"Hiks itu karna opa opa nakal hiks opa pendusta Abang"

"Fllttttt" Roy dan Gavin yang sedari tadi mendengar dan melihat mencoba menahan tawa, sedangkan Jovan di sana sudah tertawa karena perkataan adik bungsunya itu.
John hanya memutar bola matanya malas.

"Heh bocah tau apa kau tentang dusta hah" ujar John

"Ugh tau lah"

"Memang apa itu dusta baby" ujar Jovan

"Hmmm ingkar janji lah begitu saja tidak tau dasar opa bodoh" Jay sinis

"Hehh siapa yang bertanya siapa yang di kata bodoh hah" ujar John tak terima

"Hahhh betapa bodohnya orang yang ingkar janji dan Abang Jo itu pintar karena ia bekerja dan opa malah bermalas malasan di sini" Jay julid

"Hehh bocah aku di sini karena aku harus mengurus bocah nakal seperti mu Jika tidak tentu aku akan pergi bekerja" John tak kalah sinis. Jovan Roy dan Gavin hanya bisa geleng geleng kepala melihat interaksi dua orang berbeda usia itu. Dan posisi Jay berdiri menghadap sang opa dengan Roy yang mengarahkan pada Jay dan sesekali pada sang opa.

"Jay tidak nakal!"

"Nakal!"

"Tidak!"

"Nakal nakal dan nakal!!"

Jay melengkungkan bibirnya ke bawah
"Abang liat opa nakal" Jay berkaca kaca menatap Jovan dari layar. Ahh sungguh Jovan arasa ingin segara pulang dan menerkam adik bungsunya itu dan mengurungnya sendiri.

"Hey pak tua jangan berbicara sembarangan Jay itu anak baik benarkan Roy"

"B-benar sekali tuan muda" ujar Roy sambil menahan tawa.

"Hehehe wleeee" Jay menatap remeh John dan menjulurkan lidahnya mengejek.

John hanya memutar bola matanya jengah

"Baby Abang ada meeting sekarang Abang matikan hmm" ujar Jovan sebenarnya ia masih memiliki banyak pekerjaan tapi karena ia juga masih merindukan bayi besarnya itu jadilah ia menunda pekerjaannya.

"Ughh noo Abang jangan Jay masih rindu Abang" Jay menatap Jovan memelas.

"Nanti Abang telpon lagi okke"

"Abang kapan pulang"cicit Jay menunduk sedih

"Iyaa Abang akan segara pulang Abang janji hmm jangan bersedih dan bersikap baiklah dan menurut pada Abang abim dan ayah begitu juga opa okke" Jay mendongak dan mengangguk setuju.

"Baiklah cum pipi Abang dulu" Jovan mendekatkan mereka dengan posisi di pipinya

Jay tersenyum dan
Cup

"Bye bye Abang semangat kerja nya nanti bawa setobeli yang banyak buat Jay pulang dari sana"

"Iya baby Abang janji ya sudah bye sayang"

"Byee Abanggggg" Jay sambil melambaikan tangannya antusias

Tutt

Setelahnya Jay hanya menunduk sedih ia ingin bersama Abang sulungnya.
John yang mengertipun mengangkat Jay ke pangkuannya. Memeluk Jay dan mengelus punggung sempit itu.

"Hiks mau bang Jo opa"

"Kan tadi Abang sudah bilang akan segera pulang jadi baby harus menunggu okke" Jay hanya mengangguk. "Ayo sekarang bobo ini sudah waktunya tidur siang".

John berdiri ini sudah aga mendingan menurutnya meskipun aga masih terasa ngilu

"Jay Jay di gendong Roy saja yah" ujar John kenapa pinggangnya tambah ngilu pikirnya.

Jayden Novandra Lexam (Transmigrasi) EndWhere stories live. Discover now