five: situationship

75 37 7
                                    

"Bas, kok kamu gak cerita sih kalo Ergy sama Sasha udah putus?" Itulah pertanyaan Naomi setelah gadis itu masuk ke mobil Ibas, sementara cowok itu sedikit terkejut.

"Kamu tau dari mana?"

"Tadi aku ketemu Sasha di toilet mall, terus dia bilang udah putus sama Ergy," ucap Naomi sembari memakai seatbeltnya.

Ibas merasa bingung. Dia ingin memberi penjelasan, tapi juga tidak ingin memperpanjang cerita tentang putusnya Sasha dan Ergy, karena hal ini hanya diketahui oleh anak-anak The Vibe. "Oh iya? Terus dia bilang apa lagi?"

Naomi menggeleng, "Nggak ada sih, itu aja."

Ibas merasa lega karena sepertinya Sasha juga tidak menceritakan detail perkara putusnya hubungan mereka ke Naomi. Dengan perasaan lega itu, Ibas mulai memacu mobilnya keluar dari basement mall menuju jalan raya yang ramai. Pemandangan kota yang sibuk sore ini sedikit demi sedikit mulai terbentang di depan sana. Ibas melirik sekilas pada Naomi, gadis itu rupanya sudah tidak bertanya-tanya lagi soal hubungan Sasha dan Ergy.

"Ciee yang me-time, ngapain aja tadi, hm?"

Pertanyaan Ibas membuat Naomi tersenyum kecil, gadis itu menyesuaikan posisi duduknya agar lebih nyaman di kursi penumpang. "Tadi aku muter-muter aja, terus aku ke Starbucks, beli kopi sambil baca buku, terus ngegambar di ipad, terus keliling lagi deh, gitu aja sih."

Ibas senang mendengar cerita Naomi tentang kegiatan me-time-nya sore ini. Menurutnya, cerita Naomi itu memberikan gambaran tentang bagaimana gadis itu menjaga keseimbangan dalam hidupnya, menemukan waktu untuk dirinya sendiri di tengah kesibukannya sehari-hari.

Melihat bagaimana Naomi menikmati setiap momen tersebut membuat Ibas merasa senang akan hal-hal positif yang gadis itu lakukan. Tak ada hubungan spesial apapun yang terikat antara mereka berdua, namun ia merasa nyaman dengan kehadiran Naomi dalam hidupnya.

Naomi, gadis cantik berambut sebahu itu, selalu menampilkan pesona yang memikat dengan senyumnya yang hangat dan tatapan matanya yang penuh kebaikan. Ia lebih suka menggunakan kata 'aku-kamu', memberikan kesan santun dalam setiap percakapannya. Kepribadian baiknya tercermin dari tindakan-tindakan kecil yang ia lakukan. Fakta bahwa Naomi adalah sepupu Mario membuat Ibas merasa perlu berhati-hati.

Semua orang tau Ibas dikenal agak player, sehingga kehadiran Naomi membuatnya merasa tak bisa sembarangan mempermainkan hati atau menyakiti perasaan gadis itu. Meski Ibas belum yakin dengan perasaannya yang lebih mendalam terhadap Naomi, ia berusaha menjaga hubungan mereka tetap baik, sehingga saat ini mereka terlihat seperti berada dalam situationship atau hubungan tanpa status. Intinya Ibas tidak mau jika suatu hari hubungannya dengan Naomi menjadi renggang.

"Oh iya, aku ada beliin kamu Sushi Tei, kamu waktu itu pengen makan sushi kan," Naomi antusias membuka bungkusan sushi yang ia beli di mall tadi. Naomi ingat kalau Ibas sudah lama tidak makan makanan khas Jepang itu.

Mata Ibas berbinar, "Seriusan? kok bisa inget sih Nom?" tangan kiri Ibas menyambar kepala Naomi dan mengacaknya rambutnya pelan.

"Ingetlah, kamu fokus nyetir aja ya, aku suapin oke," Naomi dengan gesit membuka bungkusan sumpit dan menyiapkan sepotong sushi untuk diberikan kepada Ibas.

Mereka melanjutkan perjalanan dengan suasana yang akrab, dihiasi aroma harum sushi yang menggoda dari bungkusan di tangan Naomi. Ibas menikmati setiap gigitan sushi yang disuapi oleh Naomi. Gadis itu dengan penuh perhatian mengamati reaksi Ibas, senang bisa membuatnya bahagia dengan kejutan kecil ini.

"Maaf ya, Nom."

Naomi melirik Ibas ditengah acara suap-suapannya, "Kok maaf?"

"Maaf sushi datenya cuma di mobil."

Naomi terkekeh mendengar perkataan Ibas, gelakannya mengisi ruang mobil dengan keceriaan. Dia merasa senang melihat Ibas bisa bersenda gurau di dengan dirinya. Melalui gelak tawanya, Naomi merasakan kedekatan yang khas antara mereka.

•••

Ergy memunculkan kepalanya dari dalam kolam renang, dinginnya air kolam di malam hari tidak menghalangi niatnya untuk berenang saat ini, sekarang dirinya berada di rumah Mario. Berteman dengan Mario, artinya berteman juga dengan segala fasilitas yang di miliki cowok itu.

"Bro, look what I got." Mario datang menghampiri Ergy di kolam dengan sebotol whiskey di tangannya.

"Apaan Jack Daniel, gak mood gue." sahut Ergy sembari dirinya duduk di pinggiran kolam.

"Yang mau nawarin lo siapa nyet, orang gue mau minum sendiri," Mario menggelengkan kepala sambil tertawa. Ia duduk di kursi panjang yang berada di tepi kolam, lalu menempatkan botol whiskey itu di atas meja kecil disampingnya beserta dua gelas sloki.

Ergy naik ke atas, ikut duduk di kursi yang masih kosong. Dengan ekspresi serius, Ergy meraih botol itu dan mulai membukanya.

Mario memperhatikan gerak-gerik Ergy disebelahnya, "Katanya nggak mood, halah." 

"Kata pepatah, minum sendirian itu gak baik." kata Ergy dengan polosnya.

Mereka berdua kemudian saling mengisi gelas, menikmati hembusan angin malam yang menyejukkan suasana di pinggir kolam.

"Gue liat di ig, Naomi lagi bareng Sasha tuh." celetuk Mario. Ergy terdiam sejenak, dirinya tiba-tiba memikirkan bagaimana kabar gadis itu.

"Gue kangen Mar," gumam Ergy.

"Lo kangen gue?"

"Kangen Sasha, tolol."

Ergy menatap hampa ke arah kolam renang, membiarkan pikirannya melayang ke masa lalu. Raut wajahnya menggambarkan kerinduan yang mendalam, kerinduan akan momen-momen bersama Sasha kini hadir lagi di pikirannya.

"Gi, lo harus coba temuin Sasha lagi dan jelasin kalo lo itu dijebak," Mario membuyarkan lamunan Ergy. Mario tau betul kandasnya hubungan Ergy di sebabkan oleh apa.

"Gue udah coba, tapi dia nggak mau dengerin gue, dia mau gue buktiin dulu semua omongan gue."

Mario menghela nafas, merasa sedikit berat melihat perjuangan Ergy. Dia tahu betapa sulitnya meyakinkan Sasha setelah semua yang terjadi. Ergy ikut menghela nafas berat, merasa putus asa dalam usahanya memperbaiki hubungan dengan Sasha. Namun, Mario tau betul kalau sahabatnya itu bukan orang yang akan menyerah begitu saja.

"Tiga bulan gue gak nemu apapun Mar, pusing gue." Mario paham betul rasa frustrasi yang dirasakan Ergy.

Mario menepuk bahu Ergy, mencoba untuk menenangkannya, "Gue yakin kita pasti dapat buktinya."

"Lo berdua kok mesra banget?"

Mario dan Ergy kompak memaki ke sumber suara yang tiba-tiba muncul di sana, Ibas datang dengan wajah penuh curiga pada dua temannya itu.

"Galak banget sih berdua, orang baru datang juga," Ibas menatap sinis lalu bergabung dengan dua sahabatnya itu.

Mata Ibas mengarah pada botol yang ada dimeja, "Wih, ada si Jack tuh, icip dikit boleh lah ya." Ibas tanpa ragu meminum dari gelas Ergy, sementara sang pemilik memilih acuh dan kembali masuk ke dalam kolam.

"Dari mana lo? abis jalan sama Naomi?" tanya Mario lalu menyalakan rokoknya.

"Nggak, gue tadi jemput dia aja di mall, terus anterin pulang. Posesif amat lu."

Mario hanya mengangguk paham mendengar penjelasan Ibas. "Tapi Naomi udah tau Mar, kalo Ergy sama Sasha putus."

"Serius lu? Naomi bilang apa aja? Dia gak tau kan yang itu?" Mario agak panik.

"Aman kok aman."

Mario mengela nafas lega, "Inget Bas, reputasi band kita lebih penting. Satu skandal aja bisa bikin semua yang kita bangun selama ini hancur."

Dalam dunia industri musik, reputasi memang memiliki peran besar, dan Mario sadar akan dampak yang bisa terjadi jika terungkap skandal di antara anggotanya. Ia berharap agar semua tetap aman dan tidak merusak citra band mereka. Ibas, meski dengan sikap santainya, mengangguk memahami tanggung jawab bersama dalam menjaga citra mereka di mata publik.

SARGYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang