"Umm mami" Jay mengulurkan tangannya pada Lusi tentu Lusi senang dan langsung mengangkat Jay ke gendongan koalanya. Kalau ada yang bertanya memang Lusi tidak membenci Jay jawabnya adalah tidak ia memang hanya acuh saja terhadap Jay karena dulu saat akan membela Jay malah ia yang akan terkena masalah terhadap savier karena savier memang sayang pada Hani dalam tanda kutip sudah menerima Hani beda dengan Johan Jovan Abimana dan gama. Yang hanya acuh dan tak peduli.
Jadi kesimpulannya adalah Lusi harus memihak pada savier tanpa terkecuali.

"Honey bawa baby kemari" ujar savier duduk di tepi kasur Lusi mendekat duduk di sebelah sang suami dengan Jay di pangkuannya menghadap padanya. Dan untuk sifat savier ntahlah Lusi juga tidak tau tapi Lusi suka akhirnya suaminya mungkin bisa menerima Jay kembali karena jujur ia ingin sekali dekat dengan Jay.

Savier mulai mengeluarkan alat alat dokternya. Jay yang melihat langsung menatap waspada dan tajam pada savier. Savier yang merasa di tatap pun hanya terkekeh geli melihat tatapan mata kucing itu.

"Hey kenapa baby apakah papi mempunyai salah terhadapmu hmm" ujar savier sambil mengelus kepala Jay.

"Ugh jangan pegang pegang monster dokter  jelek" Jay pedas apapun yang ia benci dan tidak suka akan ia panggil jelek ntahlah dapet dari mana pemikiran itu padahal di depannya adalah laki-laki dengan paras tampan rupawan di atas rata rata manusia.

"Flltttttt" semua menahan tawa kecuali Johan abim dan John yang terkekeh melihat ekspresi savier yang langsung di tekuk.

Apa apaan pikirnya dirinya ini meski sudah berumur tetap menjadi primadona dan dokter spesialis dengan pengemar melebihi opa opa KPop pikir rondom savier.

"Ahhh seperti nya ada yang ingin di suntik hmm" ujar savier membuat Jay menelan salivanya gugup.

"J-jangan dekat dekat awas dasar papi jelek"

"Heh papi ini tampan tidak usah mengarang cerita"

"Papi yang jangan kepedean buktinya Jay liat papi jelek tuh masih gantengan ayah hulp"

Johan tersenyum kemenangan menatap adik keduanya itu di balas tatapan tajam oleh sang empu.

"Sudah sudah kenapa jadi bertengkar hmm savier cepat periksa Jay" ujar opa sudah kepalang jengah dengan tingkah mereka dan yang lain hanya menyimak sesekali terkekeh karena tingkah bayi besar Mereka.

Savier hendak mendekatkan stetoskop pada dada Jay namun sang empu langsung memeluk erat sang mami.

"Sayang hanya periksa okke setelahnya sudah selesai janji hanya sebentar" Risa mendekat mengelus Surai Jay lembut.

Jay mulai luluh dan menatap sang papi tajam.
Savier terkekeh menempelkan stetoskop itu pada dada Jay. Savier yang tadinya memasang wajah tenang menjadi serius seakan menemukan sebuah kejanggalan.

"Jay jujur pada papi"

"Ugh" Jay memiringkan kepalanya ke samping

"Ahh tidak,tidak ada...,apa kepalanya pusing atau mual hmm" ujar savier sepertinya ia harus mengecek keadaan Jay terlebih dahulu sebelum berspekulasi.

Jay mengangguk dan
"Jay pusing papi Jay tidak suka mutel mutel kalau tidur Jay Jay juga tidak merasakan makanan makanan tadi padahal Jay lapar" ujar Jay murung.

Savier mengelus rambut Jay sayang dan
"Jay akan merasakan rasa makanan lagi tenang saja dan untuk pusing nya Jay harus meminum obat agar cepat sembuh pusing nya dan tidak boleh main hujan lagi okke" panjang lebar savier di balas anggukan oleh Jay.

"Iyaa papi... Tapi ngga janji whehehe" Jay dengan kalimat akhir yang di ucapkan dalam hati.

"Tapi tapi Jay mau obatnya yang rasa setobelii yang kaya mama sama papa kasih ke Jay" ujar Jay ia merasa lebih suka obat dari mama dan papanya.

Jayden Novandra Lexam (Transmigrasi) EndWhere stories live. Discover now