VII . Rasa takut

491 70 4
                                    

Tujuh : Rasa takut


















✨ Happy Reading ✨

Lorong rumah sakit terlihat sepi. Duduk di samping ruang ICU membuat Mahen takut. Tempat ini, tempat yang sebisa mungkin dia hindari, tapi kenapa malam ini dia malah memasuki tempat ini, dengan keadaan kacau pula.

Sedangkan Viko sedari tadi cowok itu hanya diam sembari menundukkan kepalanya dia duduk di depan kursi tempat Mahen duduk.

Viko merasa bersalah, jika dirinya tidak memaksa Satya untuk ikut balapan pasti semua ini tidak akan terjadi kepada Satya. Dia sungguh menyesal.

Mahen mengusak rambut kasar, dia takut dan frustasi menjadi satu. Sudah cukup lama dia duduk di sini menunggu kabar tentang keadaan Satya, namun dari tadi belum ada seorang pun yang keluar dari ruang ICU itu.

5 menit yang lalu Mahen menyempatkan diri untuk menelpon Mahesa dan memberikan kabar sedih ini, terdengar jelas dari suaranya Mahesa nampak terkejut dan marah menjadi satu.

Mahesa bilang dia dan yang lainnya akan sampai 15 menit lagi.

Entah apa yang terjadi, Mahen meneteskan air matanya yang sedari tadi ia tahan untuk tidak jatuh namun apa boleh buat kini Mahen benar benar menangis, dia benar benar takut.

Viko yang melihat itu berusaha untuk mendekati Mahen dan memberi kata kata penenang.

"Gue yakin, Satya bakalan selamat."

"Tapi bang, tadi itu parah banget gue beneran takut." Mahen masih saja meneteskan air mata.

Jika boleh jujur Viko menunduk tadi dia juga menangis namun dia tidak mau terlihat lemah di depan adik temannya itu, di sini peran Viko sebagai kakak bukan kok malah nangis bareng. Malu atuh.

Beberapa saat kemudian.

Mahesa dan yang lainnya sudah sampai di rumah sakit dan dengan cepat mencari keberadaan Satya dan Mahen berada, Mahesa ingat jika Mahen tadi bilang kalo Satya sekarang masih ada di dalam rumah ICU.

Dengan cepat Mahesa berlari menuju ruang ICU dan yang lainnya mengikuti di belakang.

Dan benar saja Mahesa melihat 2 siluet yang tengah duduk di samping ruang ICU.

"Mahen." Mahesa berjalan pelan mendatangi Mahen yang menunduk.

Mahen melihat ke depan, mendapati Mahesa dan yang lainnya datang. Tanpa pikir panjang Mahen berdiri lalu berlari menuju Mahesa tanpa babibu langsung memeluk tubuh kakaknya itu.

Isak tangis dapat di dengar jelas oleh Mahesa. Bahkan dia bisa merasakan tubuh Mahen yang bergetar hebat sangking takut.

Semuanya nya kaget akan respon Mahen kepada Mahesa yang langsung memeluk.

Mahesa mulai menenang Mahen.

"Hey, cowok kok nangis sih malu kalik sama pacarnya."
Mahen tidak menghiraukan, Mahesa menepuk pundak Mahen. Bagaimana bisa anak sekecil Mahen yang baru saja naik kelas 10 beberapa bulan lalu harus menghadapi hal seperti ini.

"Satya masih di dalam sama, Hen."
Mahesa menatap pintu ICU yang masih tertutup rapat.

Mahen mulai melepas pelukan lalu dengan cepat mengusap air matanya yang terus keluar dengan kasar. Matanya sudah bengkak mungkin.

Gewinner | EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang