Zahra yang mendapatkan pujian pun salah tingkah sendiri, jantungnya berdegup lebih kencang dan pipinya pun mulai terasa panas. Zahra sudah memastikan bahwa pipinya saat ini tengah memerah.

"E-eh, Mas kita pergi nanti keburu telat." ajak Zahra, Zayyan tidak mengetahui bahwa pipi Zahra sedang memerah.

"Ayo."

Zayyan menggandeng tangan Zahra keluar kamar, Setelah itu mereka berdua berpamitan kepada Azhar dan Sinta. selesai berpamitan Zayyan kembali menggandeng tangan istrinya untuk menuju mobil, ia membukakan pintu mobil itu untuk Zahra.

"Silahkan duduk cantiknya Mas." ucap Zayyan dengan membungkuk dengan tangan mengulur mempersilahkan Zahra untuk masuk.

Zahra yang di perlakukan manis oleh suaminya ia tersenyum, kemudian Zahra memasuki mobil.

Setelah Zahra masuk ke dalam mobil Zayyan menutup pintu mobil tersebut, dan berjalan mengelilingi bagian depan untuk ke bagian kursi kemudi.

Setelah Zayyan memasuki mobil dan duduk di kursi kemudi. Ia langsung mengendarai mobilnya dengan kecepatan dibawah rata-rata, mobil sudah berjalan. Dan Zayyan mengambil tangan Zahra yang kemudian ia genggam dan sesekali ia cium.

***

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh kini Zayyan dan Zahra sudah sampai di tempat Majelis, ia memarkirkan mobilnya di tempat parkiran khusus mobil. Ramai, itulah keadaan di tempat Majelis.

Zayyan langsung turun dan berlari kecil ke arah samping mobil membukakan pintu untuk istrinya.

Zahra tersenyum di balik cadar nya saat suaminya membukakan pintu mobil untuknya.

"Hati-hati kepalanya jangan sampai terantuk Zaujati." ucap Zayyan memperingati istrinya dengan telapak tangan yang melindungi kepala Zahra.

Zahra turun dengan hati-hati, "Terima kasih." ucap Zahra dengan senyuman di balik cadar nya.

Setelah Zahra keluar , Zayyan langsung menutup kembali pintu mobil setelah itu menggenggam tangan lentik istrinya dengan erat. Seolah olah Zahra hanya miliknya dan tidak ada yang boleh memiliki nya selain Zayyan seorang.

Zayyan berjalan ke arah gedung majelis sambil masih menggenggam erat tangan istrinya, saat memasuki gedung majelis itu Zayyan dan Zahra di sambut hangat oleh menggelar acara atau lebih panita acara di sana.

Zayyan yang awalnya hanya menggandeng tangan Zahra berganti menjadi memeluk pinggang Zahra posesif.

Salah satu panitia memberi tahu kepada orang-orang yang berada di atas panggung jika Zayyan sudah hadir agar segera mempersiapkan semuanya.

"Mari silahkan Gus naik ke atas panggung, tapi mohon maaf sebelumnya Ning Zahra tidak bisa ikut Gus karena belum di sediakan tempat duduk." ucap seorang panita.

Zayyan menatap panitia itu dengan tatapan datarnya, bagaimana bisa tempat duduk untuk istrinya tidak ada sedangkan untuknya ada.

"Tidak apa-apa pak, biar saya nanti bergabung dengan jamaah yang lain." ucap Zahra mentoleransi hal tersebut.

"Za!" decak Zayyan tidak terima.

"Udah gapapa Mas." sahut Zahra sambil mengusap lengan Zayyan.

Panita yang ada di sana menjadi merasa tidak enak, kemudian salah satu dari mereka mengkoordinir lagi supaya istri sang Gus bisa bersanding bersama.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." ucap ustadz Sodikin dengan membawa mikrofon.

"Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh." sahut serempak para jamaah.

DICINTAI PUTRA KYAI [ END-REVISI ]Where stories live. Discover now