dua puluh tujuh

1.3K 151 19
                                    

⚠️ dramaa puooollll

Matthew tersenyum, tangan kanannya terulur menggulir beberapa artikel yang sedang hangat-hangatnya sekarang.

Tak sia-sia ia mengelabui Jiwoong dengan bersikap baik, tanpa tahu gerakan bawah tanah yang memang ia rencanakan.

"Aku menunggumu, Hanbin hyung."

Hanbin, yang memang sudah berada di apartemen mereka lantas maju dan mengangkat kerah baju lelaki manis itu.

Hanbin sudah menduga bahwa pemuda manis ini berada di apartemen yang memang dibeli sebagai tempat istirahat mereka dulu. Tak ada yang tahu tempat ini, bahkan Zhang Hao sekalipun.

"Bagaimana kejutannya?" Hanbin menggeram.

"Sangat mengejutkan." Sarkasnya.

"Aku anggap itu pujian."

"Tapi kenapa? Kenapa kau harus melakukan hal sejauh ini?" Hanbin tak habis pikir, ia seperti tidak mengenal Matthew yang sekarang.

Matthew tidak akan menggunakan cara senekat ini.

Sudut bibir Matthew perlahan naik.

"Menurutmu kenapa hyung?"

"Aku tak tahu kalau kau bisa selicik ini. Bahkan kau berani mengorbankan karir yang sudah kau perjuangkan."

"Memang."

Katakanlah Matthew gila, mengorbankan karir modelnya demi hubungannya dengan Hanbin. Matthew tahu bahwa karirnya tak akan secemerlang dulu lagi, ia bahkan sudah muak dengan ulah Jiwoong yang sangat membuatnya kesulitan.

Jadi sekalian saja kan? Hancurkan karir dan turunkan saham perusahaan Hanbin dengan cara ini.

"Aku menunggumu, merawatmu, mencintaimu sepenuh hati, beberapa kali hampir mengorbankan karir yang sudah kubangun agar tetap berada disisimu, bahkan aku menunggu dan bersabar melihat betapa bahagianya keluarga palsu yang kau ciptakan dengannya bertahun-tahun."

"Tapi apa yang kau lakukan? Kau menikmati bahkan jatuh ke dalam peran yang kau ciptakan. Kemudian mencampakku begitu saja. Padahal kau tahu bahwa aku hanya memilikimu." Kekehan sinis keluar dari bibirnya.

"Jadi, untuk apa kau kesini hyung? Menghentikanku? Memintaku untuk menjelaskannya pada media?"

"Kau memang harus melakukannya."

Matthew terkekeh.

"Ya ya, baiklah. Aku akan melakukannya. Tapi bukankah lebih baik kau menemui istrimu dulu? Ku harap pesanku sudah sampai."

.
.
.

"Hao ya?" Sosok yang dipanggil berbalik, menampilkan senyumnya seperti biasa.

Hanbin dengan cepat memeluknya, menghirup perpotongan leher sang istri seolah tak ada hari esok. Diguncangnya tubuh Hao ke kiri dan ke kanan, memastikan tak ada yang terluka.

"Kau baik-baik saja? Apa ada yang terluka atau berusaha mencelakaimu selama perjalanan?" Hao menggeleng pelan, lagi-lagi memasang senyum pertanda ia baik-baik saja.

Tapi Hanbin tahu ada yang salah. Hao-nya tak berbicara sepatah katapun, mata memerah—

Tunggu..

Mata memerah dan.. sembab?

"Hanbin-ah. Y-yujin sudah mulai besar. Kurasa tanggung jawabmu terhadapnya cukup sampai disini."

"Temui pers dan umumkan perceraian kita."

.
.
.

Mari kita kembali ke beberapa jam yang lalu.

Hao yang saat itu baru saja kembali dari Fujian bersama Yujin —menyusul Hanbin— mengernyitkan dahinya ketika menemui sebuah kotak yang tampaknya baru saja diantarkan.

Untuknya.

Jelas sekali nama penerima disana. Berarti kotak itu ditujukan untuknya.

Awalnya ia merasa takut, barangkali itu adalah sesuatu yang menyeramkan dan akan berdampak jika ia membukanya dengan posisi berada disisi Yujin. Jadi ia memutuskan untuk menidurkan Yujin di lantai atas kemudian turun dan bersiap-siap membuka kotak itu.

Untungnya, yang ia takutkan tidak terjadi.

Bayangan bangkai hewan disertai berdarah seketika hilang begitu saja.

Tapi bukan berarti itu sesuatu yang baik. Itu hanya berisi dua lembar foto dan surat.

Zhang Hao-ssi, maaf harus memberitahumu seperti ini.

Aku ingin meminta maaf atas kekacauan yang telah kubuat hari ini. Hanya saja, aku tak tahan lagi dengan situasi ini. Kau tahu Hanbin hyung pernah menjanjikan sesuatu dan ia melanggarnya, aku sudah tak keberatan. Tapi sayangnya 'dia', hadir.

Aku tahu kau pernah ada di posisi ini, dan aku percaya kau memahaminya.

Aku tak peduli jika harus menghancurkan karir yang sudah ku bangun, tapi 'dia' tak tahu apapun.

Aku harap kau mengerti.

Sekali lagi, maafkan aku

Tanpa membaca namanya pun, Hao tahu siapa penulisnya.

Seok Matthew, kini pria manis itu merasakannya.

chapter dua puluh tujuh —end


hai, hehe
tisunya kakaaa ( kalo pen nangess )

[2] Lie | Binhao [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora