delapan belas

1.8K 211 11
                                    

Sayangnya, pagi ini justru tak seindah malam tadi. Hari ini adalah hari dimana Hanbin harus kembali ke Seoul. Tetapi ia ingin Hao dan Yujin juga ikut bersamanya.

Tetapi seperti biasa, istri cantiknya itu tidak akan menurutinya dengan mudah.

"Jadwal kepulanganku dua hari lagi. Dan Seungwoo sudah memesan tiketnya."

Hanbin menatapnya penuh selidik. "Bukan karena si pianis itu?"

"Ya tuhan, Hanbin!" Sedikit menaikkan suara, Hao menatapnya dengan tajam.

"Aku bahkan tak tahu kalau ia akan datang ke event ini."

"Jangan kaitkan Jeonghyeon dengan ini. Ia—"

"Jangan membelanya!"

"Dan jangan memotong ucapanku!"

Demi apapun, ini masih pagi dan pertengkaran ini benar-benar membuat Hao pusing.

"Kau cemburu?"

"Ya. Ingat, kita sepasang kekasih, bahkan lebih dari itu. Kau bahkan sudah melahirkan anakku dan—"

"Cukup. Kau terlalu frontal." Hanbin bisa melihat betapa merahnya wajah Hao sekarang.

"S-soal itu, k-kau tak perlu khawatir." Hao menjawab dengan gugup.

"Aku istrimu dan aku tahu betul tempatku. Aku bukanlah orang yang gampang berkhianat hanya karena bertemu lagi."

Setelahnya, wajah Hanbin sedikit menegang. Ia tahu ucapan itu ditujukan untuknya.

Bertemu lagi dan kembali bersama Matthew setelah menikahi Hao, itu yang ia lakukan saat itu.

"Mama? Papa?"

Mereka menoleh, disana ada Yujin dengan piyama peachnya sedang mengucek matanya sesekali menguap.

"Selamat pagi." Itu Hanbin, ia mendekati Yujin dan mengangkat tubuh kecil itu.

"Pagi papa." Yujin memandangi sekitar, dan tertuju pada sebuah koper.

"Apa kita akan pulang?"

"Iya."

"Tidak."

Itu Hao dan Hanbin. Kemudian Hao mendelik, bukannya tadi pria itu yang bersikeras memintanya untuk pulang.

"Hanya papa yang akan pulang."

"Lalu, mama?"

"Kalian akan menyusul nanti." Hanbin mengecup pipi Yujin.

"Chaa. Yujin harus segera mandi karena kita akan mengantar papa."

.
.
.

"Papa akan pergi sekarang?"

"Yah, seperti itu."

Ia kembali menatap Hao. Meninggalkan istri dan anaknya disini membuat keraguannya mencuat.

Apakah Hao akan menghianatinya? Mengingat Lee Jeonghyeon masih ada disini.

Bagaimana jika mereka berdua kembali bersama? Seperti halnya ia dan Matthew dulu.

Oh tentu saja ia tidak sepertimu, tuan Sung.

"Hanbin, pesawat akan take off." Hao memperingatkannya.

"Baiklah. Jagoan papa, kau harus menjaga mama mu. Oke?"

"Oke!"

Hao tersenyum, interaksi kecil ini sungguh menyentuh hatinya.

"Dan kau.." Hanbin menarik Hao ke dalam pelukannya. Meninggalkan satu kecupan manis di dahinya.

"Cepatlah pulang, aku merindukanmu." Hao mengangguk. Mereka memang sudah membiasakan diri untuk mengucapkan hal-hal manis seperti itu.

"Ber—"

"Aku menyukaimu."

Kalimat itu lolos begitu saja dari mulut Hanbin dengan kesadaran penuh. Menurutnya, ia harus segera mengungkapkan ini.

Ia tak ingin Hao meragu dan kembali goyah kepada Jeonghyeon.
.
.
.

Namun tampaknya, kalimat itu masih saja mengganggu Hao bahkan dua jam setelah Hanbin pulang.

Ini terlalu cepat. Baru dua hari mereka memutuskan untuk memperbaiki hubungan dan pria itu mengatakan bahwa ia menyukainya?

Apa hanya untuk mengikatnya agar ia tak goyah dan kembali bersama Jeonghyeon?

Demi Tuhan! Bahkan ia perlahan melupakan Jeonghyeon.

.
.
.

"Hao-ya. Mari kita akhiri hubungan ini."

Hao terkejut. Ia bahkan baru bisa menghubungi Jeonghyeon setelah satu minggu ini karena Jeonghyeon benar-benar lari, menghindarinya.

"Kenapa? Setelah satu minggu aku bersabar menunggu, justru ini yang aku dapatkan?"

Jeonghyeon menunduk. Merasa malu dan bersalah secara bersamaan. Tetapi ia benar-benar ingin pergi, berada bersama Hao membuatnya.. tertekan.

Tidak, Zhang Hao tidak pernah bersikap jahat padanya. Justru tekanan dihatinya lah yang membuat ia menghindari pria itu selama seminggu.

Karena pada dasarnya Hao yang tak ingin memperpanjang masalah, ia mengiyakan hal itu.

Sekalipun harus melepaskan Jeonghyeon, ia melakukannya.

Seharusnya masalahnya selesai sampai disitu. Hao tak lagi mempermasalahkan apapun, ia mencoba menerima kenyataan itu bahkan setelah sebulan berlalu.

Namun mengetahui Jeonghyeon mengencani orang lain, hatinya sakit. Bukan karena Jeonghyeon, tetapi karena hubungan mereka terjalin tepat sehari setelah hubungannya dan Jeonghyeon berakhir.

Itu berarti.. ia sebenarnya diselingkuhi bukan?

Jadilah malam itu, malam kelulusan yang seharusnnya ia lalui dengan suka justru dilalui dengan tangis berserta dua botol alkohol yang ditenggak habis.

Hingga akhirnya ia berakhir di atas ranjang dengan sosok yang menjadi suaminya sekarang, Sung Hanbin.


Oh astaga, mengingat masa lalunya dengan Jeonghyeon berarti mengingatkan awal pertemuannya dengan Hanbin.

Ia harusnya merasa sesak, tapi anehnya perasaan itu berganti menjadi lega.

Itu artinya ia mulai melupakan Jeonghyeon, kan?

Hao beralih menatap wallpaper ponselnya yang sudah berganti dengan foto mereka bertiga.

Siapa lagi yang menggantinya kalo bukan si Sung -possesive- Hanbin.

Lagi-lagi, ia tersenyum lega.

Jadi seperti inilah rasanya melepas belenggu masa lalu.


Chapter delapan belas —end.

hai, gimana chapter inii?

btw, funfact di chap ini adalah kejadian putusnya Hao dan Jeonghyeon itu... beneran nyata. it based on true story. kecuali pas promnight sih, hehe.

[2] Lie | Binhao [END]Where stories live. Discover now