XV . Adik

503 78 2
                                    

Lima belas : Adik
















✨ Happy Reading ✨

Tok tok tok

"Iya sebentar."

Mahesa berjalan menuju pintu utama, lalu membuka pintu dan dia terdiam karena sedikit terkejut.

"Loh dokter yang waktu itu nanganin Satya kan? Dokter temennya Papa?"

Sedangkan dokter itu juga sama kagetnya dengan Mahesa.

"Mahesa? kamu Mahesa anaknya Aren?"

Mahesa mengangguk.

"Ah, pantes waktu pertama ketemu, saya ngerasa nggak asing ngeliat kamu kamu dan ternyata benar. Muka kamu beneran mirip sama Papa mu ya?"

Mahesa tersenyum canggung, "ya udah dok ayo masuk."

"Iya." Dokter itu ikut melangkah memasuki rumah mewah itu.

Dokter Erik namanya, dia adalah sahabat Aren (ayah Mahesa) sejak kecil dan masih berhubungan baik sampai sekarang.

"Ayo dok, masuk Mahen nya ada di dalam." Mahesa membuka pintu kamarnya.

"Baiklah."

Dokter Erik masuk berlebihan dahulu lalu Mahesa di belakang, lalu tiba tiba Reyhan muncul dari arah dapur. Melihat dokter Erik dan Mahesa yang masuk dia juga ikutan masuk.

Di kamar Mahesa, Mahen tengah rebahan dengan bermain ponsel.

Melihat Mahesa masuk bersama dokter Erik dan juga Reyhan. Mahen langsung mematikan ponselnya.

Dokter Erik mulai membuka koper kerjanya dan mulai melakukan pemeriksaan kepada Mahen. Mahen sedikit takut kala dokter Erik mulai memeriksa kondisi kakinya.

Mahesa dan Reyhan hanya mengamati dokter Erik yang sangat fokus dan berhati hati saat mengecek semua kondisi kaki Mahen.

Lalu pandangan kedua menatap Mahen yang sedikit sedikit meringis kesakitan dengan bibir yang di tekuk ke bawah, beneran nahan sakit dia.

Mahesa yang melihat itu sedikit tidak tega, Mahen hanya diam sepanjang pemeriksaan tapi tunggu saja saat dokter Erik nanti sudah tidak ada, Mahen pasti akan mengeluh sakit lagi.

"Ada yang sakit lagi, selain kakinya Mahen?" tanya dokter Erik.

Mahen hanya menggeleng kepalanya sebagai jawaban.

"Baiklah, sesudah selesai." Dokter Erik tersenyum.

"Udah?" tanya Mahen terheran heran, kenapa cepat sekali.

Dokter Erik mengangguk, "udah Mahen, istirahat ya jangan banyak gerakin kakinya dulu ya."

"Lama nggak sembuhnya, dok?" tanya Mahen, lagi.

"Nggak kok paling cuma 2 sampai 3 hari aja, udah bisa di buat jalan."

Mahen kembali mengangguk.

Dokter Erik kemudian menatap Mahesa lalu memberikan selembar kertas, "ini resep obat sama salep nya, di beli di apotik aja bisa."

Mahesa mengangguk lalu mengambil kertas itu, "terimakasih kasih, dokter." dia membungkuk badannya tanda terimakasih.

"Sama sama, sudah jadi tugas saya. Mahesa."

"Kalo begitu saya pamit dulu."

"Mari saya antar sampai depan, dokter." Reyhan berdiri dari duduknya.

Dokter Erik tersenyum. Lalu berjalan keluar kamar di ikut Reyhan di belakang.

Gewinner | EnhypenWhere stories live. Discover now