empat belas

1.8K 239 38
                                    

"BRENGSEK!"

Hao memekik, sedangkan Jeonghyeon ambruk ditimpa Jiwoong. Entah bagaimana bisa pria itu ada disini.

"Beraninya kau muncul lagi?! Bedebah!" Ucapnya sambil melayangkan tinjuan ke arah Jeonghyeon.

Untung saja Yujin tak terbangun dan pertikaian itu segera dilerai oleh orang-orang yang melihat.

"Jiwoong hyung—" Jeonghyeon melirih menahan sakit disudut bibirnya.

"Setelah membuat Hao kami menderita, kau seenaknya kembali menampakkan wajahmu? Kau tahu apa yang dia alami karenamu?"

"Hyung.." Hao mencoba membawa Jiwoong pergi. Ia tak ingin apapun yang berkaitan dengan masa lalunya kembali dibahas.

Karena itu akan mengingatkannya pada Hanbin.

"Hyung, ayo pergi. Jeonghyeon terima kasih dan aku minta maaf untuk hari ini." Ucapnya kemudian berlalu.










"Jiwoong—"

"Untuk apa dia disini?"

"Dia pianis untuk konser ini."

"Jadi dia yang akan mendampingimu?" Jiwoong memijat kepalanya, pusing dengan fakta yang terlalu tiba-tiba.

Awalnya ia hanya akan mengunjungi Hao dan Yujin, tapi pemandangan tadi membuat emosinya seketika naik.

"Lalu Yujin?"

"Mereka sudah berkenalan."

"Bedebah itu tidak mengatakan hal-hal aneh kan?"

Hao mengulum bibirnya. Dan Jiwoong paham betul apa yang terjadi.

"Tidak. Aku memang tidak menyukai Hanbin, tapi jangan sekalipun berpikir untuk kembali bersama pria itu."

Jiwoong tahu ia egois. Tapi ia hanya ingin Hao bahagia. Sudah cukup ia dan Keita melihat Hao menderita karena berhubungan dengan kedua orang itu.

Termasuk Hanbin. Andaikan mereka tidak menikah, Jiwoong akan memastikan bahwa ialah yang akan merawat Hao serta Yujin.

"Berjanjilah padaku bahwa setelah ini jangan izinkan Jeonghyeon datang lagi."

Hao mengangguk. Tak ada gunanya membantah Jiwoong, bahkan Keita pun akan melakukan hal yang sama jika berada di posisi Jiwoong.

"Jadi, bagaimana persiapan konsernya?"




Hanbin mengacak rambutnya, kegelisahan terlihat jelas diraut wajahnya.

Dan itu tak luput dari Minkyu, sekertarisnya.

"Tuan Sung?" Bahkan panggilan itupun diabaikannya.

"Anda baik-baik saja?" Lagi-lagi Hanbin masih diam saja.

"Ya! Sung Hanbin!?"

"Aku atasanmu, Kim." Hanbin spontan menjawab teriakan Minkyu

"Aku sudah melakukannya tapi kau mengabaikanku. Apa kekasihmu itu membuat masalah baru?" Tebak Minkyu.

Karena biasanya Hanbin akan seperti ini jika kekasihnya membuat masalah.

"Tidak, ini tentang Hao."

"Oh, suami yang sedang kesepian rupanya." Sindir Minkyu

Hanbin mengernyit bingung.

Padahal sebelumnya ia biasa saja ketika Hao akan pergi keluat kota, entah untuk konser ataupun urusan akadetmi tempatnya bekerja. Bahkan Hao tak pernah membawa Yujin untuk urusan pekerjaannya.

Tapi untuk pertama kalinya ia merasakan hal seperti ini ketika menjauh dari istri sipitnya itu.

"Kalau dilihat-lihat, tampilanmu bahkan kurang rapi dari biasanya. Apa efek ditinggal istri ya?"

Hanbin berdecak.

"Kalau begitu menikahlah."

"Katakan pada sepupumu untuk menerima lamaranku."

Tawa Hanbin menguar. Shannon, sepupu bulenya itu bahkan masih menolak Minkyu dengan alasan belum siap untuk berkomitmen

"Kalau begitu, cari yang lain saja. Mungkin aku bisa membantumu."

"Jangan carikan submissive, aku straight asal kau tahu."

"Aku memang menikahi pria tapi bukan berarti kenalanku pria semua, bodoh!" Keduanya tertawa.

Tapi omong-omong, bagaimana keadaan istri dan buah hatinya?









Hao meremat tangannya, sesekali menatap ke arah Violinnya dengan gugup.

Jika sebelumnya ia hanya melatih pemain violin, kini ia kembali sebagai penampil di atas panggung.

"Anda gugup, Tuan Zhang?" Ia menoleh, dibalasnya senyum Nayoung dan mengangguk.

"Bohong jika aku bilang tidak."

"Sudah lama aku menantikan ini."

"Ya, ini pertama kalinya setelah menikah."

Nayoung menoleh, diingatnya sesuatu.

"Bagaimana kabar suami anda?" Hao melirik terkejut.

"Dia baik-baik saja. Pekerjaannya juga lancar."

"Aku harap ia menyaksikan pertunjukkan luar biasa anda, Tuan Zhang." Ucapnya kemudian membungkuk pamit.

Setelah itu Hao hanya memasang senyum garisnya.

"Andai saja."













The Last Summer of Rose yang dibawakan Hao dan Jeonghyeon mengundang tepuk tangan meriah dari seisi Aula itu.

Sedangkan Hao mengulum bibirnya, masih gugup walaupun ia sudah terbiasa dengan Hal ini sebelumnya.

"Dimana Zhang Hao-ku yang narsis, heh?" Hao dengan spontan menyenggol Jeonghyeon yang tertawa kecil, kemudian memegang pergelangan tangan Hao, mengisyaratkan agar menunduk bersama sebelum meninggalkan panggung.



"MAMAAA!"

Yujin dengan cepat berhambur di pelukan Hao, kemudian melakukan hi-five dengan Jeonghyeon.

"Ayah dan Mama sangat keren!" Dua jempol mungil terangkat diiringi gummy smile yang membuat Hao tak tahan untuk menciumnya.

Jeonghyeon tersenyum dalan diam. Panggilan Ayah dari Yujin sudah cukup menghangatkan hatinya.

"Menggemaskan." Ucapnya hendak merangkul kedua orang itu.

Tapi belum sempat ia merangkul, sebuah suara menghentikannya.

"Jauhkan tanganmu dari istri dan anakku, Jeonghyeon-ssi."

Chapter empat belas —end


hayoo yang tebak abin di awal siapaaa??
dan voila, I'm here.

[2] Lie | Binhao [END]Kde žijí příběhy. Začni objevovat