Legenda Pusaka Macan

Start from the beginning
                                    

Mendengar nama serta jabatan pada kerajaan tersebut, sontak saja Lodaya membungkuk memberikan hormat.

Kerajaan Dusartan memang dikenal sebagai kerajaan yang dipenuhi oleh orang-orang sakti mandraguna. Para penduduk kerajaan itu selalu mengembara untuk mencari ilmu kanuraga baru atau sekadar mengembangkan kemampuan ilmu kanuraga yang mereka miliki.

Mendengar Baduga adalah raja di kerajaan itu, sudah tak heran bagi Lodaya kenapa kekuatannya dapat diimbangi oleh Baduga.

"Mohon ampun, Maharaja. Hamba telah lancang menyerang Maharaja," ucap Lodaya penuh penyesalan.

Baduga tersenyum melihat betapa berbesar hati sosok di hadapannya untuk meminta maaf. "Kau tidak perlu seperti ini. Sudah sepantasnya kamu menjaga wilayahmu. Bangkitlah!" pintanya.

Lodaya pun kembali menegakkan tubuh dan kembali menatap Baduga. Dengan penuh kesadaran Lodaya berkata, "Mulai saat ini, bangsa macan akan menjadi hamba untuk Maharaja Baduga. Kami akan mengabdikan diri sampai ke seluruh keturunan Maharaja."

Dari sanalah, terjalin hubungan erat sebagai tuan dan abdi diantara Maharaja Baduga dengan bangsa macan. Untuk menyimbolkan hubungan mereka, Maharaja Baduga sampai memerintahkan empu istana untuk membuat sebuah keris pusaka.

Keris pusaka itu memiliki bilah yang terbuat dari pemaduan baja dan logam meteorit. Kepala keris diukir dengan bentuk macan untuk melambangkan bangsa macan, dan warangkanya diukir dengan ciri khas kerajaan Dusartan yaitu berpanah dan bertarung.

Keris pusaka tersebut dinamakan keris pusaka macan dan dijadikan keris senjata oleh Maharaja Baduga dalam berperang.

Pada suatu malam, Maharaja Baduga melakukan sebuah semedi di dalam ruangannya, meminta keselamatan kepada Alam untuk sang istri yang sedang melahirkan anak pertamanya.

Pada semedi itu, Maharaja Baduga tidak boleh terbangun hingga bayinya dilahirkan. karena konon sang ibu berjuang mempertaruhkan nyawa saat melahirkan dan sang ayah mempertaruhkan nyawa untuk memberikan kehidupan yang layak untuk bayi dengan bersemedi.

Kabar Ratu Dusartan melahirkan sudah seperti burung berterbangan hingga terdengar dari satu kerajaan ke kerajaan lainnya. Bahkan  kabar itu sampai ke raja dari Kerajaan musuh yang langsung mengirimkan pasukan untuk menyerang dan meruntuhkan Kerajaan Dusartan.

Hiruk pikuk terdengar menyayat hati akibat peperangan yang terjadi di Kerjaan Dusartan pada malam itu. Namun, Maharaja Dusartan tetap teguh dalam semedi yang dilakukannya.

Hingga akhirnya, raja dari kerajaan musuh berhasil menerobos ke ruangan Maharaja Baduga bersemedi. Raja bernama Laumana itu terbahak melihat musuhnya tampak memilih untuk menyerahkan kematian kepada dirinya.

"Akhirnya aku bisa mengalahkanmu, Baduga! Seluruh keluargamu telah ku habisi termasuk anakmu yang baru dilahirkan. Kini giliran kamu yang menyusul kematian mereka!"

Baduga tak bereaksi apapun. Tubuhnya tetap pada posisi bersila di atas tikar dengan mata yang tertutup.

Tak ingin membuang waktu lagi, Raja Laumana mengangkat tinggi-tinggi pedang miliknya untuk menebas leher sang raja Dusartan. Namun, belum sempat mata pedang itu menebas leher Maharaja Baduga, tubuh sang raja lebih dulu ambruk ke lantai.

Ternyata, Sukma Maharaja Baduga sudah lebih dulu keluar dari raganya dan mendatangi Lodaya di Hutan.

Hari sebelum malam itu tiba, Lodaya sudah mengingatkan Maharaja Baduga akan sebuah malapetaka yang akan terjadi di Kerajaan Dusartan.

Meski tahu di kerajaannya akan terjadi pertumpahan darah, Maharaja Baduga tidak memilih melarikan diri membawa keluarganya. Dia tetap mengikuti alur yang takdir tuliskan karena baginya, takdir mengatur segala suatu untuk menyeimbangkan kehidupan alam semesta.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 25 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

GANTENG GANTENG SERIGALA (2)Where stories live. Discover now