Chapter 21

24.4K 1.3K 19
                                    

SELAMAT PAGI!

Terima kasih untuk yang sudah vote dichapter sebelumnya💕

Yuk vote dan ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen

SELAMAT MEMBACA!


♥️Happy Reading♥️

¥¥¥¥¥

Setelah makan malam mereka memutuskan untuk berkumpul di ruang tamu sembari membicarakan pertunangan Revaldo dan Marella.

Marella terpaksa duduk disebelah Revaldo itu karena perintah dari sang mama, jika Marella yang asli pasti akan dibuat kesenangan dan akan menempel dengan Revaldo maka tidak dengan Marella sekarang aka jiwa Alexa. Walaupun duduk berdampingan ia memilih menjaga jarak membuat mereka yang ada disana dibuat bertanya-tanya terlebih kedua orang tua Revaldo dan adiknya, karena bukan hal yang aneh bagi mereka jika sebelumnya Marella terlihat mengejar-ngejar putra sulung mereka. Tapi sekarang...

"Baik karena kita sudah saling kenal. kita bisa langsung membahas mengenai pertunangan Revaldo dan Marella" ucap Revan membuka suara.

"Benar, jadi kapan rencananya pertunangan mereka diadakan?" Tanya Bima.

"Bagaimana kalau dilaksanakan seminggu lagi?" Tanya Erika meminta pendapat, semua orang terdiam dan tak lama senyum Revan dan citra terbit yang artinya mereka setuju.

"Iya tidak masalah, lebih cepat lebih baik" ucap Revan menyetujui. Revan yakin bahwa putrinya akan bahagia karena usulan pertunangan ini juga atas permintaan dari putri tercintanya, memang awalnya ia tak menyetujui permintaan putrinya itu baginya Marella masih sangat muda untuk menjalin suatu hubungan, namun lagi-lagi ia tak bisa menolak permintaan putrinya karena itu adalah permintaan pertama setelah hubungan keluarga mereka merenggang. ia tau putrinya sangat mencintai Revaldo lebih dari dirinya sendiri.

"Oh ya, ini kan pertunangan mereka. bukankah lebih baik kita tanya dulu bagaimana pendapat mereka?" Kata Erika lembut.

"Ini yang sedari tadi gue tunggu-tunggu" batinnya Marella diam-diam menghela nafas lega.

"Nak Revaldo setuju kan dengan pertunangan ini?" Kini giliran Citra yang bertanya membuat Revaldo diam-diam melirik Marella yang menampilkan ekspresi datar melalui skor matanya.

Revaldo menganggukkan kepalanya pertanda setuju, "iya Tante Revaldo setuju" ucapnya pasrah, mau bagaimana lagi kedua orang tuanya terutama sang mama sangat menyukai Marella dan ia tak tega menghancurkan harapan wanita yang telah melahirkannya itu. Ia juga ingin membongkar sandiwara Marella yang sebelumnya berpura-pura mengabaikannya.

"Gue yakin kali ini Lo bakal bongkar trik murahan Lo itu" batinnya tersenyum remeh.

Semua orang yang ada disana tersenyum ketika mendengar ucapan Revaldo. Kini pandangan Citra tertuju pada putrinya, "Marella sayang, kamu setuju kan?" Tanyanya sambil menatap putrinya dengan lembut.

Semua orang menunggu pendapat dari Marella, mereka berharap Marella juga menyetujuinya. Namun ucapan yang keluar dari mulut Marella membuat mereka melunturkan senyumannya, "maaf ma, pa Marella nggak bisa" ucapnya lirih.

Revan dan Citra saling bertatapan dengan ekspresi bingung tercetak jelas pada raut wajah mereka, "kenapa sayang bukannya ini mau kamu?" Tanya Citra bingung.

Marella berusaha menampilkan wajah sedihnya agar rencananya terlihat meyakinkan, "sebenarnya....." Ia juga mengubah nada bicaranya dengan ragu-ragu.

Melihat itu, Erika berpindah duduk kesamping Marella dengan lembut ia mengusap-usap punggung Marella pelan berusaha menyalurkan ketenangan.

"Cerita nak ada apa?" Tanyanya khawatir.

"Maaf mah pah Marella nggak bisa, Marella nggak mau jadi orang ketiga dalam hubungan Revaldo" ucapnya membuat mereka semua terdiam bingung.

"Maksud kamu apa sayang?" kini giliran Citra bertanya dengan nada khawatir ia tak tega melihat wajah sedih putrinya.

"Revaldo sudah memiliki kekasih, aku nggak mau merusak hubungan mereka" terangnya yang membuat mereka semua terdiam terlebih Revaldo yang tak menyangka bahwa Marella akan membahas hubungannya dengan vera.

Pandangan Bima beralih menatap sang putra, "apa itu benar Revaldo?" Tanyanya dengan penuh penekanan.

Dengan ragu Revaldo menganggukkan kepalanya, membuat Bima menghela nafas berat berusaha meredakan emosi yang mulai menguasainya, ia tak ingin membuat keributan di mansion Mahardika.

"Bahkan aku pernah melihat mereka berciuman" ucap Marella dengan suara lirih hampir seperti cicitan kecil namun ia juga memastikan bahwa mereka semua akan mendengarnya.

"Menambahkan bensin kedalam api tidak masalah kan?" Batin Marella menyeringai, ia sengaja melakukannya karena ingin sedikit membalas kelakuan Revaldo yang sebelumnya bersikap semena-mena terhadap Marella. Ia tau dari novel, bahwa keluarga Maharaja keras dalam mendidik putra-putrinya terlebih itu Bima dia tak segan-segan menampar ataupun memberikan bogeman mentah terhadap putranya jika melakukan kesalahan. Katakan ia jahat ia tidak perduli.

Erika menutup mulutnya terkejut menatap kearah putranya dengan tatapan kecewa.

Brakkkk

Disaat suasana terasa tegang, seorang gadis yang sedari tadi diam langsung berdiri dan mengebrak meja didepannya dengan kuat hingga menimbulkan suara yang berhasil membuat mereka terkejut. Gadis itu tak lain adalah Arin, dengan ekspresi marahnya ia menatap Marella.

"Sudah cukup, gue muak sama Lo. Lo yang selalu cari muka, bertindak jahat kepada kak Vera jangan kira gue nggak tau apa yang udah Lo perbuat selama ini terhadap kak Vera. Lo seperti cewek murahan yang tetap ngejer-ngejer Abang gue!" Sentak Arin dengan berani, membuat Marella serasa ingin bertepuk tangan atas keberaniannya.

"ARIN!" Bentak Bima keras memperingatkan putrinya agar tidak terlewat batas.

"Oke gue akui cara gue salah, tapi apa gue juga salah kalau pengen perhatian dari sahabat gue lagi. Apa gue salah?" Ucap Marella sambil memukul dadanya sesak, awalnya ia hanya ingin bersandiwara agar rencananya berhasil namun entah kenapa dadanya juga terasa sesak, sedih, kecewa, marah semua bercampur aduk menjadi satu hingga membuat Marella bingung. Apakah ini perasaan Marella yang asli pikirnya.

Disaat melihat mereka semua terdiam mematung, Marella melangkahkan kakinya berlalu dari sana untuk kembali ke kamarnya berada.

Seolah tersadar Citra berdehem pelan, "maaf ya jeng atas keributan ini" ucapnya tak enak.

"Tidak apa-apa seharusnya kami yang meminta maaf, ini semua karena kesalahan putra kami juga" ucap Erika merasa tak enak.

"Maafkan saya Revan Citra atas ketidaknyamanannya, kami salah dan kurang mendidik putra putri kami dengan baik" Ucap Bima dengan sopan, ia merasa malu akan tingkah kedua anaknya terlebih putri bungsunya. Ia melirik Arin tajam hingga membuat tubuh gadis itu mematung ditempat.

"Sekali lagi kami minta maaf. kami pamit dulu, permisi" lanjutnya sambil menarik tangan putrinya yang diikuti oleh Revaldo dan Erika.

Tanpa mereka sadari, Marella menyaksikan semuanya dari lantai dua. Senyum miring terukir pada wajah cantiknya, kali ini rencananya berhasil akhirnya ia bisa tidur nyenyak malam ini tanpa bayang-bayang Revaldo lagi.

______________________________________

TBC



Hoho gimana sama chapter ini? Nggak papa ya kali ini Marella kayak gitu?

Btw mau bilang apa sama Marella?

Atau sama Revaldo?



#Tolong vote ya
#Tandai cerita atau bagian yang terdapat typo
#Terimakasih

~28 Juni 2023~

Who is the Antagonist?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang