14. Yang Ditakutkan

Start from the beginning
                                    

Husain tertawa, senang sekali dia bisa mengejek Husna seperti ini. Husain membaringkan tubuhnya di samping Husna dan menghadap Husna.

"Apa?" tanya Husna saat Husain tidak mengatakan apa pun. Husain hanya menggeleng sambil tersenyum.

"Jangan gitu lihatnya, aku colok ya mata kamu." Husain kembali tertawa dan mendekatkan tubuh mereka lalu memeluk Husna.

"Kalo kamu udah cinta sama aku, kasih tau ya, By."
"Dih, siapa juga yang mau cinta sama kamu."

Husain langsung melepaskan pelukan mereka dan menatap Husna sedih. "Kamu ga mau cinta sama aku?"

"Maksudnya e.."
"Ya udah gapapa."

Husain sedikit menjauhkan tubuhnya dan tidur terlentang.

"Tidur, Na. Kamu pasti cape dari pagi bantuin di dapur," ucap Husain sambil tersenyum dan kembali menghadap Husna.

Husain langsung memejamkan matanya setelah membaca doa. Sedangkan Husna masih diam memperhatikan Husain. Bukannya Husna tidak mau mengatakan jika dia sudah mulai mencintai Husain tapi dia malu.

"Ucen," paggil Husna pelan.
"Hm," jawab Husain tanpa membuka mata.

Husna hanya diam, tidak tau harus membahas apa, padahal sebenarnya dia masih ingin mengobrol sebelum tidur, rasanya itu sudah menjadi kebiasaanya selama dua minggu tidur bersama Husain.

"Tidur Sayang," ucap Husain lagi dan menarik Husna sedikit lebih dekat.

Husna akhirnya memilih untuk memejamkan matanya dan terlelap tidak lama setelahnya. Husain membuka mata setelah yakin Husna terlelap, memajukan waja nya dan mengecup kening Husna juga membisikkan cinta.

Keesokan paginya, Ayah, Bunda, Hasan dan Khadijah langsung ke stasiun, sedangkan Husain dan Husna pulang ke rumah Ayah menggunakan taksi. Sepanjang jalan, Husain dan Husna hanya diam, tidak tau juga harus membicarakan apa.

Sampai di rumah, Husain langsung ke ruang keluarga dan duduk di sana memainkan ponselnya. Husna mengikuti dan duduk di sebelah Husain tanpa melakukan apa pun.

"Ucen aku minta maaf, semalam aku-"
"Gapapa, By. Kamu mau main game ga?" tanya Husain mengalihkan topik.

Husna menggeleng, dia paham Husain tidak ingin membahasnya. Husain menarik tangan Husna dan menggenggamnya selagi dia bermain game.

"Nih lihat ini mainnya kaya gini, setiap hero biasanya punya tiga skill ada yang empat juga, beda-beda semua, nah kalo yang aku pake tipenya assasin, dia harus main cepat," Husain menjelaskan apa yang sedang dia mainkan. Husna hanya memperhatikan.

"Download di ponsel kamu, By. Kita main bareng," ucap Husain lagi. Husna menurut dan mendownload game yang sama.

Pagi sampai siang, Husain mengajarkan game itu kepada Husna.

"Ulti sayang," ucap Husain.
"Ulti itu apa?"
"Skill tiga, ayo ulti ke aku."

Husna mengikuti arahan Husain tapi tetap salah. Husain tertawa. "Ke aku By, Ya Allah, lemot banget sih."

Husna langsung cemberut dan memberikan ponselnya kepada Husain. "Main aja sendiri sana."

Husain masih tertawa, tidak mencoba membujuk Husna dan membiarkan Husna pergi. Saat adzan dzuhur berkumandang, Husain berteriak memanggil Husna dan izin untuk sholat di masjid, Husna hanya mengangguk, dia juga akan sholat di kamar.

Selesai sholat, Husain membeli makan siang mereka dan beberapa jajanan. Husain segera pulang dan mencari Husna ke kamar, ternyata Husna sedang di kamar mandi.

Husain duduk di kasurnya dan mengambil ponsel Husna, berniat untuk memainkan game di ponsel Husna, tapi Husain tiba-tiba tertarik membuka galeri. Dia terkejut saat melihat banyak sekali fotonya di sana, lebih banyak dibanding foto Husna sendiri.

Harsa HusnaWhere stories live. Discover now