eight: he & she

48 15 20
                                    

"Anjir Pak Lutfi tuh ya, masuk-masuk langsung ngasih tugas kelompok, gila kali ya." protes Sasha yang di balas anggukan setuju oleh tiga kawannya.

Pak Lutfi, si dosen sibuk itu akhirnya hadir setelah tiga kali melewatkan pertemuan di kelas sejak libur semester telah usai dan aktivitas kampus berjalan normal, tentu saja dengan alasan sibuknya itu.

"Iya anjir, udah jarang masuk, tiba-tiba dikasih tugas kelompok, males banget." Renata ikut mengeluh.

Seusai kelas, mereka berempat tidak langsung pulang, melainkan nongkrong di kantin fakultas Teknik. Kenapa di teknik? Karena mereka bertiga sambil menunggu pacar Raya untuk datang buat menjemputnya.

"Ray, cowok lo masih lama?" tanya Sasha.

"Dikit lagi kok, nah itu dia orangnya." Raya menunjuk Davi yang berjalan ke arah kantin, dengan satu orang lagi disebelahnya.

"Lah, itu si Jevan?" Alea menyipitkan matanya memandangi orang disebelah Davi itu. Dua orang itu kini makin mendekat ke area kantin, dan memang benar kalau itu Jevan, teman sekelas mereka.

"Oi, Jev!"

"Lah kalian? Mainnya jauh ya sampe teknik." Jevan melakukan tos kecil dengan Alea.

Jevan memang lumayan akrab dengan Alea, meskipun punya geng dengan cewek-cewek, Alea juga cukup friendly ke teman-teman cowok, salah satunya Jevan. Punya kesukaan yang sama dengan motor sport lah yang membuat keduanya menjadi dekat.

"Jadi cewek lo.. Raya?" Jevan memandangi Raya yang kini berdiri disebelah Davi.

"Hehe, iya Jev, kan gue udah bilang lo pasti kenal sama cewek gue," Davi menyengir. Hubungannya dengan Raya memang belum lama, baru dua bulan.

"Terus kok kalian saling kenal?" tanya Raya bingung.

"Kenal dong, sesama anak motor, iya gak Le?" Davi kini melirik Alea, perempuan itu hanya terkekeh. Raya jadi pusing sendiri dengan pertemanan Alea yang sangat luas itu.

"Sha, Le, Ren, gue balik ya makasih lho udah nemenin." Raya akhirnya pergi meninggalkan kantin. Namun, Jevan belum beranjak juga dari sana.

"Lo duduk dulu Jev," Tawaran Alea ingin disambut baik oleh Jevan, namun ia ragu mau duduk dimana karena satu-satunya tempat yang kosong adalah di sebelah Sasha. Untuk Alea, Jevan memang sering berinteraksi, tapi untuk yang lainnya agak jarang, apalagi Sasha, cowok itu belum pernah sekalipun berbicara dengan Sasha selama kuliah.

Tapi sepertinya tugas kelompok Pak Lutfi akan membuat mereka sering berinteraksi.

"Eh sini Jev, duduk." Sasha menepuk bangku sebelahnya yang kosong. Jevan pun akhirnya duduk.

Jevan jadi lega karena ternyata Sasha tidak sedingin yang ia pikirkan.

•••

081240xxxxxx
sha, ini jevan
save back ya

Sasha membaca pesan yang rupanya dari Jevan. Sejak di kantin tadi, Sasha tidak merasa canggung lagi dengan kehadiran Jevan, karena cowok itu ternyata cukup lucu untuk menghibur dirinya dan teman-temannya. Selain tampan Jevan juga humoris rupanya. Jevan bahkan tidak ragu meminta nomor telepon Sasha, ini dikarenakan mereka satu kelompok juga sih.

sasha
ok jevan

jevan
lo jadi ketua kelompok mau ga sha?

sasha
gamauuu
jangan gue deh, lo aja

jevan
oke gue aja

Sasha ogah sekali kalau jadi ketua kelompok, ia mending jadi anggota biasa saja. Perut Sasha berbunyi, agaknya ia lapar. Kini Sasha berakhir di dapur, Riko belum pulang kantor dan Mami masih dinas di luar kota.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SARGYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang