CS - 1

366 57 4
                                    




Cap Sandi

[ Who wrote that message? The killer or the victim?  ]




Desingan suara mesin terdengar. Motor sport itu melaju di jalanan sepi. Helm sport yang ia kenakan melindungi surai rambut merahnya dan hanya memperlihatkan area matanya. Mata caramel sayunya memandang lurus dengan kerutan diantara alisnya yang begitu dalam. 

Pria itu bernama Akasuna Sasori. Ia bekerja pada salah satu bar di pusat kota sebagai seorang waiter. Meski ia berasal dari keluarga berkecukupan, ia tetap mengambil beberapa pekerjaan untuk menambah tabungannya. Dari banyaknya hal yang ia benci di dunia ini, ia begitu muak ketika kembali mengingat kejadian sebelum ia pulang kerja. Pria separuh baya yang tidak berubah. Ayahnya mengunjungi bar dimana ia bekerja sambil menggandeng seorang wanita asing lagi. Bahkan sampai detik ini, ia masih membenci Ayah kandungnya sendiri karena dia adalah dalang dari hancurnya hubungan harmonis di keluarga mereka hingga Ibu kandungnya memutuskan untuk bercerai dan meninggalkannya entah kemana.  

Memuakkan.

Ia benar-benar kesal.

Genggaman pada stir motor semakin kencang. Perasaan kesal menyelimutinya dan pelampiasannya adalah menghirup udara malam dengan motor kesayangannya di jalanan. 

Sasori melirik pada tepi jalan. Seorang gadis terlihat di sana. Ia hanya memandang sekilas karena motor sportnya melaju begitu cepat. 

"...gu! .......u!"

Hmm?

Sasori memandang lurus sambil berpikir serius.

Suara samar apa itu?

.

.

.

.

.

Tangannya bergerak gesit. Setelah membersihkan luka pada dahi wanita di depannya, Dokter muda itu segera menarik perban dan melilitnya pada kepala pasien. Sementara itu, perawatnya sibuk membersihkan luka lainnya pada area kaki dan tangan pasien UGD tersebut. Seorang wanita mengalami kecelakaan dengan motornya akibat tidak tidur selama beberapa hari dan pingsan di jalanan. Mereka mencoba menyadarkannya beberapa kali ketika wanita itu dibawa beberapa orang ke ruang Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Tokyo.

"Berapa hari Anda tidak tidur?"

"Tiga hari... Maaf, semuanya kesalahan saya."

"Apa ada yang mengganggu pikiran Anda hingga tidak bisa tidur?"

"Saya..." Wanita itu menunduk resah lalu memandang Dokter Umum di dekatnya. "Saya hanya sedang banyak pikiran dan kelelahan."

"Justru Anda kelelahan karena membiarkan tubuh Anda tidak istirahat dengan cukup." Ikatan perban selesai dan Dokter itu memandang wanita di depannya. "Menjaga kesehatan tubuh itu penting. Kebiasaan bergadang tidak baik, apalagi tidak tidur sampai beberapa hari. Anda harus menyayangi tubuh Anda dan tidak memaksakan tubuh untuk bekerja melewati batas, Nona." 

Mata hijaunya melirik pada perawat yang sedang melilitkan perban pada lengan dan kaki wanita itu. Ia kembali memandang pasiennya dengan senyuman. "Istirahatlah setelah ini sambil menunggu resep obatnya. Jika butuh bantuan, jangan sungkan untuk mengatakannya pada perawat di sini."

CS  [ SasuSaku ]Where stories live. Discover now