sembilan

2.2K 316 24
                                    

Hanbin terbangun dari ranjangnya, kemudian menoleh sejenak. Ia sedikit terkejut melihat Yujin tertidur disebelahnya dengan stiker penurun panas yang menutupi seluruh keningnya.

"Jadi anak ini sakit juga?" Ia tak tahu mengapa hatinya seketika merasa resah mengetahui tubuh kecil disebelahnya juga sama sepertinya.

Ini bukan pertama kalinya. Jika Yujin sakit, maka tak lama Hanbin akan merasakannya juga. Begitupun sebaliknya, meskipun itu hanya flu ringan yang hilang dalam bebefapa jam.

Ia merasa mereka seolah.....terikat.

Ingatannya melayang pada ucapannya di awal pertemuannya dengan Hao, dimana ia meragukan Yujin sebagai anaknya.

Tapi sepertinya ia sedikit menyesal.






"Sudah ku katakan aku tak bisa masuk hari ini. Aku sudah izin pada sajangnim." Hao mengulum bibirnya, menahan umpatan yang sejak tadi ingin keluar.

"Sudah menjadi kesepakatan awal bahwa aku hanya melatih, bukan untuk ikut. Memangnya dimana dia?"

Hanbin yang memang sudah bangun hanya berdiri, mengamati Hao yang menelpon sambil menyiapkan makanan.

"Kau tahu sekarang kalau aku sudah menjadi seorang istri yang punya tanggung jawab atas anak dan suamiku. Aku bukan lagi bujangan yang bisa dengan fleksibel kemana saja."

Helaan nafas lelah bisa Hanbin dengar dari telepon itu.

"Baiklah. Jika dalam 90 menit Direktur tidak bisa menunggu, silahkan cari violinist lain." Hao menutup telponnya dengan cibiran yang tak henti-hentinya ia gumamkan.

"Kau sudah bangun?" Hanbin sedikit salah tingkah karena ternyata Hao melihatnya sejak tadi.

"Bagaimana keadaanmu?"

"Sedikit lebih baik."

"Yujin?"

"Ia masih tidur."

Hao mengangguk, kemudian meletekkan teh didepannya.

"Minumlah, aku berniat membuatkannya tadi hanya saja kau tidur sangat pulas." Hanbin berterima kasih dan meminumnya, seketika tenggorokannya menghangat.

"Dan perhatikan juga kesehatanmu, Sung. Pekerjaanmu membutuhkan energi dan pikiran yang tidak sedikit, atau kau akan seperti ini jika sudah melewati batas."

Hanbin diam-diam mengulum senyumnya. Sekalipun Hao  mengucapkannya dengan nada datar dan tanpa melihat ke arahnya, ia menyukai bentuk perhatian oleh pria itu.

Begitulah percakapan itu berakhir sampai akhirnya Hao meminta Hanbin menghabiskan makanan dan minum obat.

"Jiwoong hyung, bisakah kau membantuku? Yujin sedang sakit dan aku harus ke kantor menemui sajangnim." Ucap Hao ketika menerima panggilan dari Jiwoong.

"Baiklah, tidak masalah. Aku akan meminta tolong Keita atau temanku Jui untuk membantuku." Ucapnya kemudian mematikan panggilan.

"Aku yang akan menjaga Yujin."

Tepat setelah Hao menoleh, Hanbin merutuki dirinya yang secara spontan mengucapkan itu.

Sejujurnya ia sedikit tak terima ketika Hao lebih memilih untuk meminta tolong orang lain untuk urusan Yujin.

Ia merasa seperti tak dianggap dan sedikit merasa tidak enak. Untuk urusan Yujin, Hao lebih memilih untuk meminta Jiwoong dan Keita untuk menjaganya.

"Aku yang akan menjaganya." Ulangnya.

Hao terlihat ragu. Interaksi terakhir Hanbin dengan Yujin justru berakhir buruk.

"Kau yakin? Aku ragu tentangmu dan Yujin."

[2] Lie | Binhao [END]Where stories live. Discover now