lubang Ibrahim, memposisikan kepala penis saya tepat di lubang pantatnya, menekan kepala penis saya pelan, berusaha memasuki lubang kecil dan sempit milik Ibrahim, kepala penis saya berhasil masuk, Ibrahim kembali melenguh, kali ini sedikit lebih keras dari sebelumnya, saya mendiamkan sejenak kepala penis saya, rasanya begitu luar biasa, penis saya bagaikan terhimpit sesuatu, dinding dinding anal Ibrahim begitu lembut dan memijat penis saya, hisapan pantat Ibrahim seperti mencengkram kepala penis saya dan seperti tidak rela untuk melepaskan kepala penis saya.

“Tekan lagi Abuya!!.” Ucap Ibrahim tidak tahan, kembali secara perlahan saya menekan hingga masuk seluruhnya, pantat Ibrahim menggesek bulu pubis saya, badan Ibrahim kali ini tidak mengejang namun bergetar hebat, cengkraman tanganya pada wastafle menguat, kepala Ibrahim menunduk kemudian menggeram pelan.

Saya meniupi tengkuk Ibrahim, tangan saya tidak berhenti menstimulasi putingnya, mencoba mengalihkan rasa sakit yang pasti ada dengan beberapa kenikmatan kecil, tangan Ibrahim melepaskan cengkramanya pada wastafel kemudian mengusap lengang saya diputingnya.

“Mulailah Abuya.” Ucap Abuya.

“Yakin Habibi? Sudah mulai nyaman?.” Tanya saya, Ibrahim mengangguk, wajahnya sayu menggoda.

Saya mulai menggerakan pinggul saya maju mundur, perlahan tapi pasti, permainan genjotan saya pelan tapi panjang, hampir tercabut penis saya, lalu kembali saya tancapkan seluruhnya, hanya beberapa genjotan hingga kemudian Ibrahim mendesah dan menggeram keras.

“Keluarrrr lagiii!.” Ucapnya sambil menahan nikmat, luar biasa sensitive anak ini, tempo dan ritme genjotan saya tambah, sedikit lebih cepat, membuat badan Ibrahim sedikit berbenturan dengan wastafel, wajah horny Ibrahim terlihat begitu menggoda dicermin.

Saya hentikan genjotan saya,kepala Ibrahim reflek berbalik dan melihat ke arah saya.

“Kenapa berhenti?.” Tanya Ibrahim dengan wajah horny nya, sial, mengapa dia terlihat begitu menawan ketika sedang bergairah, saya hanya tersenyum kemudian mengangkat sebelah kakinya, badan Ibrahim terhuyung hampir jatuh, namun tertahan oleh tangan saya.

“Arghhh!!, Abuyaaa!.” Ucapnya kaget, saya kembali menghujamkan penis saya kedalam lubang pantat Ibrahim, menggenjotnya lebih keras dan cepat, badan Ibrahim kembali bergetar hebat, kakinya mengejang di genggaman tangan saya, badan Ibrahim melemas setelah tiga kali keluar, namun tidak saya pedulikan, saya terus menghujamkan penis saya lebih keras kemudian berhenti.

PRIA ARAB MAJIKANKUDove le storie prendono vita. Scoprilo ora