01. TAK BERDAYA

Mulai dari awal
                                    

"Baiklah,Hanita. Mari temui suami tercintamu" gumam Hanita

Hanita baru akan melenggang keluar kala ia teringat kalau belum menyemprotkan parfum ke atas pergelangan tangannya.

"Cih, bagaimana aku bisa melupakan itu?"

Kembali berbalik dan memutar tubuhnya, Hanita tanpa ragu menyambar salah satu dari sekian banyak botol parfum dari berbagai brand mewah yang berada diatas meja riasnya. Itu adalah aroma favorit Satya, suami terkasihnya.

Sentuhan dari aroma mewah dan elegan, kedua itu kini mengelilingi tubuh Hanita. Tidak akan ada yang tahu apalagi menebak kalau ternyata wanita itu belum melakukan apalagi menyelesaikan ritual mandi paginya.

Hanita juga tidak lupa sedikit menata rambut panjangnya, siapapun akan menduga kalau wanita itu tengah bersiap untuk menyambut kepulangan sang suami dari perjalanan bisnisnya.

"Selesai."

Hanita melenggang keluar menggunakan kedua kaki jenjangnya. Seperti biasa, dengan langkah kharismatik dan tentu saja mengintimidasi.

"Nyonya Hanita" sapa si pelayan

Hanita melirik sekilas ke arah pelayan yang tadi sudah membangunkannya itu. "Apa masalahnya pagi ini?"

"Saya juga kurang mengerti,Nyonya. Tapi alarm dari kamar Tuan Satya terus berbunyi, kami hendak masuk untuk memeriksa tapi tidak berani." Terang Pelayan itu

Hanita tetap mempertahankan wajah datarnya, meski begitu dia sangat mengerti dan bisa menerima penjelasan dari pelayannya dengan sangat baik.

"Suster Risma?" Hanita mulai melangkah, sedangkan sang pelayan mengekor di belakangnya

Kedua tangan pelayan itu tetap berada di depan, sembari kedua kaki pendek nya berusaha mengejar langkah Hanita.

"Seperti penjelasan awal, Suster Risma belum kembali,Nyonya."

"Apa yang Suster bodoh itu pikirkan? Apa dia pikir, hanya dia saja yang punya urusan?!" Geram Hanita sambil terus meneruskan langkahnya.

Hanita tiba tepat di depan kamar milik Satya yang hanya berjarak beberapa meter dari kamar miliknya. Bisa dia lihat keberadaan para pelayan yang menunggu di depan kamar itu.

"Pergilah,kalian semua. Jika Suster tidak tahu diri itu datang, maka suruh saja dia masuk ke kamarnya. Tunggu sampai aku selesai mengurus suamiku." Tegas Hanita

Para pelayan itu mengangguk dengan patuh, mereka pun memberi hormat dan segera membubarkan diri.

Sedang Hanita, dia masuk ke dalam kamar Satya. Mendorong pintu, Hanita masuk tapi dia tidak langsung mendekat

Wanita itu lebih dulu berdiri tidak jauh dari pintu, dengan kedua tangan yang dia lipat ke depan dada. Kedua mata tajamnya tengah asik memindai Satya yang tengah berbaring diatas ranjang khususnya. Terlihat sangat lemah dan tidak berdaya, kedua tangan yang menekuk di depan dada dengan jari yang saling menggenggam.

Satya terlihat sangat tidak nyaman, lelaki yang seumuran Hanita itu terus berteriak. Dari suaranya pun jelas terdengar betapa frustasinya Satya sekarang.

Hanita berdecak sinis, wanita itu memutuskan untuk mendekati sang suami. Dan kini ia berada tepat disamping Satya, duduk dan mengamati atau lebih tepatnya menikmati penderitaan Satya.

''Sat..." sapa Hanita

Mendengar sapaan yang sangat dia kenali tentu saja membuat Satya merasa sedikit tenang. Lelaki itu langsung menghentikan erangannya, kedua matanya yang selalu berotasi tampak berusaha menemukan keberadaan Hanita.

King Of TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang