part.9

516 70 4
                                    

_
_
_
"Yoongi akan berkelahi dengan siapa
saja yang mengatakan ku di pungut
dari panti." jawab Jimin.

"kamu sudah gila". ucap Jimin menagis dan suara bergetar, sambil mendorong
Yoongi agar menjauhinya.

"Jimina, jawab aja. Aku pengen tau." Yoongi mendesak.

Dan kelakuan Yoongi itu makin aneh dimata Jimin, sementara panggilan untuk pesawat yang akan di tumpangi Jimin terdengar.

Yoongi memeriksa tubuh Jimin, mengambil Hp dari saku Jimin.

"Hyeong, kamu kenapa, kenapa jadi gini ?". Jimin menangis dalam ke bingungan nya melihat Yoongi.

Seperti benar-benar ada masalah dengan ingatan Yoongi, tak mungkin dia akan berpura-pura sampai sejauh ini.

Yoongi menyimpan nomor ponselnya di hp Jimin dan mengirimkan pesan, agar dia juga memiliki nomor Jimin.

"Ingat ya, kapan kamu bisa langsung hubungi aku. Ada banyak hal yang ingin ku tanyakan padamu."

"Aku udah berjanji tak akan menghubungi mu lagi, terlalu kecewa dengan semua yang ku lewati disini". Jawab Jimin

"Aku minta maaf, aku benar-benar minta maaf. Aku juga sudah sangat berusaha untuk jadi Yoongi yang sebenarnya, tapi memang tak ada yang bisa ku ingat tentang mu".

" cukup !!!"
Jimin pergi meninggalkan Yoongi

Sedangkan Yoongi tetap mengejarnya, "telpon aku, jimina, aku mohon, aku akan cari tau semua tentangmu, aku akan balas email mu, tolong jangan mengabaikan ku. Jiminaaaa"

Jimin mempercepat langkah nya menjauhi Yoongi sampai pada pintu pemeriksaan dimana Yoongi tak diizinkan masuk.

Jimin dan papi nya sedang makan malam, hp Jimin di atas meja terus bergetar, tapi Jimin tak menyentuh hp itu sama sekali.

"Jiminie. Kamu baik-baik aja kan?"

Jimin mengangguk.

"Kamu bilang sangat bahagia bertemu Yoongi, tapi papi lihat semenjak pulang dari paris kenapa kamu kelihatan murung ?".

"Pi, seberapa dekat dulu aku dan Yoongi hyeong ?"

"Kenapa bertanya begitu?, apa kamu lupa seberapa dekat kalian dulu?. Bahkan namamu adalah pemberian Yoongi. Dia bersikeras ingin menamai mu Jimin."

"Aku ingat, ingat dengan jelas semuanya, tapi Yoongi bilang banyak yang dia gak tau tentangku ?, dia terlihat tidak bercanda, makanya aku jadi ragu dengan ingatan ku sendiri sekarang."

Di tempat lain, dikamarnya Yoongi terus mengirimin banyak pesan ke nomor Jimin, yang tak pernah direspon Jimin semenjak dia meninggalkan Paris.

Yoongi mengetuk pintu ruang kerja papanya.

"Yoongi, kenapa malam malam kesini ?"

"Pa, ada yang ingin ku tanyakan."

"Duduklah.. ada apa?"

"Apa benar Jiyoon sudah dioperasi ?"

"Yoongia, kita sudah sepakat tidak membahas ini lagi, gimana kalau eoma mu dengar" jawab papanya berbisik.

Tak menyangka Yoongi mengungkit lagi hal yang selama ini selalu mereka tutupi.

Setelah Hoseok membawa istri dan anaknya pindah ke Paris, awalnya semua baik-baik saja, Yoongi mulai masuk kesekolah baru, dan mereka sekeluarga mulai beradaptasi dengan rumah dan lingkungan baru.

Yoongi terus merengek untuk kembali ke Korea, karna dia terlalu merindukan Jimin, adik kesayangannya.

Sekitar bulan ke 6 mereka di Paris, Hoseok yang sedang berada di meeting penting perusahaan nya mendapat telpon dari rumah sakit, mengabarkan anaknya baru saja mengalami kecelakaan lalu lintas.

Yoongi tertabrak mobil saat menyebrang jalan ketika pulang sekolah, dan cerita tragis keluarga itu dimulai.

Nyawa Yoongi tak tertolong, membuat Hoseok dan istrinya histeris dan terpukul.

Ditempat lain, Suga dan Jiyoon yang akhirnya dibawa ke panti asuhan setelah mama Jiyoon meninggal dan ayah Suga tak pernah muncul kembali.

Jiyoon yang selama ini selalu dijaga dengan hati-hati oleh mamanya, karna penyakit yang dideritanya semenjak umur 2th, tah boleh banyak gerak, tak boleh sedih bahkan tak boleh terlalu senang.

Karna mamanya meninggal Jiyoon jadi sering menangis dan sedih, membuat penyakit nya lebih sering kambuh.

Jiyoon sangat bergantung pada Suga, satu-satunya orang yang dikatakan adalah keluarganya.

Suga, berandalan, anak jalanan yang selalu ingin hidup bebas, sekarang tak bisa lepas dari Jiyoon, dia tak tega meninggalkan bocah menyedihkan itu.

Walaupun hatinya terus sakit memikirkan kelakuan ayahnya, lebih sakit lagi melihat Jiyoon yang menderita karna sakitnya.

Suga sangat menjaga Jiyoon, memeluknya saat tidur, menjaganya saat bermain.

Tapi Suga kecil tak bisa melakukan apa-apa jika Jiyoon sudah di opname saat penyakitnya kambuh.

Suga membulatkan tekat keluar panti mencari ayahnya, waktu itu sudah 3 hari Jiyoon di ruang ICU, tak sadarkan diri dan bernafaspun harus pakai alat bantu.

Suga menyusuri tempat tempat dimana biasa ayahnya datangi, berminggu-minggu, berbulan-bulan, Suga jadi gelandangan.

Fokusnya hanya menemukan ayahnya, agar mengembali kan uang untuk biaya pengobatan Jiyoon yang dia bawa lari.

Singkat cerita Suga menemu kan ayahnya yang tengah mabuk bersama teman-teman nya.

Suga harus menunggu sampai besok saat ayahnya sadar baru bisa menanyakan tentang uang itu.

Betapa kecewa dan marahnya Suga mendengar pengakuan ayahnya yang mengatakan uang itu sudah habis tak tersisa.

Tak ada yang dapat dilakulan bocah 9th itu selain menangis dan menahan marah.

Sesekali Suga datang mengintip Jiyoon dari pagar panti, Suga sengaja tak kembali karna tidak tega melihat Jiyoon, apalagi saat melihat dia sakit, hati Suga terasa jauh lebih sakit.

Suga bertekat mencari uang sebanyak mungkin untuk mengobati Jiyoon, Suga memilih untuk tetap tinggal bersama ayahnya, dan terus mendesak ayaknya mencari uang, agar Jiyoon bisa lebih cepat diobati.

Suga melakukan pekerjaan apa saja untuk menghasilkan uang. Karna kesibukan kerja Suga jadi jarang mengunjungi Jiyoon dipanti.

Ternyata mengumpulkan uang tidak semudah yang dibayangkan Suga kecil.

Tahun demi tahun berganti, bahkan Suga sudah menginjak umur 16th.

Suga mengunjungi Jiyoon, berniat mengintip dibalik pagar seperti biasanya, tapi tak kunjung melihat Jiyoon.

Tak kehabisan akal Suga mencari Jiyoon kerumah sakit, karna mungkin saja Jiyoon kembali kambuh dan diopname.

--- to be continued ---

WARNA LAIN [YOONMIN] || ENDDonde viven las historias. Descúbrelo ahora