dua belas

2.8K 351 44
                                    

Semoga sukaaa

Mobil mercedes berwarna silver itu melaju dengan kencang. Hao menghela napasnya kemudian menoleh ke arah Yujin yang tertidur.

Kalau dilihat lebih detil lagi, pipi gembil itu masih memerah dengan jejak air mata yang sudah mengering.

Melihat itu, Hao mengeratkan pegangan pada setirnya.

"Sung Hanbin sialan." Desisinya.

Akhirnya mobil silver yang dikendarainya berhenti didepan sebuah Hotel.

"Yujinnie, kita sudah sampai."

Ucapan dan kecupan lembut Hao cukup untuk membuat Yujin terusik dan mengucek matanya.

"Sudah sampai?"

Ah, lucunya.

"Nanti Yujin lanjutkan tidurnya di Hotel, ne?"

Yujin hanya mengangguk, kemudian mengambil tasnya dan mendahului Hao.

Sepertinya anak itu masih bersedih. Mungkin Hao akan mengajaknya bicara nanti.




"Selamat datang Nyonya Sung, tuan muda Sung." Seorang wanita menunduk hormat kearahnya dan Yujin sibuk memandangi gedung besar dihadpannya.

Hao diam-diam mendengus mendengar panggilan itu. Menggelikan, batinnya.

"Tidak, Nayoung. Aku kemari sebagai violinist Zhang Hao."

"Maafkan saya, Tuan Zhang. Mari saya antarkan ke ballroom. Tuan Lee sudah menunggu."

Hao mengikuti arahan wanita bernama Nayoung itu sedangkan Yujin dititipkan pada Mia, temannya.

"Selamat datang, tuan Zhang." Hao tersenyum membalas uluran tangan Lee Hwanhee, pemilik ballroom serta salah satu penyelenggara konser dadakan ini.

Yah, setidaknya ini mendadak untuknya.

"Terima kasih atas sambutannya, tuan Lee sekaligus menyampaikan permohonan maafku atas nama Seon Hwa academy untuk kejadian kemarin."

Hwanhee menggeleng.

"Tak masalah. Seungwoo sudah menyelesaikan itu, Stella juga sudah bersedia bertanggungjawab. Tidak ada yang perlu dipermasalahkan, tuan." Hwanhee tertawa.

"Lagipula, semenjak kau dinyatakan sebagai violinist solo, kami langsung mendapatkan pianis yang akan ikut serta bersamamu. Padahal rasanya kemarin susah sekali mencari pianis yang mau membawakan lagu sesulit ini."

Alis tebalnya berkerut. "Maksud anda tuan?"

"Ah, maafkan aku. Mungkin Seungwoo lupa memberitahumu bahwa pertunjukkan solomu akan didampingi oleh seorang pianis."

"Awalnya memang hanya solo karena pianis kami tidak ingin melakukannya. Tapi kemarin tiba-tiba ia menerimanya."

Hwanhee lagi-lagi hanya menampilkan deretan gigi rapihnya.

"Mungkin karena mendengar siapa yang akan dia dampingi." Sambungnya sambil tertawa.

Hao tersenyum, siapa yang akan menolak untuk mendampingi violinist kelas atas sepertinya?

"Sepertinya aku terlalu banyak bicara. Mari kuantarkan ke ruang latihan."






Ruang latihan yang dijanjikan penyelenggara benar-benar sesuai ekspektasi, begitu pikirnya.

Bukan hanya Violin dan Piano, namun ada Cello, Harpha bahkan Saxophone berjejer rapi, siap untuk dimainkan.

Dengan tenang, Hao menyetem Violin itu dan memainkan beberapa melodi andalannya.

[2] Lie | Binhao [END]Where stories live. Discover now