Chapter 67

4.8K 244 16
                                    

SELAMAT PAGI!

Terima kasih untuk yang sudah vote dichapter sebelumnya💕

Yuk vote dan ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen

SELAMAT MEMBACA!


♥️Happy Reading♥️

¥¥¥¥¥

"nona pelakunya adalah seorang siswi bernama gendis" laporan seorang pria dari sambungan telepon.

Marella mengangguk karena memang dia sudah menduga kalau pelaku yang dengan sengaja menaruh kaldu jamur di dalam mananannya adalah seseorang yang memang satu sekolah dengan dirinya, namun yang ia bingungkan siapa gadis bernama gendis itu seingatnya ia tidak memiliki masalah dengan gadis tersebut. Ada dua dugaan dalam pikirannya yang pertama mungkin marella asli lah yang memiliki masalah dengan gendis sehingga gendis sakit hati dan balas dendam atau dugaannya yang kedua karena suruhan seseorang, "apa alasannya?" Tanyanya daripada menerka-nerka lebih baik ia langsung bertanya memastikan kepada anak buahnya saja.

"Gadis itu hanya disuruh oleh seorang yang bernama Mila, dia diancam nona" jawab pria itu dari sebrang sana.

"Mila?" Alis marella mengkerut berusaha mengingat-ingat nama Mila, mengangguk pelan saat mengingat gadis itu adalah gadis yang mencari masalah dikantin saat pertamakali ia masuk sekolah sebagai marella.

"Ya nona, Mila cholisa aryaguna putri dari pengusaha ternama Cakra Aryaguna dan dewita Aryaguna" marella mengganguk faham walaupun pasti orang diseberang sana tidak melihatnya.

"Emm anu nona, ternyata perbuatan gendis sudah terlebih dahulu diketahui oleh ayah anda, tuan Revan. Kemarin gadis itu dibawa oleh orang-orang suruhan tuan Revan" jelas pria itu suaranya terdengar ragu-ragu takut kena marah oleh nonanya.

Informasi tersebut membuat tatapan marella menajam, "Kenapa bisa sampai keduluan papa, apa saja yang kalian lakukan!?" Mendengar suara marella yang penuh penekanan pria disebrang sana meneguk ludahnya dengan susah payah badannya bergetar pelan, walaupun hanya lewat sambungan telepon tapi pria itu seakan-akan dapat merasakan aura intimidasi yang kuat dari nonanya.

"M-maafkan saya nona" ucapnya kemudian, marella yang mendengar itu menghela nafas panjang lalu membuangnya perlahan. Walaupun kesal tapi ia tak begitu mempersalahkannya lagipula pasti sang papa memerintahkan anak buahnya terlebih dahulu dibandingkan dirinya yang saat itu masih dirawat dirumah sakit.

Tut

Ia memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak, melihat layar ponselnya yang menampilkan pukul 19.30 ternyata sudah malam ia keluar dari kamar melangkahkan kakinya dengan tenang menuju ruang kerja sang papa. Ia memutuskan untuk bertanya secara langsung kepada Revan tentang nasib pelaku yang berani mencelakainya. Oh ya ngomong-ngomong Oliv sudah pulang sekitar pukul empat sore tadi dengan alasan takut dimarahi mamanya.

Sampai didepan ruang kerja sang papa marella segera mengetuk pintu, lalu membuka pintu bercat hitam tersebut ketika terdengar suara Revan yang menyetujuinya untuk masuk.

"Pa" panggilnya masih diambang pintu, Revan yang semula sibuk berkutat dengan laptop nya mendongakkan kepala. Melihat putri tercintanya Revan tentu saja senang dan buru-buru menghampiri putrinya yang sekarang telah duduk disofa.

"Sayang ada apa mencari papa hemm?" Tanyanya sambil mendudukkan dirinya disofa tepat disamping marella, tak lupa tangannya dengan lembut mengusap surai putrinya.

"Papa lagi sibuk ya? Maafin marella ganggu waktu papa" ucap marella merasa bersalah, ia tau bahwa Revan tengah sibuk terbukti dengan banyaknya dokumen menumpuk diatas meja.

Who is the Antagonist?Where stories live. Discover now