Chapter 63

5.1K 248 0
                                    

SELAMAT PAGI!

Terima kasih untuk yang sudah vote dichapter sebelumnya💕

Yuk vote dan ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen

SELAMAT MEMBACA!


♥️Happy Reading♥️

¥¥¥¥¥

Ruang rawat inap VVIP dengan dua brankar itu kini penuh dengan suara-suara ribut yang berasal dari seorang gadis dan pemuda remaja yang sedari tadi tak henti-hentinya berdebat.

"Cowok banci ngapain Lo kesini hah?" Bentak Oliv sambil melototkan matanya kearah vano, pemuda itu pun tak mau kalah ia melototkan matanya tak terima atas hinaan Oliv kepadanya.

"Sembarangan ya mulut Lo kalo ngomong, gue juga ogah kali kesini kalo nggak dipaksa sama anak-anak buat jenguk si lam....."

Perkataan vano terhenti saat Bagas membekap mulutnya dengan kencang, tentu saja vano memberontak apalagi Bagas juga turut serta membekap hidungnya sehingga dirinya tak bisa bernafas, "iss apaan sih gue nggak bisa nafas woy" semprot vano ketika berhasil menyingkirkan tangan Bagas dari mulutnya.

Sementara itu Bagas tak mempedulikan protesan vano malah dirinya memberikan peringatan melalui tatapan mata agar vano bisa diam, perhatian Bagas beralih menatap kearah citra dan Revan yang juga berada disana, "maafin temen saya ya Om Tante, emang teman saya ini mulutnya suka nggak bener" ucapnya segan, baik citra maupun Revan hanya mengangguk mengiyakan permintaan maaf dari Bagas. Mereka juga membiarkan saja Oliv dan vano berdebat namun pastinya berbeda cerita jika vano tadi keceplosan menghina marella.

Vano yang paham pun langsung meminta maaf dan menutup mulutnya rapat dalam hati ia mengerutuki mulutnya yang tidak bisa direm untung saja Bagas dengan sigap menghentikan ucapnya jika tidak entah apa yang akan terjadi terlebih sekarang ia sudah mendapatkan tatapan tajam dari dewa dan Revan secara diam-diam.

Ditengah rasa kesalnya, melihat vano tak berkutik Oliv tersenyum puas, "rasain" ucapnya dengan gerakan bibir ketika pandangannya dengan vano tidak sengaja bertemu.

Dewa yang melihat semua itu hanya menghela nafas lelah terlebih atas sikap memalukan vano yang tak tau tempat, "kami permisi dulu, dan maaf sudah membuat keributan" ucapnya yang menurutnya sudah sopan namun berbanding terbalik dengan ekspresi wajahnya yang masih saja datar.

"Ah tidak apa, namanya juga anak muda Tante malah senang kalian mau datang kesini menjenguk marella" ucap Citra maklum sambil tersenyum sedangkan Revan hanya mengangguk saja. Sebelum benar-benar keluar dari ruangan, dewa menyempatkan memandang kearah marella sekilas dan berlalu dari sana.

Sementara itu marella yang ditatap mengerutkan keningnya, meskipun hanya sepersekian detik mereka berkontak mata ia dapat melihat tatapan dewa yang terkesan lembut kepadanya. Aneh.

Sesampainya diluar ruangan Bagas langsung mendaratkan jitakan keras dikepala vano, "Lo gila ya, Lo nggak liat tatapan om Revan yang seolah mau memusnahin kita?" Omel Bagas merasa geram akan tingkah vano.

"Ya maaf gue keceplosan tadi, lagian ini semua salah dewa udah tau gue nggak suka sama marella eh dia malah ngajak kita buat jengukin marella" ucapnya membela diri, ia memandang kesal kearah dewa yang sudah berjalan terlebih dahulu didepan mereka.

"Lagian ya sejak kapan dia kayak perhatian gitu sama marella?" Lanjutnya merasa aneh sekaligus bingung akan sikap dewa, Bagas terdiam lalu mengangguk menyetujui ucapan vano yang ada benarnya. "Atau jangan-jangan dia suka lagi sama tu nenek lampir" tebaknya asal.

Who is the Antagonist?Where stories live. Discover now