Chapter 48

15.6K 739 105
                                    

SELAMAT PAGI!

Terima kasih untuk yang sudah vote dichapter sebelumnya💕

Yuk vote dan ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen

SELAMAT MEMBACA!


♥️Happy Reading♥️

¥¥¥¥¥

Tangan Marella bergerak lincah menari diatas keyboard guna mencari informasi yang ia butuhkan, angka-angka rumit terus berjalan cepat lalu tak lama muncul tulisan 'Loading' disusul bunyi notifikasi yang berasal dari layar komputer.

Ding

"Sial, sepertinya banyak sekali musuh disini?" Ucapnya sambil memperhatikan informasi yang berhasil ia dapatkan.

Marella menyandarkan tubuhnya disandaran sofa, didalam kamarnya hanya diisi dengan keheningan ketika gadis itu memutuskan untuk menutup matanya. Jarinya terangkat memijat pangkal hidungnya yang terasa penat. Jujur saja ia lelah berada di dunia asing ini, menempati tubuh dengan segudang masalah dan sialnya dia yang harus menyelesaikannya. Masalah satu belum selesai kini masalah lain terus berdatangan menghampirinya.

"Hidup Lo rumit banget la" gerutu Marella menghela nafas berat.

Andai bisa memilih, ia tak mau hidup diraga Marella. Lebih baik ia menyusul kedua orang tuanya yang sudah tenang di atas sana daripada harus dihadapkan dengan banyak masalah seperti ini. Bukannya ia tak bersyukur karena diberikan kesempatan kedua untuk hidup, tapi percuma jika hidup keduanya kali ini lebih berat dibandingkan kehidupannya yang pertama. Ya setidaknya dikehidupannya sekarang ia masih memiliki keluarga batinnya sedikit tenang.

Pukul delapan malam. Jika ada yang bertanya bukankah Marella seharusnya masih di rumah sakit? Jawabannya adalah beberapa saat yang lalu Marella dipusingkan dengan kedua orang tuanya yang menahan dirinya untuk tetap tinggal di rumah sakit, Marella yang benci dengan ruangan berbau obat-obatan itu memikirkan sebuah alasan agar kedua orang tuanya setuju membawanya pulang. Dan yah, akhirnya setelah semua drama dan bujuk rayu yang ia usahakan, Revan dan Citra menyetujuinya dengan syarat ia harus banyak-banyak istirahat tentunya. Tapi apakah Marella akan menurut? Tentu saja tidak, demi kelangsungan hidupnya ia harus segera bertindak cepat mencari informasi yang sekiranya berguna untuk dirinya.

Gadis itu beranjak dari duduknya berjalan memasuki walk in closed untuk mengganti celana pendeknya dengan celana jeans panjang, tak lupa Hoddle hitam yang selalu ia kenakan ketika hendak keluar dari mansion. Dirasa semuanya sudah siap, ia keluar dari mansion dengan santai tenang kedua orang tuanya sedang menghadiri pesta rekan bisnis papanya jadi ia bisa sedikit leluasa pergi keluar tanpa penjagaan.

Brun Brum

Motor hitam milik Marella keluar dari pekarangan mansion. Marella menghirup udara segar, mengendarai motornya pada jalanan yang sedikit sepi. Padahal waktu belum begitu larut tapi entah kenapa jalanan yang biasanya masih ramai sampai jam sepuluh malam kini terlihat lenggang, ia tak ambil pusing terus menambahkan laju kendaraannya. Tujuannya saat ini adalah sebuah pasar malam yang terletak dialun-alun kota.

Saat melewati sebuah gang yang memang menjadi jalan pintas menuju alun-alun kota, pendengarannya samar-samar menangkap suara gaduh dan teriakan kesakitan. Awalnya ia hanya acuh, namun semakin lama suara itu makin terdengar jelas menimbulkan rasa penasaran dalam dirinya. Mengamati sekeliling, Marella mencari asal suara mengira suara tersebut berasal dari rumah susun yang barusaja ia lewati. Ia semakin menajamkan pendengarannya,

"Suaranya seperti berasal dari gang itu deh?" Gumamnya ia menghentikan motornya, menoleh kearah gang kecil yang tak jauh dari posisinya saat ini. Dirasa tebakannya benar, ia lalu turun dari motor berjalan dengan pelan menuju gang tersebut.

Who is the Antagonist?Where stories live. Discover now